Home / Fiksi Remaja / Suamiku Berandalan Sekolah / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Suamiku Berandalan Sekolah : Chapter 41 - Chapter 50

98 Chapters

Bab 41. Demam Tinggi

Suara ketukan, membangunkan ku dari mimpi indah. Aku membuka pintu terlihat Adelio tersenyum kepadaku. Dia kenapa? Aku masih belum sepenuhnya sadar, sampai Adelio menyentil jidatku. "Mandi sana," perintah Adelio, mendorongku ke kamar mandi. Aku menyelesaikan ritual sekitar 25 menit, plus memakai baju sekolah. Tidak menyangka, jika Adelio masih menungguku. Dia menatapku penuh arti, dia berubah dari yang menyebalkan. Menjadi seseorang penuh senyum, aku memalingkan wajah untuk tidak terpukau. "Yuk!" tarik Adelio, aku sudah bersiap. Tinggal pergi ke sekolah. Aku mendapati sebuah dua kotak bekal, aku melirik Adelio mengangguk. Aku tidak tau apa isinya."Makan yang banyak," pinta Adelio, aku duduk dengan tenang. Adelio menyambut baik diriku. Sungguh, apa yang aku rasakan sekarang. Ini bukan, Adelio aku kenal saat pertama kali. Adelio memberikan susu cokelat hangat, sembari mengelus bibirku dengan tisu. "Berhenti Adelio!" pintaku, mendorong tangannya pelan. "Lo kenapa sih?""Gue ke
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 42. Panik

"Duh, kepala gue pening banget," kataku meringis, membuka mata. Lah? Kok aku di rumah, aku melihat sekeliling tidak ada siapapun, sampai pintu kamar terbuka. Aku melihat Adelio menghampiriku, memegang dahiku yang masih panas. "Agak mendingan, nggak kayak tadi," ucap Adelio, duduk di pinggiran kasur. Diam, aku jadi bingung mau berbicara apa. Adelio memeras kembali kain, ditaruh ke dahiku. "Kata Dokter, lo kecapean. Apa karena terlalu bersemangat belajar, ya?" tutur Adelio, aku menatap polos, mengidipkan mata beberapa kali, Adelio terkekeh, mengetahui. Jika aku, belum mau berbicara apa-apa. "Bentar, tunggu sini. Gue ambilin bubur sama obat," pamit Adelio, aku melihat dia pergi. Tak lama, dia membawanya dengan air putih di nampan. Aku duduk tanpa disuruh, aku tidak mau dia menolongku sekian kali. "Buka mulut lo," perintah Adelio, aku menggeleng ingin merebut sendok. Tapi Adelio menjauhkan dariku. "Biar gue aja," tolak Adelio, akupun hanya pasrah. "Lo boleh belajar, tapi ingat
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab 43. Perasaan Nyaman

"Kita sebenarnya ada hubungan—" kata Adelio, terpotong olehku. "Persahabatan!" sahutku, mereka terkejut karena aku tiba-tiba memekik. Aku cengengesan mengusap hidung. Adelio melirikku, maupun kedua sahabatku. "Kok kalian di sekolah berantem terus?" tanya Vivian, menyimak penjelasanku. "Karena, gue sama dia emang lagi ada masalah aja!" ungkapku, menyenggol lengan Adelio. Adelio mengangguk. "Bener banget! Kita udah sahabatan dari kecil," kilah Adelio, aku tertawa dalam hati karena ekspresi mereka berdua. "Ohh, wajar aja kalian berantem terus. Tapi, keknya bukan deh. Kalian pacaran kan?" tuduh Gita, aku mendengar itu menganga lebar. "Enak aja! Nggaklah," pekikku tidak terima. "Pasti kalian pacaran!" timpal Vivian, apalagi aku selalu terlihat bersama Adelio. Mungkin keduanya berpikiran, jika aku dan Adelio ada hubungan spesial. "Kalo pacaran emang kenapa?" tanya Adelio, membuatku melotot tidak percaya. Apa-apaan dia, berkata seperti itu? Jadi, dia sengaja mengakui bahwa kita se
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 44. Arti Kebersamaan

Sebulan kemudian, besok adalah hari di mana. Aku akan lomba olimpiade sains. Selama ini, Adelio selalu menemaniku. Tidak tau, setan apa yang dirasuki Adelio. Dia benar-benar mengakui, jika dirinya mulai menerimaku. Aku jadi bimbang, akan tetap seperti ini, atau menerima pernikahanku dengan Adelio. "Geser dikit Adelio," kataku, mendorong Adelio duduk di sebelahku. Kami berada di kantin bersama kedua sahabatku. Tiba-tiba saja Adelio datang, langsung menyempil di sebelahku. Tidak ada yang lebih menyebalkan dari ini. Sekarangpun, jika ada cowok mendekat. Adelio akan, paling pertama mengusir mereka. "Besok lo lomba ya kan," ucap Gita, menyeruput es alpukatnya. Vivian mengangguk membenarkan. Aku menoleh ke mereka berdua. "Iya, doain ya! Gue udah belajar terus tau, semoga hasilnya memuaskan," sahutku, ingin menyuapkan nasgor ke mulutku. Tapi Adelio merebutnya, aku mendorong kepala Adelio. "Jangan ganggu gue, lo bisa pesan sendiri Adelio," sesalku, Adelio tidak peduli, menarik pirin
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 45. Di Kejar Banci

"Ihh, jangan ganggu gue!" teriakku, menabok Adelio. Aku sedang memasak untuk makan siang. Aku kesal, dia menganggu bukan menolong. Adelio mengotori dapur, belum lagi dia bernyanyi-nyanyi. Telingaku, sakit mendengarnya. Aku orangnya cepat risih, apalagi diganggu tanpa henti. "Berhenti nggak lo?! Sebelum sendok itu terbang ke kepala lo!" ancamku, bukan mendengar. Adelio makin menggila, aku memijit kepalaku mulai menyut. Untungnya, masakan yang aku buat hampir selesai. "Wihh, enak tuh!" Adelio merebut sendok, dan mencicipi masakanku. Tempe sambel dan sayur tumis kangkung, dia mencicipi dengan bahagia. "Berhenti! Itu untuk di makan, lo malah ngabisin!" sesalku, menaboknya dengan ganggang sapu. Kali ini aku mengejarnya, Adelio tertawa karena aku terjatuh. Terpleset, bukannya menolong dia mengejekku. "Makanya, kaki tuh panjangin lagi. Pendek sih!" ledek Adelio, aku menatap tajam dirinya. Seketika, air mataku jatuh. Mengalihkan pandang, aku kesal dan kembali duduk. Merajuk membela
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 46. Olimpiade Sains

Aku kali ini, pergi bersama Ibu Aini. Perlombaan olimpiade sains. Awalnya memang berdua. Namun, Adelio memaksa untuk ikut. Jadilah kami bertiga, di sana sangat ramai. Aku gugup, apakah aku bisa mendapatkan juara pertama?Adelio memegang bahuku, kami saling bertatapan di depan Ibu Aini. "Percayalah, lo pasti bisa! Semuanya ada di tangan lo. Perjuangan kali ini pasti berhasil," tutur Adelio, aku menatap haru kata-kata dia lontarkan. Ibu Aini mengelus pundakku. "Semua ada di tanganmu Ranesya, kamu bisa mendapatkan juara pertama," harap Ibu Aini. Aku mengangguk semangat. Semua peserta masuk keruangan, termasuk aku. Jujur, sebenarnya aku deg-degan. Apalagi banyak siswa-siswi dari berbagai sekolah. "Semoga aku bisa!" Aku menyemangati diri sendiri, aku duduk paling depan. Sesuai urutan. Saat sudah dikasih lembaran soal, aku mengerjakannya dengan teliti. "Banyak juga, gue yakin bisa," gumamku kembali fokus, aku yakin semua jawaban itu benar. Iyalah, aku belajar terus setiap harinya.
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 47. Time Zone

"Hoam, udah jam berapa ya?" Aku mengusap mataku, mengambil jam di nakas. Saat aku liat, jam setengah 8. Aduh aku telat! Aku cepat-cepat, memakai baju sekolah tanpa mandi. Bodo amat! Sekolah itu penting, saat aku keluar bertemu Adelio duduk di ruang santai. Terlihat tidak panik, bahkan aku menatapnya heran. Kenapa dia di sini? Bukannya, sekolah dia bersantai ria. "Nggak usah sekolah, udah telat juga," ucap Adelio, berdiri menghampiriku. Aku berkedip beberapa kali, dia terkekeh mengusap kepalaku. "Kita pergi aja mau?" ajak Adelio, aku menggeleng. Tapi dengan ancaman membuatku menurut. "Pergi atau gue aduin ke Bunda? Lo bandel," ancam Adelio, aku menghela napas mengangguk. Astaga, kenapa dia ini! Suka sekali mengadu, aku sering kesal dengannya. Walaupun masih memakai baju sekolah, kami tetap pergi! Aku memberi kabar kepada kedua sahabatku, jika hari ini aku ada urusan keluarga. Aku menaiki mobil, kami meluncur entah kemana. Aku melirik Adelio, sangat serius. Sampai di tempat s
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 48. Cemburu 2

"Astaga, kenapa dia di sini sih?" gerutuku, aku masih terdiam di dalam mobil. Melihat keadaan jika ada Ghifari menungguku, bagaimana ini? Setahuku, pengumuman pemenang Olimpiade Sains diumumkan besok. Aku menutup mata sekejap, menghirup udara banyak-banyak. Aku membuka pintu, Ghifari langsung menghampiriku. "Gimana lomba lo?" tanya Ghifari tersenyum, aku menutup pintu mobil. Membenarkan rambutku yang sedikit kurang rapi, menatapnya sebentar. "Mudah, gue bisa menjawab semuanya," balasku, kami berjalan beriringan. Mataku, tidak sengaja melihat Adelio menatap sinis ke arahku. Aduh, mana aku ingat perkataannya. Jika ada cowok mendekatiku, pasti dia akan memukulnya. Aku mendorong Ghifari menjauh, sembari aku berlari. Menghiraukan, kebingungan Ghifari kepadaku. Bagaimana ya? Aku hanya menolongnya dari maut, aku sampai di kelas dengan napas tidak beraturan. Jam pertama, olahraga. Aku tidak terlalu semangat, apalagi lari. Astaga! Aku menatap jam bentar lagi masuk, bunyi bel terdenga
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 49. Mengakui : Aku Suka Kamu

"Ini bagus keknya," ucapku memilih baju, untuk dipakai nanti malam, sore ini aku ingin bersantai dalam kamar. Tiba-tiba saja pintu terbuka. "Ranesya!" seru Adelio, aku terkejut meloncat. Aku menoleh kebelakang dengan tatapan tajam. "Apaan sih! Lo ganggu gue aja!" omelku, berkacak pinggang. Adelio masuk ke kamar, dia menarikku keluar. Cukup aneh, karena ada warna baju yang begitu indah. Dan aku merawang, couple? Aku melirik, Adelio tersenyum penuh arti. Dia kenapa? Kok keliatan alay, aku tidak berkata, cuma kepikiran memang sealay itu. "Liat ini, baguskan?" tunjuk Adelio, memutar baju yang dia beli. Ada hoodie, maupun baju kaos couple. Semua couple, aku sampe menganga dibuatnya. "Couple semua?" tanyaku memastikan, Adelio mengangguk cepat. Astaga! Dia ini, padahal aku malu melakukan hal aneh begini. Adelio sepertinya, ingin memulai segalanya dari awal. "Lucu tau! Kita nggak pernah ngelakuin seperti pasangan lain," heboh Adelio, mendekatkan baju itu. Belum lagi dia menyuruhku,
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 50. Hasil Olimpiade Sains

Mengingat kejadian semalam, aku tersenyum sendiri. Bagaimana ya, Ghifari seketika terdiam. Menyuruhku dan Adelio pulang saja, lucu sekali bukan? Aku sekarang duduk di perpustakaan sendiri. Aku mengajak kedua sahabatku itu tidak mau, mereka memilih mengibahi Kakak kelas. Karena bosan sendiri, aku mengirimkan pesan ke Adelio! Biar dia ke sini, pasti sukanya mengacau. "Sendiri keliatan nggak punya temen," gumamku, melirik sekeliling. Kebanyakan dari mereka, duduk berdua. Aku membaca kembali, suara berisik terdengar. Banyak dari mereka, sibuk ingin melihat. Aku yang penasaran, ikut mencari tau. Apa yang terjadi sebenarnya. Di depan pintu perpustakaan, terdapat Adelio ribut dengan Ibu Christy — penjaga perpustakaan. "Kamu ini! Ngapain juga ke sini! Nanti kamu mengacau," omel Ibu Christy, dia hanya mewaspadai Adelio. Siapa yang tidak kenal Adelio? Berandalan yang suka cari keributan, wajar saja jika Ibu Christy khawatir. Adelio memohon, menyatukan dua tangannya. "Ibu, aku nggak ba
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status