Adrian melihat papa dan mama datang. Ia tersenyum menyambut kedatangan mertuanya. “Nak Adrian, Tania dimana?” “Tania baru dipindahkan ke ruang ranap, ma, mari. Mari, pa.” Mama langsung memeluk Tania yang sudah sedikit segar di ranjang, “Tan?” “Ma...” Adrian melirik papa yang menahan marah di ujung ranjang. “Pa...” “Puas kamu nyaris mati demi membunuh janin itu?” “Pa, jaga bicaranya. Tania masih sakit.” “Siapa yang suruh dia aborsi? Dari awal papa sudah bilang untuk menjaga anak itu, meskipun kita belum tahu siapa lelaki brengsek yang harus dipanggil anak itu ayah.” “Pa, gak enak sama nak Adrian.” Papa melirik Adrian, “Maaf, nak Adrian. Papa terbawa emosi.” “Tidak papa, pa, saya paham. Untungnya setelah observasi lanjutan, dokter bilang janinnya baik-baik saja.” Papa dan mama menghembuskan nafas perlahan. “Sudah, Tan, jangan cari mati lagi. Kamu lihat, janin itu baik-baik saja, kamu yang malah celaka seperti ini.” Tania tak menjawab hardikan papa. “Maaf
Last Updated : 2024-12-12 Read more