Home / Rumah Tangga / Berbagi Suami / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Berbagi Suami: Chapter 21 - Chapter 30

78 Chapters

21. Untuk Pertama Kalinya

Tania memencet tombol lift dengan ragu. Ia ingin sekali kembali ke kamar dan pura-pura melupakan ucapannya tadi sore. Tapi justru Adrian akan senang. Ia pasti akan datang ke kamarnya dan membuat kegaduhan. Membuat namanya jadi semakin buruk didepan ART rumah ini. Begitu keluar lift, Adrian ternyata sudah menunggunya. Ia berjalan mundar-mandir seolah sedang panik. “Kamu sedang apa?’ Adrian terkejut mendengar suara itu, “Kamu—menepati janji?” Tania berjalan melewati Adrian. Ia memasuki kamar yang sudah kembali rapi. Matanya mengedar, mencari sesuatu untuk dilakukan. Ia akan membuat Adrian tidur duluan. “Kamu cari apa?” “Kamu suka nonton film?” Adrian mengangguk, “Lumayan.” “Kita nonton malam ini.” Mereka duduk bersebelahan di sofa dekat ranjang. Tania sejujurnya suka film yang sedang diputar. Ia bisa melihatnya dengan senang meski sudah ditonton puluhan kali. Tapi kali ini rasanya berbeda. Ia tidak menikmati film sama sekali. Tangan Adrian mendekati bahunya, sehingga
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

22. Istri Sempurna

Sedari pagi, Adrian terus menatap Tania yang duduk disampingnya di meja makan. Ia merasa puas dengan bantuan Tania semalam. “Kamu bisa diam? Orang akan berpikir jika kita sudah melakukan itu.” “Apa salahnya? Kita suami istri.” Tania tak lagi melirik Adrian. Ia tersenyum diam-diam saat mengingat kejadian malam, dimana ia membantu suaminya mengakhiri hawa nafsu. Tidak. Ia belum menyerahkan tubuhnya. Ia menggunakan cara lain untuk memuaskannya. Kini ia sibuk makan. Kebetulan pagi ini sarapannya adalah menu yang mama kirimkan dari rumah. Ia begitu merindukan rumah dan semua isinya. “Nanti saat luang, kita main ke rumah orang tuamu, lalu ke rumah orang tuaku.” Tania mengangguk. “Aku berangkat agak siang hari ini.” “Kenapa?” “Tidak papa.” “Karena kamu pemilik perusahaan, jadi kamu bisa seenaknya masuk kantor?” “Ya begitulah.” Tania mendelik sok kesal saat Adrian tertawa sombong setelahnya. Ia ikut tertawa. Ternyata Adrian tidak sekaku itu. “Orang tua kamu suka apa?
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

23. Kesabaran yang Habis

Adrian menghampiri Tania. Ia menatap wajah istrinya lekat, “Apa aku boleh menciummu?” Tania tak menjawab. Ia sibuk menghalau egonya untuk menguasai Adrian, “Aku mau tanya.” “Apa?” “Jika kamu mencintaiku tujuh tahun lalu, kenapa kamu tidak mendekatiku? Kenapa kamu malah menikahi Wini?” Adrian diam. “Aku akan membiarkan kamu melakukan apa yang kamu mau, kalau kamu jawab.” Adrian membuang nafas dengan teratur, “Karena papamu.” “Kenapa sama papa?” “Semua orang tahu bagaimana Hadi Winata menjaga anak perempuannya. Tidak sembarang laki-laki bisa mendekatinya. Bukan begitu?” Tania kaget, Adrian bisa tahu papa seketat itu mengatur hidupnya, apalagi perihal laki-laki. “Kamu dijodohkan dengan Romi karena papa kamu bersahabat baik dengan orang tuanya. Sedangkan orang tuaku? Mereka tidak saling mengenal dengan baik.” “Kamu adalah pewaris tunggal keluarga Kiehl, Adrian. Aku tahu baik papa seperti apa. Dia bahkan menikahkah aku secara sepihak dengan kamu, tanpa bertanya apa ak
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

24. Percobaan Aborsi

Tania kembali ke kamar setelah Adrian berangkat kerja. Tadi ia melihat Adrian malah duduk santai dan enggan pergi, tapi ia memakasanya segera berangkat dan mencari nafkah yang banyak, menjelang kelahiran pewaris keluarga. Untungnya Adrian menurut. Di kamar, Tania berdiri didepan cermin panjang. Ia mengangkat baju blousnya, menampilkan perut yang mulai membuncit. Ia menyentuhnya perlahan dengan tangan bergetar. “Harusnya kamu gak pernah ada diperut ini. Kamu tahu, kamu adalah anak yang tidak diharapkan. Apalagi sampai detik ini aku tidak tahu siapa ayah sialan kamu!” Tania menangis. Ia memukul-mukul perutnya. “Gara-gara kamu, aku menderita. Aku di caci, di hina, dikatai jalang. Kamu pikir aku baik-baik saja dan rela berkorban untuk kamu? Tidak. Aku mungkin satu dari beberapa ibu di dunia yang mau kamu mati!” Tania diam sejenak, “Mati?” Tania lekas membawa ponsel yang tergeletak diatas kasur. Ia mencari obat aborsi yang dijual di internet. “Jangan, sampainya lama. Aku yaki
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

25. Nyaris Mati

Tania merasakan perutnya bagai dililit tali. Ia berusaha berteriak tapi terlalu sakit. Nafasnya tidak beraturan. Ia mengambil gelas berharap saat mendengar suara pecahan terjatuh, ada mbok Sayem atau yang lain masuk kamar. Ia sangat membutuhkan pertolongan. “Ma-ma, tolong aku...” Tania berusaha bangkit agar bisa menggapai gelas. Tapi tangannya sibuk memegangi perut yang kini terasa digoncang keras-keras. “Adrian.... to-long.” Tania yang memakai dress selutut, bisa merasakan ada air mengalir diantara pahanya. Ia berusaha melihat. Tubuhnya makin lemas ketika kedua matanya menangkap ada banyak darah yang keluar. “To-loooong.” bisiknya. Ia merasakan nyawanya ada di ujung tanduk. Mungkin sebentar lagi ia akan mati. Pandangan matanya semakin tak karuan. Bayangan barang-barang dikamar berubah tidak jelas. Nafasnya yang ia usahakan baik, kini mulai terasa sesak. “To—looong aku. Siapapun, to-loong.” Bayangan yang tidak jelas itu kini berubah gelap. Tubuh Tania sudah tidak bisa
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

26. Amarah Papa

Adrian melihat papa dan mama datang. Ia tersenyum menyambut kedatangan mertuanya. “Nak Adrian, Tania dimana?” “Tania baru dipindahkan ke ruang ranap, ma, mari. Mari, pa.” Mama langsung memeluk Tania yang sudah sedikit segar di ranjang, “Tan?” “Ma...” Adrian melirik papa yang menahan marah di ujung ranjang. “Pa...” “Puas kamu nyaris mati demi membunuh janin itu?” “Pa, jaga bicaranya. Tania masih sakit.” “Siapa yang suruh dia aborsi? Dari awal papa sudah bilang untuk menjaga anak itu, meskipun kita belum tahu siapa lelaki brengsek yang harus dipanggil anak itu ayah.” “Pa, gak enak sama nak Adrian.” Papa melirik Adrian, “Maaf, nak Adrian. Papa terbawa emosi.” “Tidak papa, pa, saya paham. Untungnya setelah observasi lanjutan, dokter bilang janinnya baik-baik saja.” Papa dan mama menghembuskan nafas perlahan. “Sudah, Tan, jangan cari mati lagi. Kamu lihat, janin itu baik-baik saja, kamu yang malah celaka seperti ini.” Tania tak menjawab hardikan papa. “Maaf
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

27. Lebih Protektif

Adrian masih setia menemani Tania di ruangan. Sudah dua hari ia tidak pulang, tidak juga ke kantor. Bahkan untuk keluar ruangan untuk bertemu karyawan kantor yang membutuhkan tanda tangannya pun, ia berpamitan seolah akan pergi ke luar negara. “Adrian.” “Kenapa? Kamu butuh sesuatu? Katakan.” “Aku sudah lebih baik, kamu bisa pulang.” Adrian menunjuk koper yang berisi semua keperluannya, “Rumahku sementara pindah kesini. Aku tidak masalah sama sekali.” “Aku yang masalah. Aku merasa—kamu berlebihan.” “Mana mungkin aku pulang saat istriku dirawat begini. Meski dokter mengatakan perdarahan sudah berhenti dari kemarin, aku tetap khawatir.” Tania tersenyum tidak enak, “Apa kamu juga begini pada Wini?” “Wini tidak pernah berbuat sesuatu yang ekstrem.” Tania membuang nafas kasar. Adrian tertawa, “Tentu aku akan melakukan hal yang sama. Kalian istri-istriku.” Ponsel Tania berdering kencang. Ia menatap penelpon, “Kak Angga? Halo, kak?” “Bagaiamana ini, aku tidak masuk ke
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

28. Permintaan Maaf Masal

Adrian menuntun Tania sepelan mungkin ketika turun dari mobil. Mereka disambut oleh seluruh pegawai di rumah. Wajah mereka terus menunduk, karena takut pada Adrian. “Mari non, mbok bantu.” Mbok Sayem mendekati Tania, berusaha cari muka. “Jangan sentuh istri saya!” Mbok Sayem melotot takut, “Ba-baik, den.” “Adrian, kamu kenapa? Mbok berniat baik mau membantuku.” “Mereka ‘kan yang membuat kamu melakukan aborsi?” Tania menatap raut marah Adrian. Ia jadi ingat ucapan beberapa orang yang mengatakan ia belum tahu marahnya Adrian. Kini ia tahu. “Aku akan pecat mereka semua. Siapa yang mau mengaku, maka saya berikan bonus lebih. Katakan pada saya, siapa saja yang terlibat dalam perundungan istri saya!” Suara bariton Adrian membuat semua orang takut. Mereka mundur teratur. Tania sadar, sikap Adrian yang seperti ini justru akan membuat para ART si biang gosip itu akan semakin memojokannya. Ia berusaha menenangkan Adrian dengan cara menyentuh lengannya. “Aku mau mereka teta
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

29. Adu Marah

Tania mendekati Wini yang sedang menyiram bunga dihalaman belakang. Ia sarapan di kamar setelah mengeluh perutnya sakit, padahal ia hanya alasan karena tidak siap melihat ketegangan di meja makan. Malam, ketika ia dan Adrian berciuman, Wini membuka pintu. Ia langsung masuk kamar dan tidak bicara sampai pagi ini. “Wini?” “Hm?” “Kamu bisa berhenti menyiram? Aku mau bicara.” Wini menaruh ceret siram dan membalikkan badan, “Kamu sudah minum obatnya?” Tania mengangguk. “Aku harap tidak ada drama lain lagi setelah ini. Ke depannya, kalau kamu aborsi lagi—aku tidak akan bantu.” Tania tahu, maksud Wini baik. Ia tidak benar-benar ingin mengatakan itu. “Semalam—” “Semalam aku pulang karena—mamaku datang ke rumah sakit dan minta aku pulang.” Tania mengernyit, kenapa Wini malah membahas tentang dirinya? Apakah ia sedang berusaha menahannya mengatakan soal ciuman itu? “Tan, aku lupa, soal kamar—kamu mungkin mau pindah ke atas, ke sebelah kamarku. Aku bisa bereskan sekarang,
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

30. Rencana Bekerja

Dua minggu kemudian... Tania selalu makan di kamar atau ruangan lain. Ia masih melakukan gencatan senjata dengan Wini yang selalu berusaha mendekatinya. Ia tidak siap berteriak dan merendahkan diri demi menjaga perasaan madunya. Pagi ini, berbeda. Tania keluar dari kamar sepagi mungkin, berniat membantu Wini dan makan bersama bertiga seperti biasa. “Apa yang bisa aku bantu?” Wini melirik Tania. Ia tersenyum, “Kamu—bisa potong buah mangga?” Tania mengangguk. Ia mengambil buah mangga yang sudah disiapkan, sedangkan Wini sibuk mematangkan masakannya. “Kamu lagi ngidam apa, Tan? Biar aku buatkan.” “Aku tidak ngidam apa-apa. Aku akan makan semua yang kamu masak.” Wini selalu melirik Tania diam-diam. Ia senang, tapi juga terkejut, karena madunya tiba-tiba bersikap seperti biasa. Adrian datang. Ia yang lesu selama dua minggu terakhir karena pertengkaran istri-istrinya, tersenyum sumringah mendapati Tania dan Wini sedang berbincang di dapur. “Selamat pagi istri-istriku yan
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status