Beranda / Young Adult / Suamiku Berandalan Sekolah / Bab 46. Olimpiade Sains

Share

Bab 46. Olimpiade Sains

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 18:51:34

Aku kali ini, pergi bersama Ibu Aini. Perlombaan olimpiade sains. Awalnya memang berdua. Namun, Adelio memaksa untuk ikut.

Jadilah kami bertiga, di sana sangat ramai. Aku gugup, apakah aku bisa mendapatkan juara pertama?

Adelio memegang bahuku, kami saling bertatapan di depan Ibu Aini.

"Percayalah, lo pasti bisa! Semuanya ada di tangan lo. Perjuangan kali ini pasti berhasil," tutur Adelio, aku menatap haru kata-kata dia lontarkan.

Ibu Aini mengelus pundakku. "Semua ada di tanganmu Ranesya, kamu bisa mendapatkan juara pertama," harap Ibu Aini. Aku mengangguk semangat.

Semua peserta masuk keruangan, termasuk aku. Jujur, sebenarnya aku deg-degan. Apalagi banyak siswa-siswi dari berbagai sekolah.

"Semoga aku bisa!" Aku menyemangati diri sendiri, aku duduk paling depan.

Sesuai urutan. Saat sudah dikasih lembaran soal, aku mengerjakannya dengan teliti.

"Banyak juga, gue yakin bisa," gumamku kembali fokus, aku yakin semua jawaban itu benar.

Iyalah, aku belajar terus setiap harinya.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 47. Time Zone

    "Hoam, udah jam berapa ya?" Aku mengusap mataku, mengambil jam di nakas. Saat aku liat, jam setengah 8. Aduh aku telat! Aku cepat-cepat, memakai baju sekolah tanpa mandi. Bodo amat! Sekolah itu penting, saat aku keluar bertemu Adelio duduk di ruang santai. Terlihat tidak panik, bahkan aku menatapnya heran. Kenapa dia di sini? Bukannya, sekolah dia bersantai ria. "Nggak usah sekolah, udah telat juga," ucap Adelio, berdiri menghampiriku. Aku berkedip beberapa kali, dia terkekeh mengusap kepalaku. "Kita pergi aja mau?" ajak Adelio, aku menggeleng. Tapi dengan ancaman membuatku menurut. "Pergi atau gue aduin ke Bunda? Lo bandel," ancam Adelio, aku menghela napas mengangguk. Astaga, kenapa dia ini! Suka sekali mengadu, aku sering kesal dengannya. Walaupun masih memakai baju sekolah, kami tetap pergi! Aku memberi kabar kepada kedua sahabatku, jika hari ini aku ada urusan keluarga. Aku menaiki mobil, kami meluncur entah kemana. Aku melirik Adelio, sangat serius. Sampai di tempat s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 48. Cemburu 2

    "Astaga, kenapa dia di sini sih?" gerutuku, aku masih terdiam di dalam mobil. Melihat keadaan jika ada Ghifari menungguku, bagaimana ini? Setahuku, pengumuman pemenang Olimpiade Sains diumumkan besok. Aku menutup mata sekejap, menghirup udara banyak-banyak. Aku membuka pintu, Ghifari langsung menghampiriku. "Gimana lomba lo?" tanya Ghifari tersenyum, aku menutup pintu mobil. Membenarkan rambutku yang sedikit kurang rapi, menatapnya sebentar. "Mudah, gue bisa menjawab semuanya," balasku, kami berjalan beriringan. Mataku, tidak sengaja melihat Adelio menatap sinis ke arahku. Aduh, mana aku ingat perkataannya. Jika ada cowok mendekatiku, pasti dia akan memukulnya. Aku mendorong Ghifari menjauh, sembari aku berlari. Menghiraukan, kebingungan Ghifari kepadaku. Bagaimana ya? Aku hanya menolongnya dari maut, aku sampai di kelas dengan napas tidak beraturan. Jam pertama, olahraga. Aku tidak terlalu semangat, apalagi lari. Astaga! Aku menatap jam bentar lagi masuk, bunyi bel terdenga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 49. Mengakui : Aku Suka Kamu

    "Ini bagus keknya," ucapku memilih baju, untuk dipakai nanti malam, sore ini aku ingin bersantai dalam kamar. Tiba-tiba saja pintu terbuka. "Ranesya!" seru Adelio, aku terkejut meloncat. Aku menoleh kebelakang dengan tatapan tajam. "Apaan sih! Lo ganggu gue aja!" omelku, berkacak pinggang. Adelio masuk ke kamar, dia menarikku keluar. Cukup aneh, karena ada warna baju yang begitu indah. Dan aku merawang, couple? Aku melirik, Adelio tersenyum penuh arti. Dia kenapa? Kok keliatan alay, aku tidak berkata, cuma kepikiran memang sealay itu. "Liat ini, baguskan?" tunjuk Adelio, memutar baju yang dia beli. Ada hoodie, maupun baju kaos couple. Semua couple, aku sampe menganga dibuatnya. "Couple semua?" tanyaku memastikan, Adelio mengangguk cepat. Astaga! Dia ini, padahal aku malu melakukan hal aneh begini. Adelio sepertinya, ingin memulai segalanya dari awal. "Lucu tau! Kita nggak pernah ngelakuin seperti pasangan lain," heboh Adelio, mendekatkan baju itu. Belum lagi dia menyuruhku,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 50. Hasil Olimpiade Sains

    Mengingat kejadian semalam, aku tersenyum sendiri. Bagaimana ya, Ghifari seketika terdiam. Menyuruhku dan Adelio pulang saja, lucu sekali bukan? Aku sekarang duduk di perpustakaan sendiri. Aku mengajak kedua sahabatku itu tidak mau, mereka memilih mengibahi Kakak kelas. Karena bosan sendiri, aku mengirimkan pesan ke Adelio! Biar dia ke sini, pasti sukanya mengacau. "Sendiri keliatan nggak punya temen," gumamku, melirik sekeliling. Kebanyakan dari mereka, duduk berdua. Aku membaca kembali, suara berisik terdengar. Banyak dari mereka, sibuk ingin melihat. Aku yang penasaran, ikut mencari tau. Apa yang terjadi sebenarnya. Di depan pintu perpustakaan, terdapat Adelio ribut dengan Ibu Christy — penjaga perpustakaan. "Kamu ini! Ngapain juga ke sini! Nanti kamu mengacau," omel Ibu Christy, dia hanya mewaspadai Adelio. Siapa yang tidak kenal Adelio? Berandalan yang suka cari keributan, wajar saja jika Ibu Christy khawatir. Adelio memohon, menyatukan dua tangannya. "Ibu, aku nggak ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 51. Tidak ada yang Mengerti

    Dari saat pulang, aku mengurungkan diri. Aku sangat sedih, hasil yang tidak memuaskan itu. Selain itu, banyak orang menghujatku lewat sosmed. Mereka semua mengataiku anak bodoh!Bagaimana besok aku sekolah? Apa aku akan mendapatkan cacian? Padahal juara 2 itu sudah keren, tapi menurutku itu lebih dari kata kurang. Adelio masuk, menatapku yang melamun. "Ranesya? Kenapa masih kepikiran?"Aku menoleh ke sumber suara, Adelio di sana menghampiriku. "Nggak usah dipikirin lagi, itu musibah aja. Lo pasti bisa dapatin lagi kok, lain waktu," kata Adelio, memberi semangat kepadaku. Tidak ada kata-kata aku keluarkan, aku masih dalam suasana hati hancur. Tidak mood melakukan apapun. "Keluar yuk, ada Bunda sama Ayah," ajak Adelio, aku langsung menatapnya. Aku tidak percaya, jika Adelio mengajak Bunda Delyna ke sini, apa dia tau. Kalo aku mengalami kegagalan?Karena tidak enak, aku keluar bertemu dengan mereka. Aku menyalami tangan keduanya. "Mata kamu merah, habis nangis sayang?" tanya Bunda

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 52. Menekan Ego

    "Ranesya, lo harus ketemu Mama. Mama lagi sakit," bujuk Jean, aku pura-pura tidak mendengar. Berada di kantin, menjadi pusat perhatian orang-orang. Aku tidak peduli, membiarkan dia memohon. Suara pesan dan telepon dari sang Mama Cahaya terdengar nyaring, aku masih fokus memakan roti isi cokelat. "Gue cuma ngelakuin ini buat Mama, lo nggak kasihan Mama selalu rindu lo?" Jean menarik tanganku, menghentikan sesi makan. Aku menatapnya malas. "Urusannya, dengan gue apa?" "Lo mau jadi durhaka?" kesal Jean. Aku menghela napas panjang. "Nggak usah bawa-bawa itu, lo jangan buat gue marah ya. Ini lagi di kantin, sebelum orang lain tau masalah keluarga kita," peringatku, Jean memperhatikan sekeliling. Sudah banyak dari mereka, menguping pembicaraan kami. Apalagi Gita dan Vivian, mereka masih satu meja denganku. "Ingat, ini semua kesalahan kalian! Lo itu sebagai Kakak seharusnya paham gue, lo cuma mikirin diri sendiri," sesalku, berdiri melepaskan cengkraman Jean. Sement

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 53. Susah di Atur

    "Adelio, cepetan!" teriakku, astaga bentar lagi telat ini. Aku mulai terbiasa dengan Adelio. Walau tingkahnya, di luar nurul. Tidak aku sangka, sifat dewasanya membuatku nyaman kepadanya. Diperjalanan ke sekolah, tiba-tiba saja ada yang memberhentikan kami. Seorang anak kecil dengan sebuah bungkus mainan. "Kak, beli ya?" Anak kecil itu, menyodorkan beberapa mainan lucu. Aku sedikit takut, karena anak kecil itu menghadang, untungnya Adelio bisa mengerem. Wajahnya terlihat pucat. Aku tidak tega, jika tidak membelinya. Aku melirik Adelio mengangguk. "Kakak beli dua ya!" ucapku, memberikan uang berwarna merah. Aku tersenyum karena anak kecil itu sangat bahagia, dia pun ingin memberi uang kembalian kepadaku. "Ambil aja, buat Adek," jawabku menolak, seketika dia terlihat bahagia. "Serius buat aku Kak?" tanyanya, aku tersenyum kecil dan mengangguk. Anak kecil itu kegirangan sambil loncat-loncat. Kami pergi dari sana, aku memperhatikan mobil-mobilan kecil dengan bentukan lucu. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 54. Impian : Ambis

    "Bentar, tunggu gue!" teriakku, mengejar Adelio. Kami akan menuju bioskop. Awalnya, aku mengajak kedua sahabatku. Adelio yang tidak terima, marah dan ngambek. Aku menghela napas jika mengingatnya, kali ini dia mengejekku karena lamban. "Kaki lo harus dipanjangin lagi," ledeknya, tertawa kecil, dan banyak orang melihat kami. Aku berdecak kesal. "Lo aja yang ketinggian!" teriakku, mendekatinya berhenti di depanku. Saat sampai di tempatnya, Adelio memesan film romantis. Karena aku sudah memberitahu, tidak ingin menonton film horor. Di dalam juga, aku memakan popcorn yang dibeli sebelumnya. Aku mulai menonton, merasa bahagia. Uhh, apalagi adegan mereka saling berantem, satu sama lain. Mengingatku pertama kali bertemu Adelio. "Kek kita," bisik Adelio di telinga, aku tersenyum samar. Arghh! Apaan sih dia, kan aku jadi salah tingkah sendiri. Aku tidak menyangka, jika sekarang saling menyukai. "Gue tau," balasku, menatapnya lembut. Adelio terkekeh, mengusap kepalaku. Aslinya, dulu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03

Bab terbaru

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 148. Agar Ikan Lele

    "Nggak mau," teriakku memberontak. Sementara Adelio menggeleng. "Gue cuma ngajak lo makan di bawah," kata Adelio pada akhirnya terkekeh. Aku terdiam mengetahui apa Adelio maksud tadi, jujur aku malu karena pikiran otakku terlalu terjauh. "Emang lo mikirnya gue ngajak ke mana?" tanya Adelio memperhatikan diriku. Dengan senyum ragu, aku menggaruk tengkuk. Adelio mencubit pipiku dengan gemas. "Kalo mau sekarang, bisa kok kita buat yang menggemaskan," sambung Adelio menyeramkan. Aku melotot karena perkataan Adelio barusan, aku menabok lengannya. "Sembarangan, kita masih sekolah ini aja bentar lagi ulangan loh!" kesalku di mana Adelio hanya cengengesan. "Dahlah, ayo kita ke bawah aja kalo gitu," ajakku kini menariknya. Bahkan, orang-orang di rumah sudah berada di bawah hanya kami berdua baru turun. "Duh, kalian ngapain di atas ya? Kok lama banget," sindir Bunda Delyna tersenyum amat manis. Jujur aku jadinya agak gimana, karena pasti mengira kejauhan seperti aku barusan. "Biasa

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 147. Omelan Mertua

    Tamparan keras mengenai pipi Adelio, aku saja langsung menganga lebar. Tanpa peduli, ada beberapa orang di sini termasuk Angga dan Pasya tidak ikut campur. Aku hanya melirik Ayah Liam terliat biasa saja. "Tanggung jawab kamu harus jaga Ranesya! Kenapa masih aja lalai hah?" hardik Bunda Delyna berkacak pinggang. Adelio melirikku masih terkaget, bukannya kesal Adelio terkekeh kecil seolah tidak terjadi apa-apa. "Bunda, aku udah ngelakuin banyak hal sampai nih muka bonyok tau. Nih liat luka karena ngelawan orang gila," rengek Adelio memberitahukan kondisinya. Awalnya memang marah, hanya saat mengetahui apa yang terjadi. Bunda Delyna menarik tangan Adelio. Wajahnya begitu khawatir, bahkan mendorong Adelio perlahan untuk duduk. Mengambil kotak obat untuk membersihkan luka. "Kenapa bisa sampai kayak gini?" kata Bunda Delyna mengambil betadine, kasa dan alkohol. Sebelumnya, Bunda Delyna sudah membersihkan menggunakan alkohol biar tidak terjadi infeksi. Bagaimana tidak khawatir? Tang

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 146. Khawatirnya Ayah Mertua

    Adelio hanya terkekeh mendorong tubuh Rayyen mengenai dinding, aku rasanya jantungan karena perilaku Adelio barusan. "Takutkan lo, tangan berharga lo mau gue patahin?" tanya Adelio senyum penuh arti. Sementara Rayyen meringis terduduk di lantai tanpa menjawab, Adelio langsung menghampiri melepaskan ikatan tangan maupun kakiku. "Kondisi lo, gimana? Apa orgil itu ngelakuin sesuatu?" Adelio bertanya dengan nada khawatir. Aku tidak menjawab, sampai Adelio melihat telapak tangan yang aku sembunyikan. Adelio langsung menoleh ke Rayyen yang masih menahan perih. "Sakit?" tanya Adelio kepadaku yang tidak menjawab. Tanpa perkataan lagi, Adelio mendekati Rayyen dan menatap tajam cowok yang kini menatap balik Adelio. Dengan perasaan senang aku rasakan, saat melihat Adelio menendang Rayyen begitu brutal. "Berani banget lo, nyakiti cewek gue," geram Adelio apalagi suara gertakan giginya itu. Aku tidak tau lagi soal ini, reaksinya berbeda dan aku bisa merasakan kemarahan Adelio. "Haha, dia

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 145. Obsesi Orang Gila

    Aku menatap sinis orang disamping, aku menabok kepalanya begitu kuat. Sampai cowok itu seakan marah. "Ngelunjak ya lo," kata cowok itu mengeluarkan sapu tangan. Aku tidak tau apa yang akan dilakukannya, hingga aku kaget hidungku ditutupinya. Diri ini sudah meronta-ronta, biar terlepas dari bekapannya. Namun, rasa pusing di kepalaku tidak bisa dihindarkan. "Lo terlalu berisik," lanjut cowok itu dengan tato di tangan. Please, jangan sampai mataku tertutup namun diri ini sudah tidak tahan. Hanya kata terakhir aku dengar dari cowok itu adalah ...."Cukup lo jadi jalang kecil yang baik, jangan sampai Bos jadi harimau galak yang menerkam diri lo," katanya seolah memberikan aku kode. Tidak tau beberapa lama aku pingsan, namun saat aku bangun sudah berada di sebuah kamar begitu luas. Tangan dan kakiku di ikat setiap sisi kasur, asli aku ketakutan gara-gara hal begini. "Eh, lepasin gue. Siapapun itu!" teriakku meronta-ronta. Jujur ini mengerikan yang aku rasakan, sebenarnya ini lebih

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 144. Cinta yang dipaksakan

    Siswi kelas 10 terdiam apalagi perkataan Adelio begitu menyelekit mengatai mereka orang gila. Aku ingin tertawa keras, ekspresi mereka seperti malu sendiri. Apa ini namanya terlalu berlebihan sehingga orang lain ketakutan. "Pak, aku mau ke kelas aja kalo gini," kata Adelio ke Pak Hendra yang mengangguk. Adelio langsung menarik tanganku, di mana aku menoleh kebelakang dan menjulurkan ke semua siswi kelas 10. "Gue dong tanpa mengejar udah dapetin Adelio," ledekku seketika wajah mereka pada masam. Asli aku ingin tertawa, mengingat aku harus menjaga image. Jadi aku hanya bisa terkekeh kecil. Kami meninggalkan lapangan, melewati lorong hanya kali ini cukup sial. Kenapa harus bertemu Rayyen?"Ran, sama gue aja sih entar lo bahagia," kata Rayyen menyenderkan diri di dinding. Aku melirik bersama Adelio, kami berhenti di depannya. Adelio melepaskan genggaman tangannya dariku. "Sadar diri, lo nggak selevel sama gue," kata Adelio menatap tajam Rayyen. Di sana juga sepi, tidak ada orang

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 143. Dikejar Orang Gila

    Adelio menatap begitu dalam hingga akhirnya, Adelio menutup mulut Zara dengan senyum miring. "Jangan gila lo, gue nggak akan balikan sama cewek murahan kayak lo." Adelio mendorong Zara menjauh, aku tidak percaya. Aku kira Adelio akan menerima dengan senang hati, ternyata Adelio hanya mempermalukan Zara saja. Adelio langsung menoleh ke arahku, apa dia sadar ada diriku dari tadi? "Nyariin gue ya?" tanya Adelio mendekat, merangkul diriku. Aku hanya mengangguk kaku, tidak ingin mengingat kejadian tadi. Asli, aku sudah ingin mencekik Adelio maupun Zara tadi. "Jangan dipikirin, gue nggak akan nerima Zara. Dia hanyalah masa lalu," papar Adelio melirik Zara yang terdiam. "Kamu nggak inget masa di mana kita sama-sama sayang?" tanya Zara berusaha membuat Adelio berbalik arah. Adelio hanya terkekeh pelan. "Dulu sama sekarang beda, gue dulu emang sayang lo, namun sekarang yang terakhir gue sayang cuma Ranesya." "Aku masih sayang kamu Adelio," teriak Zara prustasi. Di sa

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 142. Main Belakang

    Pagi sekali, berita menghebohkan datang dari Tasya di mana merebut suami orang. Aduh, aku sampai tidak habis pikir. Ternyata Zara dan Tasya sama saja, apa jangan-jangan Trisya juga begitu?"Gila tuh sampai viral beritanya, Tasya juga sekarang lagi di rumah Pak RT kalo kata anak kelas 10 dekat rumahnya," seru Gita menatap aku dan Vivian. Bahkan, Vivian mengangguk setuju dan di sini aku hanya bisa heran. Jika soal gosip mereka ada saja pembahasannya. "Di Toktok juga kan? Masa Tasya selingkuh di depan Istri sahnya tau," timpal Vivian seakan mulutnya berbusa. Aku juga melihatnya seperti itu, belum lagi lawannya Gita. Sudah sangat tidak bisa dipisahkan ini. "Astaga, gue sih malu ya," sahut Gita menggeleng kepala tidak percaya. Saat kami sedang merumpi, datangnya Zara merangkul tasnya itu. "Aduh, temennya kena masalah kok nggak bantuin sih?" sindir Gita melirik Zara menoleh ke arah kami. "Kenapa emangnya? Lo kok ngurusin hidup orang," sahut Zara mendekat berkacak pinggang. Gita ter

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 141. Membuat Cake bersama Mertua

    Kini aku diajak Adelio ke rumah keluarganya, karena perintah Bunda Delyna. Ada apa di sana sehingga aku harus ikut juga. "Sayang, kamu datang juga akhirnya. Bunda kangen sama kamu," kata Bunda Delyna memelukku erat. Aku terkekeh membalas pelukannya. "Aku juga kangen Bunda."Sementara Adelio disamping, aku sempat meliriknya yang sekedap dada dengan mata menyipit dan bibir cemberut. "Anaknya dilupain nih?" sindir Adelio, di mana Bunda Delyna menoleh ke Adelio. Aku melepaskan pelukan, memperhatikan keduanya yang terlihat sangat mirip. Wajah ganteng Adelio mirip dengan Bunda Delyna, dan benar saja memang plek-ketiplek 100% Bunda Delyna. "Emang kamu anak siapa?" Bunda Delyna bertanya dengan tatapan malas. Jujur ini sangat lucu, bahkan Bunda Delyna berani memarahi Adelio di depanku."Udah ada mantu, anaknya dilupain dih," kata Adelio memandangi wajah Bunda Delyna. "Iri ya, nggak bisa kayak Istri kamu? Soalnya Ranesya juga perhatian dan nggak sebandel kamu," papar Bunda Delyna menari

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 140. Lari Pagi bersama Ayang

    Hari minggu yang ditunggu-tunggu, aku sedang lari pagi bersama Adelio. Kami menikmati keindahan yang tidak ada duanya. Hanya tidak ada angin, tidak ada hujan, kami bertemu Gita dan Vivian ternyata berada di taman yang sama dengan kami. "Mereka samperin kita," kata Adelio melirikku dari samping. Aku hanya mengangguk, ya gimana lagi toh. Gilanya Gita langsung memelukku begitu erat. "Maafin Kakak gue ya?" kata Gita merasa bersalah dari raut wajah. Aku hanya berdeham mengingat perilaku bejat Ghifari, gila banget asli. Dia begitu kepadaku loh. Siapa sih yang terima diperlakukan tidak layak, apalagi di rumah sakit untungnya aku mengajak Adelio. Kalo tidak, bagaimana nasibku?"Lo masih marah?" Gita bertanya penuh harap. "Masih, cuma sama Ghifari doang, sama lo nggak kok," jawabku tersenyum membalas pelukannya. Adelio bersedekap dada dengan decakan kesal, apa dia tidak suka aku begini?Aku menatapnya berada di depanku, pasti dia kesal dengan para perempuan seperti kami. "Kenapa lo?"

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status