Share

Bab 47. Time Zone

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 20:22:10

"Hoam, udah jam berapa ya?" Aku mengusap mataku, mengambil jam di nakas.

Saat aku liat, jam setengah 8. Aduh aku telat! Aku cepat-cepat, memakai baju sekolah tanpa mandi.

Bodo amat! Sekolah itu penting, saat aku keluar bertemu Adelio duduk di ruang santai.

Terlihat tidak panik, bahkan aku menatapnya heran. Kenapa dia di sini? Bukannya, sekolah dia bersantai ria.

"Nggak usah sekolah, udah telat juga," ucap Adelio, berdiri menghampiriku.

Aku berkedip beberapa kali, dia terkekeh mengusap kepalaku.

"Kita pergi aja mau?" ajak Adelio, aku menggeleng. Tapi dengan ancaman membuatku menurut.

"Pergi atau gue aduin ke Bunda? Lo bandel," ancam Adelio, aku menghela napas mengangguk.

Astaga, kenapa dia ini! Suka sekali mengadu, aku sering kesal dengannya.

Walaupun masih memakai baju sekolah, kami tetap pergi! Aku memberi kabar kepada kedua sahabatku, jika hari ini aku ada urusan keluarga.

Aku menaiki mobil, kami meluncur entah kemana. Aku melirik Adelio, sangat serius.

Sampai di tempat s
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 48. Cemburu 2

    "Astaga, kenapa dia di sini sih?" gerutuku, aku masih terdiam di dalam mobil. Melihat keadaan jika ada Ghifari menungguku, bagaimana ini? Setahuku, pengumuman pemenang Olimpiade Sains diumumkan besok. Aku menutup mata sekejap, menghirup udara banyak-banyak. Aku membuka pintu, Ghifari langsung menghampiriku. "Gimana lomba lo?" tanya Ghifari tersenyum, aku menutup pintu mobil. Membenarkan rambutku yang sedikit kurang rapi, menatapnya sebentar. "Mudah, gue bisa menjawab semuanya," balasku, kami berjalan beriringan. Mataku, tidak sengaja melihat Adelio menatap sinis ke arahku. Aduh, mana aku ingat perkataannya. Jika ada cowok mendekatiku, pasti dia akan memukulnya. Aku mendorong Ghifari menjauh, sembari aku berlari. Menghiraukan, kebingungan Ghifari kepadaku. Bagaimana ya? Aku hanya menolongnya dari maut, aku sampai di kelas dengan napas tidak beraturan. Jam pertama, olahraga. Aku tidak terlalu semangat, apalagi lari. Astaga! Aku menatap jam bentar lagi masuk, bunyi bel terdenga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 49. Mengakui : Aku Suka Kamu

    "Ini bagus keknya," ucapku memilih baju, untuk dipakai nanti malam, sore ini aku ingin bersantai dalam kamar. Tiba-tiba saja pintu terbuka. "Ranesya!" seru Adelio, aku terkejut meloncat. Aku menoleh kebelakang dengan tatapan tajam. "Apaan sih! Lo ganggu gue aja!" omelku, berkacak pinggang. Adelio masuk ke kamar, dia menarikku keluar. Cukup aneh, karena ada warna baju yang begitu indah. Dan aku merawang, couple? Aku melirik, Adelio tersenyum penuh arti. Dia kenapa? Kok keliatan alay, aku tidak berkata, cuma kepikiran memang sealay itu. "Liat ini, baguskan?" tunjuk Adelio, memutar baju yang dia beli. Ada hoodie, maupun baju kaos couple. Semua couple, aku sampe menganga dibuatnya. "Couple semua?" tanyaku memastikan, Adelio mengangguk cepat. Astaga! Dia ini, padahal aku malu melakukan hal aneh begini. Adelio sepertinya, ingin memulai segalanya dari awal. "Lucu tau! Kita nggak pernah ngelakuin seperti pasangan lain," heboh Adelio, mendekatkan baju itu. Belum lagi dia menyuruhku,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 50. Hasil Olimpiade Sains

    Mengingat kejadian semalam, aku tersenyum sendiri. Bagaimana ya, Ghifari seketika terdiam. Menyuruhku dan Adelio pulang saja, lucu sekali bukan? Aku sekarang duduk di perpustakaan sendiri. Aku mengajak kedua sahabatku itu tidak mau, mereka memilih mengibahi Kakak kelas. Karena bosan sendiri, aku mengirimkan pesan ke Adelio! Biar dia ke sini, pasti sukanya mengacau. "Sendiri keliatan nggak punya temen," gumamku, melirik sekeliling. Kebanyakan dari mereka, duduk berdua. Aku membaca kembali, suara berisik terdengar. Banyak dari mereka, sibuk ingin melihat. Aku yang penasaran, ikut mencari tau. Apa yang terjadi sebenarnya. Di depan pintu perpustakaan, terdapat Adelio ribut dengan Ibu Christy — penjaga perpustakaan. "Kamu ini! Ngapain juga ke sini! Nanti kamu mengacau," omel Ibu Christy, dia hanya mewaspadai Adelio. Siapa yang tidak kenal Adelio? Berandalan yang suka cari keributan, wajar saja jika Ibu Christy khawatir. Adelio memohon, menyatukan dua tangannya. "Ibu, aku nggak ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 51. Tidak ada yang Mengerti

    Dari saat pulang, aku mengurungkan diri. Aku sangat sedih, hasil yang tidak memuaskan itu. Selain itu, banyak orang menghujatku lewat sosmed. Mereka semua mengataiku anak bodoh!Bagaimana besok aku sekolah? Apa aku akan mendapatkan cacian? Padahal juara 2 itu sudah keren, tapi menurutku itu lebih dari kata kurang. Adelio masuk, menatapku yang melamun. "Ranesya? Kenapa masih kepikiran?"Aku menoleh ke sumber suara, Adelio di sana menghampiriku. "Nggak usah dipikirin lagi, itu musibah aja. Lo pasti bisa dapatin lagi kok, lain waktu," kata Adelio, memberi semangat kepadaku. Tidak ada kata-kata aku keluarkan, aku masih dalam suasana hati hancur. Tidak mood melakukan apapun. "Keluar yuk, ada Bunda sama Ayah," ajak Adelio, aku langsung menatapnya. Aku tidak percaya, jika Adelio mengajak Bunda Delyna ke sini, apa dia tau. Kalo aku mengalami kegagalan?Karena tidak enak, aku keluar bertemu dengan mereka. Aku menyalami tangan keduanya. "Mata kamu merah, habis nangis sayang?" tanya Bunda

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 52. Menekan Ego

    "Ranesya, lo harus ketemu Mama. Mama lagi sakit," bujuk Jean, aku pura-pura tidak mendengar. Berada di kantin, menjadi pusat perhatian orang-orang. Aku tidak peduli, membiarkan dia memohon. Suara pesan dan telepon dari sang Mama Cahaya terdengar nyaring, aku masih fokus memakan roti isi cokelat. "Gue cuma ngelakuin ini buat Mama, lo nggak kasihan Mama selalu rindu lo?" Jean menarik tanganku, menghentikan sesi makan. Aku menatapnya malas. "Urusannya, dengan gue apa?" "Lo mau jadi durhaka?" kesal Jean. Aku menghela napas panjang. "Nggak usah bawa-bawa itu, lo jangan buat gue marah ya. Ini lagi di kantin, sebelum orang lain tau masalah keluarga kita," peringatku, Jean memperhatikan sekeliling. Sudah banyak dari mereka, menguping pembicaraan kami. Apalagi Gita dan Vivian, mereka masih satu meja denganku. "Ingat, ini semua kesalahan kalian! Lo itu sebagai Kakak seharusnya paham gue, lo cuma mikirin diri sendiri," sesalku, berdiri melepaskan cengkraman Jean. Sement

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 53. Susah di Atur

    "Adelio, cepetan!" teriakku, astaga bentar lagi telat ini. Aku mulai terbiasa dengan Adelio. Walau tingkahnya, di luar nurul. Tidak aku sangka, sifat dewasanya membuatku nyaman kepadanya. Diperjalanan ke sekolah, tiba-tiba saja ada yang memberhentikan kami. Seorang anak kecil dengan sebuah bungkus mainan. "Kak, beli ya?" Anak kecil itu, menyodorkan beberapa mainan lucu. Aku sedikit takut, karena anak kecil itu menghadang, untungnya Adelio bisa mengerem. Wajahnya terlihat pucat. Aku tidak tega, jika tidak membelinya. Aku melirik Adelio mengangguk. "Kakak beli dua ya!" ucapku, memberikan uang berwarna merah. Aku tersenyum karena anak kecil itu sangat bahagia, dia pun ingin memberi uang kembalian kepadaku. "Ambil aja, buat Adek," jawabku menolak, seketika dia terlihat bahagia. "Serius buat aku Kak?" tanyanya, aku tersenyum kecil dan mengangguk. Anak kecil itu kegirangan sambil loncat-loncat. Kami pergi dari sana, aku memperhatikan mobil-mobilan kecil dengan bentukan lucu. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 54. Impian : Ambis

    "Bentar, tunggu gue!" teriakku, mengejar Adelio. Kami akan menuju bioskop. Awalnya, aku mengajak kedua sahabatku. Adelio yang tidak terima, marah dan ngambek. Aku menghela napas jika mengingatnya, kali ini dia mengejekku karena lamban. "Kaki lo harus dipanjangin lagi," ledeknya, tertawa kecil, dan banyak orang melihat kami. Aku berdecak kesal. "Lo aja yang ketinggian!" teriakku, mendekatinya berhenti di depanku. Saat sampai di tempatnya, Adelio memesan film romantis. Karena aku sudah memberitahu, tidak ingin menonton film horor. Di dalam juga, aku memakan popcorn yang dibeli sebelumnya. Aku mulai menonton, merasa bahagia. Uhh, apalagi adegan mereka saling berantem, satu sama lain. Mengingatku pertama kali bertemu Adelio. "Kek kita," bisik Adelio di telinga, aku tersenyum samar. Arghh! Apaan sih dia, kan aku jadi salah tingkah sendiri. Aku tidak menyangka, jika sekarang saling menyukai. "Gue tau," balasku, menatapnya lembut. Adelio terkekeh, mengusap kepalaku. Aslinya, dulu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 55. Pamer Hubungan

    Pagi harinya, suasana yang cerah. Aku ingin berangkat, ditahan oleh Adelio. Mengajakku untuk sarapan dahulu. Aku sangat tidak menyangka, jika Adelio sempat memasakan makanan untukku. Inipun ada 2 bekal, dia begitu perhatian denganku. Nasi goreng dengan susu, perpaduan luar biasa enaknya. "Nih, lo makan yang banyak ya!" pinta Adelio, memberikan beberapa sendok nasi goreng ke piringku. Aku mengangguk semangat. "Makasih! Lo juga ya?" balasku, Adelio terpaku dengan perkataanku. Apa yang salah? Tidak apa bukan, jika aku perhatian dengannya? Adelio seperti, kehilangan akal senyum sendiri. "Adelio, lo kenapa? Gapapakan?" Aku panik memegang dahinya, please dia belum sadar. Aku jadinya sedikit ketakutan, nanti dia kesurupan bagaimana? Aku menabok pipinya, biar sadar. Aku berdiri mendekatinya. "Adelio!" pekikku, tepat di telinganya. Akhirnya, Adelio baru sadar. Menoleh ke arahku yang sedang menatap kesal Adelio. "Lo kenapa sih?" Aku menepuk pipinya, Adelio tersenyum lebar. Tidak aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03

Bab terbaru

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 172. Akhir yang Bahagia

    Akhirnya tidak ada gangguan ketiga manusia itu, malam ini kami rencananya ingin makan bakso di tempat langganan. Di mana waktu itu ada banci, semoga sekarang nggak ada. Takutnya Adelio risih dengannya. "Baksonya satu Mang!" seru Adelio dengan mengangkat tangannya berbentuk V. Mamang bakso itu hanya mengangguk, aku sangat senang berada di sini. Walaupun capek siang tadi, kan malamnya bisa berduaan kembali. Dalam suasana malam yang dingin dengan bintang bertaburan. "Baksonya enak?" tanya Adelio mendongak menatapku. Aku mengangguk dengan senyum manis. "Enak banget! Juaranya bakso ini mah.""Iya atuh Neng! Palinh enak bakso saya pastinya," sahut Mamang bakso itu dengan senang. Aku dan Adelio hanya terkekeh kecil, tapi memang seenak itu. Apalagi aku jarang ke sini, jadinya sangat rindu ya. "Kalo gitu gratisin kita dong, kan udah dipuji," goda Adelio ke Mamang bakso. Seketika gelengan Mamang bakso terlihat, aku hanya terkekeh. Orang jualan kok minta gratisan dasar Adelio. "Nggak u

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 171. Telinga Memerah

    Perjalanan kali ini tidak ada halangan sama sekali dari tiga orang gila itu, bahkan ini di bandara dijemput oleh keluarga kami. Aku merasa senang, mereka semua berada sini termasuk Jean. Walau hanya beberapa hari, setidaknya lebih baik cepat pulang daripada semua akan terbongkar seiring waktu. "Kalian ini!" kesal Jean menabok Adelio. Sementara hidungku ditariknya, ihh kenapa dia ini. Sok jadi Kakak pula yang jahil idih. "Sakit dodol," balas Adelio menatap sinis Jean hanya terkekeh. "Elah men gitu doang mah nggak sakit," kata Jean cengengesan. Pada akhirnya, Adelio membalasnya lebih kuat. Di mana kami menertawakan Jean terkena getahnya. "Gue pelan loh, lo balasnya kayak mau bunuh gue," kesal Jean menjauhi Adelio memilih mendekati Mama Cahaya. "Makanya, lo jadi Abang tuh waras dikit. Gue baru pulang nyari perkara lo," sahutku menatapnya sinis. Tidak merasa bersalah, Jean hanya tersenyum lebar. Dih apaan banget nih orang, untung gue sabar ya. Sementara Bunda Delyna memberi kode

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 170. Pulang

    Malamnya aku merenung, apa besok pulang saja? Daripada mereka bertiga mengira melakukan hal lebih dari ini. Bagaimanapun, Zara dan Gracia mengetahui. Jika kami memesan satu ruang, walau satu kamar aku pasti sedikit menjauh tidurnya dari Adelio. "Setuju nggak, kalo kita pulang aja besok?" tanyaku ke Adelio yang sedang makan dengan tenang. Yap, setelah seharian mengobrol dan tidur. Kami tidak kemana-mana lagi, karena mengetahui ketiga manusia itu akan merusuh. Adelio mendongak dan tatapan kami bertemu. "Gue ngikut aja," balas Adelio tersenyum. Aku menghela napas panjang mengingat beberapa hari ini bukannya bahagia. Tapi banyak hal yang tidak diduga aku rasakan, belum lagi Ghifari bisa-bisanya menghampiriku ke Bali. "Yaudah, gue mau besok pulang. Nggak betah di sini," balasku kembali memakan udang goreng tepung. Enak banget asli, kayak masakan Mamaku hehe. Jadi rindu mereka apalagi Jean huhu. Setelah selesai makan, kami ke ruang santai untuk menonton televisi. Sebenarnya sangat

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 169. Berdua denganmu

    Pada akhirnya kami berada di pantai, menikmati hari berdua. Namun, itu tidak berjalan semestinya. Karena gangguan dari ketiga gila itu masih berlanjut, inipun aku ditarik Ghifari untuk pergi berdua."Gue bakal ngajak lo ke tempat yang indah di sini," paksa Ghifari dengan wajah memelas. Aku melirik Adelio yang kini dipegang dua orang sekaligus, siapa lagi kalo Zara dan Gracia. Mereka ini, astaga! Aku dan Adelio ingin berlibur saja susah, pasti ada masalah datang. "Lepasin nggak! Gue nggak mau Ghifari," kataku mengamuk di depan banyak orang melintas. "Ini lagi kalian berdua, apa nggak sadar? Gue tuh mau berdua sama Ranesya," ucap Adelio terdengar dingin. Aku menatap Adelio menarik paksa tangannya sampai jeratan dari dua manusia itu terlepas. Adelio mendekatiku berusaha melepaskan aku dari Ghifari yang tidak mau mengalah. "Seharusnya lo jangan deketin Ranesya, dia bakal jadi milik gue." Ghifari berkata percaya diri. Aku tertawa karena menyadari, jika Ghifari terlalu berlebihan.

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 168. Couple Pink Strawberry

    Aku menguak sangat lebar merasakan kehangatan luar biasa, saat aku membuka mata terdapat Adelio terlelap. Aku tersenyum lembut mengelus pipinya, mataku melotot karena menyadari kami tidur bersama. "Eh? Kok bisa sih," gumamku memperhatikan sekitar. Menyadari jika kami berada di kamarku, kejadian malam tadi hanya dikejar Adelio dan saling bercanda. Oh ya! Tidak sengaja tertidur berdua. Huh, syukurlah kukira kami melakukan hal berlebihan. "Duh, jangan bangun ya," kataku melepaskan diri dari Adelio perlahan. Aku berdiri menatap wajah Adelio yang begitu menawan, apa tidak salah Tuhan memberikan Adelio kepadaku?Bahkan, banyak dari cewek-cewek mengejarnya. Walaupun tingkah nakalnya membuat guru kesal, tapi dia adalah suami terbaik untukku. "Masak apa ya?" gumamku menuju dapur. Apa aku masak nasi goreng saja ya? Pasti enak banget, tapikan nggak ada peralatannya. Huh! Yasudahlah, aku memilih menonton tv di mana suara teleponku begitu nyaring di kamar. "Ganggu banget, ini jam 7 loh,"

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 167. Salah Bicara

    Khusus hari ini, aku tidak ingin keluar karena takut bermasalah lagi dengan kedua makhluk gila itu. Membayangkan saja kejadian kemarin membuatku naik darah, huh! Apa aku buang saja ke lubang buaya sehingga tidak ingin merebut Adelio. "Lo kenapa sih remas remote itu kuat banget?" tanya Adelio menatapku bingung. Aku menggigit bibir bawah, saat melihatnya. Ya gimana lagi, aku masih sangat kesal tau!"Gapapa kok," jawabku seadanya dengan senyuman kecil. Kami berada di ruang santai menonton sebuah film romantis, adegannya begitu manis membuatku melayang. Tapi sesaat membayangkan tadi, moodku hancur seketika. Untungnya Adelio menyuapiku seperti sekarang. "Suka nggak?" tanya Adelio memberikanmu sebuah susu kotak. Aww, pagi-pagi sekali Adelio membawakan beberapa makanan entah dari mana. Aku yang baru bangun melihat Adelio tersenyum saat aku membuka mata, romantis bukan? "Ngelamun lagi?" kata Adelio membuatku tersadar. Aku hanya tersenyum kecil, memakan beberapa cemilan di atas meja.

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 166. Kacau

    Malam harinya, aku dan Adelio ingin pergi kencan berdua. Namun, hal tidak diduga terjadi. Di mana Zara dan Gracia, berada di tempat yang sama dengan kami. Jujur aku kadang bingung, mereka ada di mana-mana. "Kenapa Ranesya?" tanya Adelio melihatku. Aku mendengus menatap lulus, di mana Adelio mengikuti mataku. "Loh, kenapa mereka ada di sini ya?" balas Adelio begitu bingung. Pake nanya lagi, ya aku juga nggak tau loh. Mereka seolah tau, kami akan pergi kemana sampai ke restoran ini sekalipun. Berusaha mengabaikan keduanya, aku menarik Adelio ke dalam. Duduk di meja yang cukup jauh dari Zara dan Gracia. "Bentar, kita pesan dulu," kata Adelio mengangkat tangan seketika pelayan datang menghampiri kami. Sebuah buku menu, aku memilih beberapa dan sebaliknya dilakukan hal sama dengan Adelio. Pelayan itu pergi, hanya kami berdua di sini yang lain sibuk dengan urusan mereka. "Gimana rasanya liburan sekarang? Seru nggak?" tanya Adelio menatapku begitu dalam. Aku mendongak memperhatika

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 165. Curiga

    Berusaha melupakan Zara dan Gracia, kami lebih memilih kepantai kembali berjemur di sana. Siapa sangka, orang yang tidak aku harapkan mendekati kami mana bajunya kurang bahan. "Adelio, lo makin ganteng aja," kata Gracia melirik tubuh Adelio tanpa baju. Dih, aku menaikkan satu alis merasa aneh dengan pemandangan di mana wajah Gracia memerah. Jijik sekali, apalagi tidak lepas matanya ke Adelio. Heh! Jangan gitu please, aku sangat cemburu sialan. "Gue emang ganteng, sekarang lo berdua pergi sana," usir Adelio menurunkan kacamata lalu menaikkan kembali. "Lo berdua mau jadi lonte atau apa? Bahannya terlalu kurang, mau godain siapa?" hina Adelio tanpa menoleh ke arah mereka berdua. Aku menahan tawa, siapa mengira. Jika Adelio akan berkata begitu tanpa peduli perasaan Zara maupun Gracia. "Buat godain lo," sahut Zara mendekati Adelio. Jujur menjijikan sekali, mereka tanpa malu tersenyum amat manis dan menggoda. Iuhh, untung aku berusaha kalem ya. "Najis tau nggak!" umpat Adelio mene

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 164. Keberadaan Zara dan Gracia

    Di pagi hari, berbeda dari biasanya. Saat aku terbangun, Adelio sudah berada di depanku. Siapa sangka, aku melotot tidak percaya. Bahkan, Adelio mengelus puncak kepalaku. "Lo udah bangun?" tanya Adelio mengecup keningku penuh perhatian. Aku yang masih tidak menyangka hanya bisa berkedip-kedip, yaa aku kan masih terkejut. Dengan tubuhku mundur membuat Adelio terlihat bingung. "Kenapa?" Aku menggeleng cepat, berusaha berdiri dan melirik sekitaran. Asli, aku sangat malu. "Nggak kok," jawabku sedikit gugup. "Seriusan? Kenapa wajah lo langsung tegang gitu," sahut Adelio terkekeh pelan. Yah, siapa coba tidak kaget dengan tingkahnya. Kan aku sangat terkejut, dahal dia sangat jarang begini kepadaku. Paling sesuatu hal penting, atau pergi suatu tempat dia akan menghampiriku terlebih dahulu. "Eh, nggak kok cuma tadi," balasku bingung mengigit bibir bawah. Aku mendorong tubuh Adelio. "Sana gih, lo pesen aja makanan gue laper soalnya," kataku mengalihkan pembicaraan. "Lo laper? Bentar

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status