Home / Young Adult / Suamiku Berandalan Sekolah / Bab 54. Impian : Ambis

Share

Bab 54. Impian : Ambis

last update Last Updated: 2024-12-03 14:09:51

"Bentar, tunggu gue!" teriakku, mengejar Adelio. Kami akan menuju bioskop.

Awalnya, aku mengajak kedua sahabatku. Adelio yang tidak terima, marah dan ngambek.

Aku menghela napas jika mengingatnya, kali ini dia mengejekku karena lamban.

"Kaki lo harus dipanjangin lagi," ledeknya, tertawa kecil, dan banyak orang melihat kami.

Aku berdecak kesal. "Lo aja yang ketinggian!" teriakku, mendekatinya berhenti di depanku.

Saat sampai di tempatnya, Adelio memesan film romantis. Karena aku sudah memberitahu, tidak ingin menonton film horor.

Di dalam juga, aku memakan popcorn yang dibeli sebelumnya. Aku mulai menonton, merasa bahagia.

Uhh, apalagi adegan mereka saling berantem, satu sama lain. Mengingatku pertama kali bertemu Adelio.

"Kek kita," bisik Adelio di telinga, aku tersenyum samar.

Arghh! Apaan sih dia, kan aku jadi salah tingkah sendiri. Aku tidak menyangka, jika sekarang saling menyukai.

"Gue tau," balasku, menatapnya lembut.

Adelio terkekeh, mengusap kepalaku. Aslinya, dulu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 55. Pamer Hubungan

    Pagi harinya, suasana yang cerah. Aku ingin berangkat, ditahan oleh Adelio. Mengajakku untuk sarapan dahulu. Aku sangat tidak menyangka, jika Adelio sempat memasakan makanan untukku. Inipun ada 2 bekal, dia begitu perhatian denganku. Nasi goreng dengan susu, perpaduan luar biasa enaknya. "Nih, lo makan yang banyak ya!" pinta Adelio, memberikan beberapa sendok nasi goreng ke piringku. Aku mengangguk semangat. "Makasih! Lo juga ya?" balasku, Adelio terpaku dengan perkataanku. Apa yang salah? Tidak apa bukan, jika aku perhatian dengannya? Adelio seperti, kehilangan akal senyum sendiri. "Adelio, lo kenapa? Gapapakan?" Aku panik memegang dahinya, please dia belum sadar. Aku jadinya sedikit ketakutan, nanti dia kesurupan bagaimana? Aku menabok pipinya, biar sadar. Aku berdiri mendekatinya. "Adelio!" pekikku, tepat di telinganya. Akhirnya, Adelio baru sadar. Menoleh ke arahku yang sedang menatap kesal Adelio. "Lo kenapa sih?" Aku menepuk pipinya, Adelio tersenyum lebar. Tidak aku

    Last Updated : 2024-12-03
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 56. Salah Paham

    "Aku minta maaf, kalo aku sering bandel. Nggak bisa dengerin omongan, aku juga ingin berubah untuk kalian. Aku tau umur segini, seharusnya aku belajar tapi—" jeda Adelio melirikku. Dengan tatapan saling beradu, aku mengangguk membuatnya. Dia mengungkapkan semuanya. Aku yakin Adelio, pasti bisa!"Aku bandel, suka tawuran dan buat kalian pusing. Aku bakal belajar lebih giat lagi, biar Ayah bangga dengan aku. Terutama Mama, makasih sudah melahirkan aku di keluarga ini," papar Adelio, menunduk dalam. Bunda Delyna, mengusap pipinya basah. Pasti bangga, mempunyai anak seperti Adelio. "Sayang, kamu serius? Siapa yang buat kamu, mengubah pikiran kamu begini?" Bunda Delyna mendekat, memeluk Adelio penuh kasih sayang. Ayah Liam, tersenyum kecil meminum air mineralnya. "Ranesya, dia selalu ngasih tau aku yang baik. Karena nggak selamanya aku seperti ini, aku pasti akan memimpin tanggung jawab besar di perusahaan," ungkap Adelio, kedua orang tuanya langsung tersenyum lebar. "Sayang, makasih

    Last Updated : 2024-12-04
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 57. Bully dan Hinaan

    Aku sudah di depan pintu Adelio, mengetuk berkali-kali. Sungguh, aku tidak melakukan perbuatan seperti itu. Aku menghela napas panjang, terasa lelah begitu lama menunggu. Pintu terbuka, tapi Adelio menggeserku. Tanpa bicara apa-apa, dia pergi tanpa mendengar panggilanku. "Adelio!" Kejarku, Adelio tidak menoleh sama sekali. Menaiki motornya, ingin pergi. Aku dengan secepat mungkin memberhentikannya. Adelio menoleh ke belakang. "Lepas! Gue mau ke sekolah," kesal Adelio, menatap datar diriku. "Gue mau jelasin, itu beneran bukan gue Adelio," kataku, sepertinya Adelio tidak peduli kejujuranku. Dia hanya percaya foto yang dia liat di hp, aku sangat prustasi dengan tingkahnya itu. "Gue bilang lepas! Jangan pegang motor gue." Adelio melirik tajam ke diriku, aku merasa Adelio marah. Langsung melepaskan motornya Adelio langsung meluncur pergi, meninggalkan aku sendiri membeku. Dengan langkah lunglai, menaiki mobil di garasi. Aku pergi ke sekolah dengan perasaan campur aduk. Saat samp

    Last Updated : 2024-12-05
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 58. Kasih Percuma

    "Stop! Kalian nggak boleh bully Ranesya!" teriak Jean, menghampiri dan melindungiku. Aku tidak habis pikir, walau semua orang berkata aku hina. Jean membelaku. "Gue emang kecewa sama lo, tapi lo tetap Adek gue," kata Jean, aku terpaku padanya. Jean menghadang untuk Trisya dan Tasya tidak melakukan hal lebih. Aku terdiam menahan tangis. "Lo masih lindungi dia? Ingat Jean, dia cewek murahan. Bisa-bisanya pelukan sama orang, apa dia suka sama Om?" tuduh Trisya, mereka semua tertawa. Tasya mengangguk, menatapku dari bawah ke atas. "Apa dia pintar karena duit Om-om?" Tasya makin menghinaku, Jean mendengar itu mengepalkan tangan tidak terima. "Dengerin gue, lo berdua lebih hina dari Adek gue! Lo manusia licik dengan mulut jelek lo itu," ejek Jean, keduanya menggeram marah. Aku ditarik Jean, menjauh dari kantin. Aku hanya mengikuti langkahnya. Sampai taman belakang, aku menunduk dalam karena merasa tidak pantas dengan semua ini. Jean mengangkat daguku. "Kalo lo emang nggak salah, b

    Last Updated : 2024-12-06
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 59. Terkuak

    Malam harinya, aku duduk di kamar sendiri. Memikirkan, apa Bastian akan menemukan buktinya?Huh! Aku merasa lelah dengan semuanya, aku keluar kamar tidak ada Adelio. Karena terasa panas, aku ke teras. "Adelio?" gumamku, kali ini dia merokok dengan asap mengepul. Seolah menyadari diriku, dia menoleh, tatapan sangat dingin. Aku sangat sedih, dia berbeda dari biasanya. "Lo ngapain ke sini?!" hardik Adelio, berdiri, dan memilih untuk masuk. Aku menahan tangannya. "Gue mau jelasin, itu cuma editan Adelio.""Nggak usah banyak alasan, gue tau lo semurah itu," hina Adelio, aku mendengar ucapannya, langsung melepaskan cengkraman tangan Adelio. "Sehina itu gue di mata lo sekarang Adelio?" kataku, duduk sendiri menatap malam yang gelap. Siapa sih yang ingin menghancurkan, reputasiku seperti ini? Jelas-jelas, aku tidak pernah bermasalah dengan orang. Kecuali, jika mereka mengangguku terlebih dahulu. Aku sangat lesu, tidak ada semangat lagi. "Semoga gue bisa kuat, hadapi semua ini," kataku

    Last Updated : 2024-12-06
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 60. Dituduh Selingkuh

    "Lah, serius sekarang?"Aku membaca pesan dari Bastian, jika nanti dia akan menjemputku. Bukan itu masalahnya, kami baru pulang sekolah. Tapi Bastian ingin langsung ke rumah. Duh, aku harus kasih alamat sedikit jauh dari rumah kami. "Cepat Ranesya! Sebelum dia lebih dulu di sana." Aku tergesa-gesa keluar rumah. Tanpa memedulikan ada Adelio, atau tidak di rumah. Aku berjalan kaki, hanya beda beberapa jarak. Masih dekat rumah kami, Bastian berhenti membawa mobilnya. "Naik sekarang," kata Bastian, melirikku sampai ke bawah."Iya," jawabku mengangguk, merasakan deg-degan. Apa yang sebenarnya Bastian lakukan. Mengajakku bersamanya, apa dia ingin menunjukkan sesuatu?"Mau kemana?" Aku bertanya, Bastian melirik sekilas. "Nanti lo bakal tau," balasnya, membawa mobil tersebut ke kawasan kumuh. Kenapa harus ke sini? Aku menatapnya lama, Bastian mengangguk saja. Kode apaan itu?! Aku tidak pahamlah, aku mengikutinya dari belakang. Bastian menuju satu rumah, dia masuk secara diam-diam. A

    Last Updated : 2024-12-06
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 61. Rekaman Cctv

    Aku pergi terlebih dahulu, tidak ada kata sarapan. Mengingat kejadian malam tadi, aku begitu sakit hati. Menghela napas panjang, aku harus sekolah. Di mana semua orang tetap menghinaku. "Males banget gue," gumamku, keluar dari mobil. Aku tidak sengaja melihat Frans mendekatiku. "Hei Ranesya," sapa Frans. "Hai juga, kenapa?" balasku, Frans tersenyum kecil. Frans menyodorkan sesuatu kepadaku. "Buat lo, bolu cokelat dari Bunda."Aku mengerutkan kening, aku merasa dia melakukan seperti dulu. Mendekati secara perlahan. "Lo jangan salah paham, gue cuma disuruh Bunda doang," kata Frans, setelah memberikan bolu. Dia langsung pergi, aku menatapnya menjauh dari sisiku. Perjalanan menuju kelas, aku mendapatkan hinaan kembali. Apa mereka tidak bosan? Aku saja muak! Aku hanya menoleh sekilas, langsung melanjutkan kembali. "Bodo amat! Bukan gue juga kok," ucapku, tiba-tiba saja dihadang Tasya dan Trisya. Aduh, kenapa sih mereka berdua? Aku menatap sinis kedua makhluk itu. "Minggir! Gue m

    Last Updated : 2024-12-06
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 62. Bertengkar

    Aku memilih duduk di taman belakang, ternyata Adelio menghampiriku. "Ranesya, lo di sini?" Adelio duduk di sebelahku. Aku tidak menyahut Adelio, aku masih muak dengannya. Banyak tuduhan dia lakukan kepadaku. "Gue minta maaf, udah sembarangan tuduh. Gue tau, gue salah dan nggak cari tau dulu. Tapi please, maafin gue ya?" mohon Adelio, menyatukan kedua tangannya. Tidak, aku tidak akan memaafkannya! Enak saja dia! Aku sakit hati, Adelio benar-benar membuatku sedih. "Diem! Gue nggak mau ngomong sama lo!" hardikku , masih berfokus dengan hp. Aku tidak mau, aku kesal mengingat semua kejadian kemarin. Aku berdiri, mau meninggalkan Adelio. "Jangan pergi, dengerin gue dulu," rengek Adelio, memegang tanganku. Aku menatap malas dirinya, enggan untuk bersuara. "Gue minta maaf kejadian waktu kemaren, nggak mempercayai lo. Please, Ranesya. Gue juga nggak tau kalo itu di fitnah," papar Adelio, perlahan aku melepaskan diri dari Adelio. "Nggak butuh, minta maaf dari lo!" sentakku, pergi dari

    Last Updated : 2024-12-07

Latest chapter

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 172. Akhir yang Bahagia

    Akhirnya tidak ada gangguan ketiga manusia itu, malam ini kami rencananya ingin makan bakso di tempat langganan. Di mana waktu itu ada banci, semoga sekarang nggak ada. Takutnya Adelio risih dengannya. "Baksonya satu Mang!" seru Adelio dengan mengangkat tangannya berbentuk V. Mamang bakso itu hanya mengangguk, aku sangat senang berada di sini. Walaupun capek siang tadi, kan malamnya bisa berduaan kembali. Dalam suasana malam yang dingin dengan bintang bertaburan. "Baksonya enak?" tanya Adelio mendongak menatapku. Aku mengangguk dengan senyum manis. "Enak banget! Juaranya bakso ini mah.""Iya atuh Neng! Palinh enak bakso saya pastinya," sahut Mamang bakso itu dengan senang. Aku dan Adelio hanya terkekeh kecil, tapi memang seenak itu. Apalagi aku jarang ke sini, jadinya sangat rindu ya. "Kalo gitu gratisin kita dong, kan udah dipuji," goda Adelio ke Mamang bakso. Seketika gelengan Mamang bakso terlihat, aku hanya terkekeh. Orang jualan kok minta gratisan dasar Adelio. "Nggak u

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 171. Telinga Memerah

    Perjalanan kali ini tidak ada halangan sama sekali dari tiga orang gila itu, bahkan ini di bandara dijemput oleh keluarga kami. Aku merasa senang, mereka semua berada sini termasuk Jean. Walau hanya beberapa hari, setidaknya lebih baik cepat pulang daripada semua akan terbongkar seiring waktu. "Kalian ini!" kesal Jean menabok Adelio. Sementara hidungku ditariknya, ihh kenapa dia ini. Sok jadi Kakak pula yang jahil idih. "Sakit dodol," balas Adelio menatap sinis Jean hanya terkekeh. "Elah men gitu doang mah nggak sakit," kata Jean cengengesan. Pada akhirnya, Adelio membalasnya lebih kuat. Di mana kami menertawakan Jean terkena getahnya. "Gue pelan loh, lo balasnya kayak mau bunuh gue," kesal Jean menjauhi Adelio memilih mendekati Mama Cahaya. "Makanya, lo jadi Abang tuh waras dikit. Gue baru pulang nyari perkara lo," sahutku menatapnya sinis. Tidak merasa bersalah, Jean hanya tersenyum lebar. Dih apaan banget nih orang, untung gue sabar ya. Sementara Bunda Delyna memberi kode

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 170. Pulang

    Malamnya aku merenung, apa besok pulang saja? Daripada mereka bertiga mengira melakukan hal lebih dari ini. Bagaimanapun, Zara dan Gracia mengetahui. Jika kami memesan satu ruang, walau satu kamar aku pasti sedikit menjauh tidurnya dari Adelio. "Setuju nggak, kalo kita pulang aja besok?" tanyaku ke Adelio yang sedang makan dengan tenang. Yap, setelah seharian mengobrol dan tidur. Kami tidak kemana-mana lagi, karena mengetahui ketiga manusia itu akan merusuh. Adelio mendongak dan tatapan kami bertemu. "Gue ngikut aja," balas Adelio tersenyum. Aku menghela napas panjang mengingat beberapa hari ini bukannya bahagia. Tapi banyak hal yang tidak diduga aku rasakan, belum lagi Ghifari bisa-bisanya menghampiriku ke Bali. "Yaudah, gue mau besok pulang. Nggak betah di sini," balasku kembali memakan udang goreng tepung. Enak banget asli, kayak masakan Mamaku hehe. Jadi rindu mereka apalagi Jean huhu. Setelah selesai makan, kami ke ruang santai untuk menonton televisi. Sebenarnya sangat

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 169. Berdua denganmu

    Pada akhirnya kami berada di pantai, menikmati hari berdua. Namun, itu tidak berjalan semestinya. Karena gangguan dari ketiga gila itu masih berlanjut, inipun aku ditarik Ghifari untuk pergi berdua."Gue bakal ngajak lo ke tempat yang indah di sini," paksa Ghifari dengan wajah memelas. Aku melirik Adelio yang kini dipegang dua orang sekaligus, siapa lagi kalo Zara dan Gracia. Mereka ini, astaga! Aku dan Adelio ingin berlibur saja susah, pasti ada masalah datang. "Lepasin nggak! Gue nggak mau Ghifari," kataku mengamuk di depan banyak orang melintas. "Ini lagi kalian berdua, apa nggak sadar? Gue tuh mau berdua sama Ranesya," ucap Adelio terdengar dingin. Aku menatap Adelio menarik paksa tangannya sampai jeratan dari dua manusia itu terlepas. Adelio mendekatiku berusaha melepaskan aku dari Ghifari yang tidak mau mengalah. "Seharusnya lo jangan deketin Ranesya, dia bakal jadi milik gue." Ghifari berkata percaya diri. Aku tertawa karena menyadari, jika Ghifari terlalu berlebihan.

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 168. Couple Pink Strawberry

    Aku menguak sangat lebar merasakan kehangatan luar biasa, saat aku membuka mata terdapat Adelio terlelap. Aku tersenyum lembut mengelus pipinya, mataku melotot karena menyadari kami tidur bersama. "Eh? Kok bisa sih," gumamku memperhatikan sekitar. Menyadari jika kami berada di kamarku, kejadian malam tadi hanya dikejar Adelio dan saling bercanda. Oh ya! Tidak sengaja tertidur berdua. Huh, syukurlah kukira kami melakukan hal berlebihan. "Duh, jangan bangun ya," kataku melepaskan diri dari Adelio perlahan. Aku berdiri menatap wajah Adelio yang begitu menawan, apa tidak salah Tuhan memberikan Adelio kepadaku?Bahkan, banyak dari cewek-cewek mengejarnya. Walaupun tingkah nakalnya membuat guru kesal, tapi dia adalah suami terbaik untukku. "Masak apa ya?" gumamku menuju dapur. Apa aku masak nasi goreng saja ya? Pasti enak banget, tapikan nggak ada peralatannya. Huh! Yasudahlah, aku memilih menonton tv di mana suara teleponku begitu nyaring di kamar. "Ganggu banget, ini jam 7 loh,"

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 167. Salah Bicara

    Khusus hari ini, aku tidak ingin keluar karena takut bermasalah lagi dengan kedua makhluk gila itu. Membayangkan saja kejadian kemarin membuatku naik darah, huh! Apa aku buang saja ke lubang buaya sehingga tidak ingin merebut Adelio. "Lo kenapa sih remas remote itu kuat banget?" tanya Adelio menatapku bingung. Aku menggigit bibir bawah, saat melihatnya. Ya gimana lagi, aku masih sangat kesal tau!"Gapapa kok," jawabku seadanya dengan senyuman kecil. Kami berada di ruang santai menonton sebuah film romantis, adegannya begitu manis membuatku melayang. Tapi sesaat membayangkan tadi, moodku hancur seketika. Untungnya Adelio menyuapiku seperti sekarang. "Suka nggak?" tanya Adelio memberikanmu sebuah susu kotak. Aww, pagi-pagi sekali Adelio membawakan beberapa makanan entah dari mana. Aku yang baru bangun melihat Adelio tersenyum saat aku membuka mata, romantis bukan? "Ngelamun lagi?" kata Adelio membuatku tersadar. Aku hanya tersenyum kecil, memakan beberapa cemilan di atas meja.

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 166. Kacau

    Malam harinya, aku dan Adelio ingin pergi kencan berdua. Namun, hal tidak diduga terjadi. Di mana Zara dan Gracia, berada di tempat yang sama dengan kami. Jujur aku kadang bingung, mereka ada di mana-mana. "Kenapa Ranesya?" tanya Adelio melihatku. Aku mendengus menatap lulus, di mana Adelio mengikuti mataku. "Loh, kenapa mereka ada di sini ya?" balas Adelio begitu bingung. Pake nanya lagi, ya aku juga nggak tau loh. Mereka seolah tau, kami akan pergi kemana sampai ke restoran ini sekalipun. Berusaha mengabaikan keduanya, aku menarik Adelio ke dalam. Duduk di meja yang cukup jauh dari Zara dan Gracia. "Bentar, kita pesan dulu," kata Adelio mengangkat tangan seketika pelayan datang menghampiri kami. Sebuah buku menu, aku memilih beberapa dan sebaliknya dilakukan hal sama dengan Adelio. Pelayan itu pergi, hanya kami berdua di sini yang lain sibuk dengan urusan mereka. "Gimana rasanya liburan sekarang? Seru nggak?" tanya Adelio menatapku begitu dalam. Aku mendongak memperhatika

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 165. Curiga

    Berusaha melupakan Zara dan Gracia, kami lebih memilih kepantai kembali berjemur di sana. Siapa sangka, orang yang tidak aku harapkan mendekati kami mana bajunya kurang bahan. "Adelio, lo makin ganteng aja," kata Gracia melirik tubuh Adelio tanpa baju. Dih, aku menaikkan satu alis merasa aneh dengan pemandangan di mana wajah Gracia memerah. Jijik sekali, apalagi tidak lepas matanya ke Adelio. Heh! Jangan gitu please, aku sangat cemburu sialan. "Gue emang ganteng, sekarang lo berdua pergi sana," usir Adelio menurunkan kacamata lalu menaikkan kembali. "Lo berdua mau jadi lonte atau apa? Bahannya terlalu kurang, mau godain siapa?" hina Adelio tanpa menoleh ke arah mereka berdua. Aku menahan tawa, siapa mengira. Jika Adelio akan berkata begitu tanpa peduli perasaan Zara maupun Gracia. "Buat godain lo," sahut Zara mendekati Adelio. Jujur menjijikan sekali, mereka tanpa malu tersenyum amat manis dan menggoda. Iuhh, untung aku berusaha kalem ya. "Najis tau nggak!" umpat Adelio mene

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 164. Keberadaan Zara dan Gracia

    Di pagi hari, berbeda dari biasanya. Saat aku terbangun, Adelio sudah berada di depanku. Siapa sangka, aku melotot tidak percaya. Bahkan, Adelio mengelus puncak kepalaku. "Lo udah bangun?" tanya Adelio mengecup keningku penuh perhatian. Aku yang masih tidak menyangka hanya bisa berkedip-kedip, yaa aku kan masih terkejut. Dengan tubuhku mundur membuat Adelio terlihat bingung. "Kenapa?" Aku menggeleng cepat, berusaha berdiri dan melirik sekitaran. Asli, aku sangat malu. "Nggak kok," jawabku sedikit gugup. "Seriusan? Kenapa wajah lo langsung tegang gitu," sahut Adelio terkekeh pelan. Yah, siapa coba tidak kaget dengan tingkahnya. Kan aku sangat terkejut, dahal dia sangat jarang begini kepadaku. Paling sesuatu hal penting, atau pergi suatu tempat dia akan menghampiriku terlebih dahulu. "Eh, nggak kok cuma tadi," balasku bingung mengigit bibir bawah. Aku mendorong tubuh Adelio. "Sana gih, lo pesen aja makanan gue laper soalnya," kataku mengalihkan pembicaraan. "Lo laper? Bentar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status