Share

Bab 48. Cemburu 2

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 22:37:56

"Astaga, kenapa dia di sini sih?" gerutuku, aku masih terdiam di dalam mobil.

Melihat keadaan jika ada Ghifari menungguku, bagaimana ini? Setahuku, pengumuman pemenang Olimpiade Sains diumumkan besok.

Aku menutup mata sekejap, menghirup udara banyak-banyak. Aku membuka pintu, Ghifari langsung menghampiriku.

"Gimana lomba lo?" tanya Ghifari tersenyum, aku menutup pintu mobil.

Membenarkan rambutku yang sedikit kurang rapi, menatapnya sebentar.

"Mudah, gue bisa menjawab semuanya," balasku, kami berjalan beriringan.

Mataku, tidak sengaja melihat Adelio menatap sinis ke arahku. Aduh, mana aku ingat perkataannya. Jika ada cowok mendekatiku, pasti dia akan memukulnya.

Aku mendorong Ghifari menjauh, sembari aku berlari. Menghiraukan, kebingungan Ghifari kepadaku.

Bagaimana ya? Aku hanya menolongnya dari maut, aku sampai di kelas dengan napas tidak beraturan.

Jam pertama, olahraga. Aku tidak terlalu semangat, apalagi lari. Astaga! Aku menatap jam bentar lagi masuk, bunyi bel terdenga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 49. Mengakui : Aku Suka Kamu

    "Ini bagus keknya," ucapku memilih baju, untuk dipakai nanti malam, sore ini aku ingin bersantai dalam kamar. Tiba-tiba saja pintu terbuka. "Ranesya!" seru Adelio, aku terkejut meloncat. Aku menoleh kebelakang dengan tatapan tajam. "Apaan sih! Lo ganggu gue aja!" omelku, berkacak pinggang. Adelio masuk ke kamar, dia menarikku keluar. Cukup aneh, karena ada warna baju yang begitu indah. Dan aku merawang, couple? Aku melirik, Adelio tersenyum penuh arti. Dia kenapa? Kok keliatan alay, aku tidak berkata, cuma kepikiran memang sealay itu. "Liat ini, baguskan?" tunjuk Adelio, memutar baju yang dia beli. Ada hoodie, maupun baju kaos couple. Semua couple, aku sampe menganga dibuatnya. "Couple semua?" tanyaku memastikan, Adelio mengangguk cepat. Astaga! Dia ini, padahal aku malu melakukan hal aneh begini. Adelio sepertinya, ingin memulai segalanya dari awal. "Lucu tau! Kita nggak pernah ngelakuin seperti pasangan lain," heboh Adelio, mendekatkan baju itu. Belum lagi dia menyuruhku,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 50. Hasil Olimpiade Sains

    Mengingat kejadian semalam, aku tersenyum sendiri. Bagaimana ya, Ghifari seketika terdiam. Menyuruhku dan Adelio pulang saja, lucu sekali bukan? Aku sekarang duduk di perpustakaan sendiri. Aku mengajak kedua sahabatku itu tidak mau, mereka memilih mengibahi Kakak kelas. Karena bosan sendiri, aku mengirimkan pesan ke Adelio! Biar dia ke sini, pasti sukanya mengacau. "Sendiri keliatan nggak punya temen," gumamku, melirik sekeliling. Kebanyakan dari mereka, duduk berdua. Aku membaca kembali, suara berisik terdengar. Banyak dari mereka, sibuk ingin melihat. Aku yang penasaran, ikut mencari tau. Apa yang terjadi sebenarnya. Di depan pintu perpustakaan, terdapat Adelio ribut dengan Ibu Christy — penjaga perpustakaan. "Kamu ini! Ngapain juga ke sini! Nanti kamu mengacau," omel Ibu Christy, dia hanya mewaspadai Adelio. Siapa yang tidak kenal Adelio? Berandalan yang suka cari keributan, wajar saja jika Ibu Christy khawatir. Adelio memohon, menyatukan dua tangannya. "Ibu, aku nggak ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 51. Tidak ada yang Mengerti

    Dari saat pulang, aku mengurungkan diri. Aku sangat sedih, hasil yang tidak memuaskan itu. Selain itu, banyak orang menghujatku lewat sosmed. Mereka semua mengataiku anak bodoh!Bagaimana besok aku sekolah? Apa aku akan mendapatkan cacian? Padahal juara 2 itu sudah keren, tapi menurutku itu lebih dari kata kurang. Adelio masuk, menatapku yang melamun. "Ranesya? Kenapa masih kepikiran?"Aku menoleh ke sumber suara, Adelio di sana menghampiriku. "Nggak usah dipikirin lagi, itu musibah aja. Lo pasti bisa dapatin lagi kok, lain waktu," kata Adelio, memberi semangat kepadaku. Tidak ada kata-kata aku keluarkan, aku masih dalam suasana hati hancur. Tidak mood melakukan apapun. "Keluar yuk, ada Bunda sama Ayah," ajak Adelio, aku langsung menatapnya. Aku tidak percaya, jika Adelio mengajak Bunda Delyna ke sini, apa dia tau. Kalo aku mengalami kegagalan?Karena tidak enak, aku keluar bertemu dengan mereka. Aku menyalami tangan keduanya. "Mata kamu merah, habis nangis sayang?" tanya Bunda

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 52. Menekan Ego

    "Ranesya, lo harus ketemu Mama. Mama lagi sakit," bujuk Jean, aku pura-pura tidak mendengar. Berada di kantin, menjadi pusat perhatian orang-orang. Aku tidak peduli, membiarkan dia memohon. Suara pesan dan telepon dari sang Mama Cahaya terdengar nyaring, aku masih fokus memakan roti isi cokelat. "Gue cuma ngelakuin ini buat Mama, lo nggak kasihan Mama selalu rindu lo?" Jean menarik tanganku, menghentikan sesi makan. Aku menatapnya malas. "Urusannya, dengan gue apa?" "Lo mau jadi durhaka?" kesal Jean. Aku menghela napas panjang. "Nggak usah bawa-bawa itu, lo jangan buat gue marah ya. Ini lagi di kantin, sebelum orang lain tau masalah keluarga kita," peringatku, Jean memperhatikan sekeliling. Sudah banyak dari mereka, menguping pembicaraan kami. Apalagi Gita dan Vivian, mereka masih satu meja denganku. "Ingat, ini semua kesalahan kalian! Lo itu sebagai Kakak seharusnya paham gue, lo cuma mikirin diri sendiri," sesalku, berdiri melepaskan cengkraman Jean. Sement

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 53. Susah di Atur

    "Adelio, cepetan!" teriakku, astaga bentar lagi telat ini. Aku mulai terbiasa dengan Adelio. Walau tingkahnya, di luar nurul. Tidak aku sangka, sifat dewasanya membuatku nyaman kepadanya. Diperjalanan ke sekolah, tiba-tiba saja ada yang memberhentikan kami. Seorang anak kecil dengan sebuah bungkus mainan. "Kak, beli ya?" Anak kecil itu, menyodorkan beberapa mainan lucu. Aku sedikit takut, karena anak kecil itu menghadang, untungnya Adelio bisa mengerem. Wajahnya terlihat pucat. Aku tidak tega, jika tidak membelinya. Aku melirik Adelio mengangguk. "Kakak beli dua ya!" ucapku, memberikan uang berwarna merah. Aku tersenyum karena anak kecil itu sangat bahagia, dia pun ingin memberi uang kembalian kepadaku. "Ambil aja, buat Adek," jawabku menolak, seketika dia terlihat bahagia. "Serius buat aku Kak?" tanyanya, aku tersenyum kecil dan mengangguk. Anak kecil itu kegirangan sambil loncat-loncat. Kami pergi dari sana, aku memperhatikan mobil-mobilan kecil dengan bentukan lucu. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 54. Impian : Ambis

    "Bentar, tunggu gue!" teriakku, mengejar Adelio. Kami akan menuju bioskop. Awalnya, aku mengajak kedua sahabatku. Adelio yang tidak terima, marah dan ngambek. Aku menghela napas jika mengingatnya, kali ini dia mengejekku karena lamban. "Kaki lo harus dipanjangin lagi," ledeknya, tertawa kecil, dan banyak orang melihat kami. Aku berdecak kesal. "Lo aja yang ketinggian!" teriakku, mendekatinya berhenti di depanku. Saat sampai di tempatnya, Adelio memesan film romantis. Karena aku sudah memberitahu, tidak ingin menonton film horor. Di dalam juga, aku memakan popcorn yang dibeli sebelumnya. Aku mulai menonton, merasa bahagia. Uhh, apalagi adegan mereka saling berantem, satu sama lain. Mengingatku pertama kali bertemu Adelio. "Kek kita," bisik Adelio di telinga, aku tersenyum samar. Arghh! Apaan sih dia, kan aku jadi salah tingkah sendiri. Aku tidak menyangka, jika sekarang saling menyukai. "Gue tau," balasku, menatapnya lembut. Adelio terkekeh, mengusap kepalaku. Aslinya, dulu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 55. Pamer Hubungan

    Pagi harinya, suasana yang cerah. Aku ingin berangkat, ditahan oleh Adelio. Mengajakku untuk sarapan dahulu. Aku sangat tidak menyangka, jika Adelio sempat memasakan makanan untukku. Inipun ada 2 bekal, dia begitu perhatian denganku. Nasi goreng dengan susu, perpaduan luar biasa enaknya. "Nih, lo makan yang banyak ya!" pinta Adelio, memberikan beberapa sendok nasi goreng ke piringku. Aku mengangguk semangat. "Makasih! Lo juga ya?" balasku, Adelio terpaku dengan perkataanku. Apa yang salah? Tidak apa bukan, jika aku perhatian dengannya? Adelio seperti, kehilangan akal senyum sendiri. "Adelio, lo kenapa? Gapapakan?" Aku panik memegang dahinya, please dia belum sadar. Aku jadinya sedikit ketakutan, nanti dia kesurupan bagaimana? Aku menabok pipinya, biar sadar. Aku berdiri mendekatinya. "Adelio!" pekikku, tepat di telinganya. Akhirnya, Adelio baru sadar. Menoleh ke arahku yang sedang menatap kesal Adelio. "Lo kenapa sih?" Aku menepuk pipinya, Adelio tersenyum lebar. Tidak aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 56. Salah Paham

    "Aku minta maaf, kalo aku sering bandel. Nggak bisa dengerin omongan, aku juga ingin berubah untuk kalian. Aku tau umur segini, seharusnya aku belajar tapi—" jeda Adelio melirikku. Dengan tatapan saling beradu, aku mengangguk membuatnya. Dia mengungkapkan semuanya. Aku yakin Adelio, pasti bisa!"Aku bandel, suka tawuran dan buat kalian pusing. Aku bakal belajar lebih giat lagi, biar Ayah bangga dengan aku. Terutama Mama, makasih sudah melahirkan aku di keluarga ini," papar Adelio, menunduk dalam. Bunda Delyna, mengusap pipinya basah. Pasti bangga, mempunyai anak seperti Adelio. "Sayang, kamu serius? Siapa yang buat kamu, mengubah pikiran kamu begini?" Bunda Delyna mendekat, memeluk Adelio penuh kasih sayang. Ayah Liam, tersenyum kecil meminum air mineralnya. "Ranesya, dia selalu ngasih tau aku yang baik. Karena nggak selamanya aku seperti ini, aku pasti akan memimpin tanggung jawab besar di perusahaan," ungkap Adelio, kedua orang tuanya langsung tersenyum lebar. "Sayang, makasih

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04

Bab terbaru

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 99. Salbrut (Salting Brutal)

    Aku sempat ditawarkan kembali osis, aku menolak. Karena sudah mulai muak dengan keadaan. Harus jadi contoh yang baik. Namun, saat aku kena masalah, malah dihujat habis-habisan. Huh! Aku tidak mau!"Nggak mau lagi gue," gerutuku, berjalan ke arah keluar. Menunggu Adelio di pagar, aku berharap Adelio cepat ke sini. Aku memijat kening yang pening. "Mau muntah gue, nggak mungkinkan hamil?" parnoku sembarangan, apa-apain aja nggak pernah. Hanya aku berpikir negatif saja, sampai aku tersadar ada yang menepuk bahuku. "Adelio?" panggilku kaget, aku cengengesan. "Lo mikirin apa? Sampe ngelamun di sini," tanya Adelio bingung. Kini Adelio menyentil jidatku. Dih, kok malah nyebelin sih?! Aku mendengus kesal dengan melipatkan tangan di dada. Aku membenarkan poni yang berantakan, aku berjalan lebih dulu mengabaikan Adelio. "Eh, tungguin. Ngambek ya?" tanya Adelio, mengejarku. Aku menghentakkan kaki, benar sangat tidak estetik. Aku kan tidak mau di sentil dulu, seharusnya puk puk gitu loh.

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 98. Pelaku : Terkunci di Wc

    Sekarang aku dan Adelio saling bertatapan, memegang tangan ingin pergi bersama. Bedanya, kali ini pergi berangkat dengan bus. Sebenernya aku hanya pengen, sempat melihat anak sekolah naik bareng sama temannya. "Ayo berangkat," ajak Adelio menarikku, menuju halte tidak jauh dari rumah. Aku mengangguk, tersenyum lebar. Padahal jelas-jelas, rumah kami dekat dengan sekolah. Liatlah, kurang kerjaan memilih naik bus. Aku terkekeh membayangkan berapa seru di sana. "Tuh liat busnya," kata Adelio, menarikku duduk di pertengahan. Aku duduk dekat kaca, memperhatikan banyak melintas, ternyata seru juga. Sampai aku menghembuskan udara dari mulut ke kaca, aku dengan jahil menuliskan namaku love Adelio. "Ucul banget," kataku terkekeh, aku mengeluarkan hp memotretnya. Adelio sadar menoleh ke arahku, begitu kaget dengan tingkah bocilku ini. "Lucunya, keliatan anak SD kita," celetuk Adelio, membuatku terkejut. Aku menghalanginya dengan tangan karena malu, Adelio meminggirkan pelan. Jujur, s

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 97. Meminta Saran

    Malam ini, aku berniat pergi ke rumah keluargaku, karena ingin meminta saran atas perubahan Zara. Aku tidak pernah menceritakan ini, hanya aku ingin mempertimbangkan saja. "Adelio, lo mau naik motor atau mobil?" tanyaku, melirik Adelio merangkul diriku. Adelio menoleh kesamping. "Mobil aja nggak sih?" "Oke, gue masih bingung soal itu," kataku, menghela napas berat. "Gapapa, nanti tanya sama Mama ya? Lo jangan bingung gini, pasti ada jalan keluarnya kok," papar Adelio, mempersilahkan aku masuk ke mobil. Adelio jalan memutar, masuk ke dalam mobil. Aku melirik, jika ada sesuatu dibelakang. "Adelio, lo beli apa?" tanyaku ke Adelio, sedang menyetir. "Catur, biar bisa main sama Papa," balas Adelio, tersenyum lebar. "Bisa-bisanya lo, pasti karena Papa pernah bilang ya," kataku, memperhatikan Adelio mengangguk. "Papa cerita kalo suka main catur, cuma Jean nggak mau. Jadi Papa, suka kesepian di rumah," jelas Adelio dengan nada sedih. Aku tersentuh olehnya. Aduh punya suami begini tu

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 96. Terbully

    Di kantin aku sendiri, karena enggan duduk bersama kedua sahabatku. Ada yang mengajak hanya aku malas. Ingin merasakan kesendirian, aku hanya ingin tenang sesaat. Sampai ada dua orang, sangat aku tidak suka duduk. "Keliatan nggak punya temen ya," ejek Tasya, diangguki Trisya. Aku diam saja, menyeruput es teh ku, dan bakso yang sedang aku makan. Abaikan saja orang gila ini. Anggap mereka tidak ada, aku sedang malas bertengkar dengan siapapun. "Biasa mah, dia kan emang mulai dijauhi terus ya? Karena pacaran sama Adelio," balas Trisya, tersenyum miring. Apalah mereka ini, aku merasa keduanya saling menyahut dengan kebencian. "Biasa itu mah, nggak cocok sama Adelio. Tapi dipaksakan bersama," timpal Tasya, terkekeh pelan. Aku berhenti memakan bakso, menatap tajam Tasya. Apa yang dia katakan barusan? Aku tidak cocok dengan Adelio?Nggak cocok dari mana? Aku cocok saja dengannya, bahkan kami saling melengkapi. "Terus cocok sama lo yang pemales? Jadi apa Adelio nanti," sahutku, terta

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 95. Zara Taubat

    Aku terbangun di pagi hari, langsung ke dapur menguncir rambut asal. Aku akan memasak mie instan saja. Rasanya ingin memakan itu bersama Adelio, aku dengan lihai memasukkan semua ke dalam wajan. "Masak apa tuh," celetuk Adelio mendekat, mendusel leherku. Aku menoleh dengan kesal. "Nggak usah ngeselin deh, ini masih pagi Adelio.""Kenapa sih? Nggak boleh manja sama lo?" tanya Adelio cemberut, melepaskan pelukannya. Aku memutarkan tubu, menangkup pipi tirusnya, dan tersenyum manis. Mencubit pelan, sambil memainkannya. "Lo udah gede, mending lo mandi aja. Bentar lagi kita pergi sekolah," usirku secara halus. Adelio menggelengkan kepala, menolak mempersiapkan diri. Terus Adelio maunya apa?"Eh, bentar bau apa ini?" Mataku melotot, melihat masakanku yang gosong. Aku menatap tajam Adelio, sudah mengangguku masak mie. Padahal itu mie sisa 2 doang, dan liat sudah tidak bisa dimakan. "Kok gosong?" tanya Adelio sok polos. "Dahlah gue males," kesalku, sudah tidak mood lagi. Memilih unt

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 94. Balap Liar 2

    "Lo nggak bosen culik gue?" tanyaku ke Ghazi sedang merokok. Hari sudah malam, bisa aku liat karena berada di luar. Lebih tepatnya arena balap. Aku juga tidak tau, apa yang mau Ghazi lakukan. Sampai Ghazi keluarkan hp-nya. "Halo, sini lo selamatin pacar lo ini." Ghazi video call, terdapat Adelio yang kaget. "Woyy! Sialan, dasar pecundang mainnya culik terus," umpat Adelio melototi Ghazi. Ghazi mendekat, memegang daguku. Adelio menatapku lekat. "Cepat bilang sesuatu cantik," kata Ghazi menarik daguku, biar melihatnya. Aku meneguk ludah. "Tolongin gue Adelio," lirihku cemberut. Adelio mengepalkan tangan tidak terima, apalagi aku terlihat sedih begitu. "Gue laper, nggak dikasih makan dari siang. Cuma minum doang," aduku membuat Adelio makin marah. "Hahaha, datang ke sini ke arena balapan biasa lo tanding," ucap Ghazi tersenyum miring. "Woyy, lo culik jangan pacar gue— "Ghazi langsung mematikan video call, aku hanya menghela napas panjang, dipegang tanganku oleh kedua bawahan

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 93. Sandera

    Rambutku dijambak oleh Zara, sesuai prediksi. Seketika kelasku ramai, bahkan anak kelas lain ikut melihat kejadian ini. "Lo kurang kerjaan banget, teror gue?!" ketusku, menarik rambutnya juga. Zara menatap tajam ke arahku. "Gue benci sama lo, emang cocok diteror! Biar lo jauh-jauh dari Adelio!" "Gila lo, makanya kalo kurang belaian ke Om lo itu," sindirku, saling beradu kepala. Mana kepalaku sakit ditarik-tarik begini, apa tidak ada yang mau menolongku?Sampai suara teriakan sangat aku kenal mendekat, sepertinya ada yang mengadu jika aku bertengkar dengan Zara. "Berhenti Zara, lepasin sekarang Ranesya!" perintah Adelio, tidak di respon Zara. "Ingat, lo mau gue bongkar rahasia lo di sini, atau lepasin sekarang Ranesya?" ancam Adelio, ditengah-tengah kami berdua. Seketika Zara melepaskan tarikannya, dan dadanya naik turun. Melirik Adelio yang sedang membantuku. "Lo gapapa? Ada yang sakit?" panik Adelio, memeriksa keadaanku. "Gue gapapa kok," balasku tersenyum kecil. Aku meliha

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 92. Bocah Ngeyel

    Pagi ini aku diam-diam mengintip dari pintu kamar, berharap tidak ada Adelio. Aku mengelus dada merasa lega, kali ini aku akan pergi sendiri ke sekolah. "Kerjain Zara ahh, bakal aku kasih tau siapa neror dirinya. Jika itu aku haha," kataku tertawa jahat. Sebelum Adelio bangun, aku mau pergi ke sekolah. Takutnya, Adelio akan tau rencana yang aku lakukan. Karena aku sempat di teror bukan? Setelah, kejadian perselingkuhan itu. Zara tidak melakukan lagi. "Takut kali," cibirku, meluncur menuju sekolah menggunakan mobil. Perjalanan pagi hari ini tidak macet, aku langsung turun saat sudah sampai. Terdapat Elgar tersenyum manis kepadaku. Ini Elgar nggak ada kapoknya ya?!"Halo Kakak cantik," sapa Elgar melambaikan tangan mendekat. "Bareng gue yuk."Aku berdecak, menghela napas berat. Elgar ini, suka sekali nyari masalah. Aku saja sudah muak dengannya. Apa Elgar tidak mendengar apa yang Adelio katakan? "Nggak dulu, Adelio lebih menggoda," ucapku, menatapnya tersenyum miring. Setelah

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 91. Si Manja

    "Bunda, ini taruh di mana bolunya?" Aku memegang bolu yang kami buat, ternyata Bunda Delyna. Ingin memintaku ke sini untuk menemaninya bikin bolu. "Biasa sayang," sahut Bunda Delyna tersenyum lembut. Aku menuju meja makan, di mana ada Adelio menopang dagunya. Ngapain Adelio di situ?"Kiw, cewek cantik," goda Adelio ke arahku. Sebenarnya, aku ingin ketawa. Kenapa Adelio melakukan itu. Biar apa coba? Adelio mendekat, mencium keningku dengan romantis. Ada apa dengannya? Tiba-tiba saja begini, aku merasa jika Adelio tidak mau melepaskan aku sedikitpun. "Lo kenapa sih," kataku mendorong pelan dengan siku. Adelio menggeleng. "Nggak boleh? Romantis sama Istri sendiri?""Bukan gitu, lo kayak lebih manja aja," sahutku pelan, takut kedengaran orang lain. "Lo kan Istri gue, wajar aja sih. Kecuali gue sama yang lain," ucap Adelio, membuatku melotot. "Dih, enak aja lo bilang gitu." Aku memutarkan tubuh, menatapnya dalam. Aku terdiam sesaat memikirkan apa Adelio maksud, jadi kalo semisal

DMCA.com Protection Status