Beranda / Rumah Tangga / Berbagi Suami / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Berbagi Suami: Bab 11 - Bab 20

78 Bab

11. Perubahan Tania

Tania mendekati ruang makan ketika Wini sibuk menata meja makan. “Ada yang bisa aku bantu?” Wini menoleh. Ia tersenyum, “Kamu menepati janji kamu.” Tania membawa piring yang masih tertumpuk. Ia menyimpannya diatas alas piring, “Apa aku harus masukkan nasinya sekarang?” Wini menggeleng, “Tunggu mas Adrian duduk.” Tania menurut. Ia orang baru di rumah ini, sehingga semua kebiasaan, ia yang harus mengikuti aturan disini. Adrian berjalan mendekati ruang makan. Ia yang sedang mengaitkan dasi ke kerah sambil mendekati meja, berhenti melangkah melihat Tania tengah tertawa dengan Wini. “Pagi, istri-istriku.” Adrian berusaha terlihat jadi suami yang ramah dan bisa berbagi. “Pagi, mas.” Tania tak menjawab. Adrian menunggu jawaban Tania. Setelah menunggu beberapa menit, ia tahu istri keduanya tidak akan menjawab sapaannya, “Selamat pagi, Tania.” “Pagi.” Semua suda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya

12. Berusaha Berdamai dengan Wini

Tania pergi begitu saja saat Adrian masih belum beranjak untuk berangkat kerja. Ia tidak bisa menahan tatapan penuh pengertian itu. Ia mencari Wini untuk meminta maaf. Ia jadi tidak enak sendiri. Wini adalah tipikal perempuan sabar. Tadi ia membentaknya pasti karena sudah lelah. Tania menyadari, ia memang kelewatan karena bersikap seolah ia boleh melakukan apapun disini, di rumah Wini dan Adrian. “Wini, kamu mau kemana?” Tania berdiri menatap madunya yang baru keluar dari lift dengan pakaian rapi dan membawa tas. “Aku? Aku mau pergi ke toko.” “Belanja? Aku temani, ya?” “Aku punya toko bunga, Wini Florist, di jalan Pattimura. Kamu mungkin pernah lihat?” Tania menggeleng, “Aku jarang ke daerah itu.” “Oh begitu. Ya sudah, aku pergi.” Tania menahan lengan Wini. Mereka jadi berdiri berhadapan, “Aku—mau minta maaf.” “Untuk?” “Aku membuat kamu marah tadi. Aku seharusnya membantu kamu mengurus—Adrian.” “Tidak papa, kamu masih baru jadi istri mas Adrian, aku paham.” “T
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

13. Pertanyaan Sulit

“TANIA!” Romi berteriak dan melotot saat Tania berani menamparnya didepan karyawan Florist. “Apa? Kamu tidak ada hak sedikitpun bicara seperti itu, Romi!” Tania tak kalah berteriak. “Kenapa? Kamu tersinggung? Kamu mulai sadar kalau kehadiran kamu dalam rumah tangga mereka itu buruk?” Tania menunjuk Romi, “Kamu orang lain. Kamu tidak ada urusan dengan pernikahanku. Berhenti bicara atau aku—” “Atau apa? Kamu mau melakukan apa? Kamu pikir aku takut padamu, Tan? Tidak. Aku bahkan masih ingat bagaimana kamu menghadapi orang-orang yang selalu merendahkan kamu. Hal yang sama akan terjadi juga padaku. Aku tahu kamu tidak akan melakukan apapun.” Wajah Tania merah menahan marah. Ia maju satu langkah untuk kembali memberi perhitungan pada Romi. Ia berniat mendorong tubuh mantan kekasih yang sangat dibencinya ke hamparan bunga mawar yang penuh duri. Biarlah dia kesakitan. Itu tidak pernah setara dengan apa yang Romi katakan padanya. Belum sempat tangan Tania menyentuh Romi, Adrian be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

14. Tawaran Bekerja

Sebelum Adrian sempat menjawab tanya Tania, Wini datang. “Kalian ngapain disini? Mas, aku pikir karyawan aku mimpi, bilang kamu kesini.” Adrian tersenyum, “Aku cuma mau memberi kabar kalau perusahaan berhutang budi pada Tania.” Wini melirik Tania, “Maksudnya?” “Malam, dimana aku bingung melihat hasil laporan keuangan perusahaan, Tania membantu. Aku baru ingat kalau Tania manager keuangan di kantornya dulu. Tania juga memberi saran bagaimana aku menangkap basah pelaku. Caranya berhasil.” Wini tersenyum mengelus punggung Tania, “Kamu hebat, Tan. Makasih ya, sudah bantu mas Adrian dan perusahaannya.” “Itu bukan apa-apa. Aku hanya melakukan yang aku bisa.” “Padahal malam, Tania sedang mual karena minum susu, tapi dia membantu dengan sangat baik.” Tania tidak enak terus di puji. Ia takut Wini cemburu. Apalagi kini ia paham, kalau Wini tidak mengerti sedikit pun dengan jenis pekerjaan Adrian. “Jangan berlebihan. Aku memang suka bekerja.” “Kalau kamu suka, kenapa kamu ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

15. Mengecek Kehamilan

Tania duduk berdampingan dengan Adrian di mobil. “Kamu sudah memeriksakan kandungan?” Tania menggeleng. “Belum pernah sama sekali?” “Aku tidak berniat tahu kondisinya. Tidak penting.” Adrian memutar balikkan mobilnya. “Ini bukan jalan pulang.” protes Tania, “Kamu mau bawa aku kemana?” “Kita akan memeriksakan kehamilan kamu.” “Aku tidak mau.” “Aku tidak bertanya. Aku hanya ingin melihat langsung calon anakku melalui USG.” “Adrian! Aku bilang tidak mau! Ini anakku, aku berhak menolak memeriksakan kehamilanku.” Adrian tak menggubris. Ia melajukan mobil dengan santainya. “Aku akan lompat!” “Silakan.” Tania membuka pintu mobil yang terkunci, “Buka!” “Sebelum melompat, pikirkan kalau kamu tidak mati, tapi cacat seumur hidup. Aku tahu kamu tidak senang menylulitkan siapapun. Setelah cacat, kamu akan terus meminta bantuanku dan Wini. Kami tidak keberatan, tapi aku tahu kamu tidak nyaman. Selain itu, menjatuhkan diri dari mobil akan membuat kepala kamu cedera, seh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

16. Menolak Kasih Sayang

Adrian menuntun Tania memasuki mobil. Ia kesakitan setelah diambil sampel darah beberapa kali karena gagal. Adrian memakaikan sabuk pengaman. Untungnya Tania tidak protes dan mengusirnya. Di perjalanan, mereka tak saling bicara. “Kamu mau makan diluar?” “Aku lupa, tadi kamu bilang harus ke kantor. Kenapa kamu malah mengajakku ke rumah sakit, dan sekarang menawari makan diluar?” “Aku pemilik perusahaan, aku bisa pergi kapanpun.” “Aku makan di rumah saja.” “Wini belum pulang. Dia biasanya pulang sore.” “Aku bisa pesan makanan online.” “Baiklah.” Begitu sampai rumah, Tania menunggu Adrian membukakan pintu. Ia berjalan cepat memasuki rumah. “Aku sudah pesan makan siang kita. Aku mau buat lemon tea, kamu mau?” “Biar aku yang buatkan.” Tania menahan Adrian, “Aku juga ingin seperti Wini yang membuatkan sesuatu untuk suaminya. Hanya buat minuman yang aku bisa.” Adrian mengangguk, “Baiklah.” Tania mengambil lemon di kulkas. Ia membuat teh dan mengiris lemon, “Adr
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

17. Uji Coba

Tania menyanggupi pinta Wini tadi siang. Ia bersedia satu kamar dengan Adrian. “Hanya malam ini. Awas saja kalau Wini atau Adrian memaksaku lagi besok. Aku akan pergi dari rumah ini.” Tok-Tok-Tok Nafas Tania terasa tersenggal. Itu pasti Adrian. Suaminya langsung berangkat ke kantor selepas makan siang, dan berjanji akan pulang lebih cepat. Sekarang baru pukul sembilan. Kepulangannya memang lebih cepat dari malam-malam sebelumnya. Tok-Tok-Tok Pintu diketuk lagi. “Sebentar.” Tania mendekati pintu. Dengan ragu ia menekan handel pintu dan menatap Adrian yang berdiri masih mengenakan pakaian kerjanya, “Kamu tidak bisa mandi disini.” Adrian tersenyum. Ia memberikan paper bag pada Tania, “Aku mampir ke butik langganan keluarga, dan tidak sengaja melihat dress tidur yang cantik. Ambil.” Tania sama sekali tak melirik paper bag itu, “Berikan saja pada Wini. Baju tidurku banyak.” Adrian mengangkat paper bag lainnya, “Memiliki dua istri sama seperti memiliki dua anak. Aku tid
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

18. Disusul Adrian

Tania memainkan ponselnya. Ia bertanya pada mama, apakah papa masih ada di rumah. Ia bilang akan bermalam di rumah karena sedang merindukan mama. Tak lama mama membalas. Mama mengatakan bahwa papa sedang pergi ke luar kota untuk beberapa hari. “Bagus. Aku tidak perlu berdebat dengan papa.” Tania menatap spion dalam, “Pak, tolong lebih cepat.” “Baik, mbak.” Perjalanan dari rumah Adrian menuju rumahnya lumayan jauh. Ia berharap sebelum Adrian menghubungi dan menanyakan sesuatu padanya, taksi sudah berhasil mengantarkannya ke rumah. Ia yakin, satpam pasti mengadu ia pergi, sampai membawa koper segala. “Aduh, ada apa ini?” keluh supir taksi. “Kenapa, pak?” “Itu, mbak, kok ada mobil dan motor yang ngikutin kita, ya?” Tania mengedarkan mata ke sisi kanan-kiri mobil, melihat satu mobil dan tiga motor mengikuti taksi. Mereka semua berpakaian serba hitam. “Ini bahaya.” Tania melongo tak percaya. “Mbak, apa kita terlibat dengan Mafia?” “Bu-bukan, pak, tapi—” “Tolong hentik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

19. Mengintimidasi Romi

Wini membawa tumpukkan bunga yang tidak sengaja dijatuhkannya, “Aku—ke dalam dulu.” Tania menatap Adrian, “Kamu kenapa tiba-tiba menciumku? Wini jadi lihat.” “Jadi kamu mau Wini tidak melihat setiap aku menciummu?” Tania membuang nafas pelan. Ia berjalan menjauhi Adrian. Ia lebih memilih memupuk bunga yang dilakukan petani dari pada melayani pembeli. “Permisi, bu, ini yang siram pupuk, biar saya saja.” “Jangan, mbak. Ini pupuk kandang, kotor dan bau.” “Tapi saya—” “Mbak bukannya... istrinya pak Adrian?” Tania enggan menjawab. “Mbak duduk saja, ini biar ibu yang siram. Kalo mbak maksa, nanti ibu yang dimarahin sama bapak.” “Nggak akan marah, bu, percaya sama saya.” “Mbak sih belum tahu marahnya pak Adrian. Ini biar saya saja, mbak bisa duduk disana.” ibu petani menunjuk kursi besi dibawah pohon Mangga yang teduh. Tania menyerah. Apalagi Adrian masih disini menatap ke arahnya. Ia memang belum tahu marahnya Adrian seperti apa. Tapi ia bisa tahu, lelaki tipikal suam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

20. Ditinggal Wini

Tania merebahkan diri di kasur sepulangnya dari Florist. Adrian terus menemaninya hingga ia dipaksa Wini untuk pulang. “Padahal aku bisa bekerja seperti karyawan lainnya sampai malam. Apa Wini mengusirku karena—Adrian terus membantuku? Dia cemburu?” Tania tertawa. Ia senang Wini menunjukkan rasa cemburunya. Itu akan membuatnya semakin mudah menolak setiap titah madunya untuk dekat dengan Adrian. Entahlah, ia rasa sampai kapanpun tidak akan pernah siap memperlakukan Adrian seperti suaminya jika tidak terpaksa. Ia tidak mau terbawa perasaan. Ia tidak mau mengambil kebahagiaan orang lain. “...Tan! Tania!” “Wini?” Tania bangkit, ia keluar dari kamar dan menatap Wini yang kerepotan sendiri dengan koper dan tas tangannya, “Kenapa? Kamu—mau kemana?” “Papa aku masuk rumah sakit, kecelakaan. Aku harus menginap karena—papaku duda, Tan, tidak ada yang mengurus, dan kebetulan aku anak tunggal.” “Oh begitu. Mau aku antar?” “Tidak-tidak, aku pergi dengan pak Udin. Aku hanya minta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status