Beranda / Young Adult / Suamiku Berandalan Sekolah / Bab 60. Dituduh Selingkuh

Share

Bab 60. Dituduh Selingkuh

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-06 15:19:38

"Lah, serius sekarang?"

Aku membaca pesan dari Bastian, jika nanti dia akan menjemputku. Bukan itu masalahnya, kami baru pulang sekolah.

Tapi Bastian ingin langsung ke rumah. Duh, aku harus kasih alamat sedikit jauh dari rumah kami.

"Cepat Ranesya! Sebelum dia lebih dulu di sana." Aku tergesa-gesa keluar rumah.

Tanpa memedulikan ada Adelio, atau tidak di rumah.

Aku berjalan kaki, hanya beda beberapa jarak. Masih dekat rumah kami, Bastian berhenti membawa mobilnya.

"Naik sekarang," kata Bastian, melirikku sampai ke bawah.

"Iya," jawabku mengangguk, merasakan deg-degan.

Apa yang sebenarnya Bastian lakukan. Mengajakku bersamanya, apa dia ingin menunjukkan sesuatu?

"Mau kemana?" Aku bertanya, Bastian melirik sekilas.

"Nanti lo bakal tau," balasnya, membawa mobil tersebut ke kawasan kumuh.

Kenapa harus ke sini? Aku menatapnya lama, Bastian mengangguk saja.

Kode apaan itu?! Aku tidak pahamlah, aku mengikutinya dari belakang.

Bastian menuju satu rumah, dia masuk secara diam-diam. A
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 61. Rekaman Cctv

    Aku pergi terlebih dahulu, tidak ada kata sarapan. Mengingat kejadian malam tadi, aku begitu sakit hati. Menghela napas panjang, aku harus sekolah. Di mana semua orang tetap menghinaku. "Males banget gue," gumamku, keluar dari mobil. Aku tidak sengaja melihat Frans mendekatiku. "Hei Ranesya," sapa Frans. "Hai juga, kenapa?" balasku, Frans tersenyum kecil. Frans menyodorkan sesuatu kepadaku. "Buat lo, bolu cokelat dari Bunda."Aku mengerutkan kening, aku merasa dia melakukan seperti dulu. Mendekati secara perlahan. "Lo jangan salah paham, gue cuma disuruh Bunda doang," kata Frans, setelah memberikan bolu. Dia langsung pergi, aku menatapnya menjauh dari sisiku. Perjalanan menuju kelas, aku mendapatkan hinaan kembali. Apa mereka tidak bosan? Aku saja muak! Aku hanya menoleh sekilas, langsung melanjutkan kembali. "Bodo amat! Bukan gue juga kok," ucapku, tiba-tiba saja dihadang Tasya dan Trisya. Aduh, kenapa sih mereka berdua? Aku menatap sinis kedua makhluk itu. "Minggir! Gue m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 62. Bertengkar

    Aku memilih duduk di taman belakang, ternyata Adelio menghampiriku. "Ranesya, lo di sini?" Adelio duduk di sebelahku. Aku tidak menyahut Adelio, aku masih muak dengannya. Banyak tuduhan dia lakukan kepadaku. "Gue minta maaf, udah sembarangan tuduh. Gue tau, gue salah dan nggak cari tau dulu. Tapi please, maafin gue ya?" mohon Adelio, menyatukan kedua tangannya. Tidak, aku tidak akan memaafkannya! Enak saja dia! Aku sakit hati, Adelio benar-benar membuatku sedih. "Diem! Gue nggak mau ngomong sama lo!" hardikku , masih berfokus dengan hp. Aku tidak mau, aku kesal mengingat semua kejadian kemarin. Aku berdiri, mau meninggalkan Adelio. "Jangan pergi, dengerin gue dulu," rengek Adelio, memegang tanganku. Aku menatap malas dirinya, enggan untuk bersuara. "Gue minta maaf kejadian waktu kemaren, nggak mempercayai lo. Please, Ranesya. Gue juga nggak tau kalo itu di fitnah," papar Adelio, perlahan aku melepaskan diri dari Adelio. "Nggak butuh, minta maaf dari lo!" sentakku, pergi dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 63. Lebih Mahal Cabe

    "Akhirnya, gue hidup tenang!" Aku keluar dari mobil, mendapati Gita dan Vivian. Mereka saling dorong, aku memperhatikannya. Menunggu apa yang ingin disampaikan. Aku bersedekap dada. "Hem, Ranesya. Kita mau minta maaf," tutur Gita menunduk dalam. "Iya, kita nggak tau kalo itu fitnah. Gue sama Gita, ngelakuin itu juga. Disuruh Ghifari, soalnya takut nama baik kita berdua jelek," timpal Vivian, aku mengangguk saja. "Terus? Gue harus apa?" balasku cuek, mereka berdua saling memandang. "Maafin kita," ucap mereka bersamaan, sambil memegang tanganku. Aku seolah berpikir, melepaskan perlahan tangan keduanya. "Nanti ya, gue pikirin dulu. Bye!" Aku langsung pergi, tanpa menoleh ke belakang. Sekarang, aku hanya ingin berdamai dengan diri sendiri. Belum lagi Zara, tidak ada angin. Dia muncul di depanku, aduh malas sekali! Padahal anak baru, sudah bermasalah. "Aduh, nggak sengaja," kata Zara menabrak bahuku. Aku tidak menyahut, mau pergi saja daripada banyak drama. Namun, tanganku ditar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 64. Diincar Dua Gender

    "Seru keknya, kalo makan bakso tempat waktu itu deh," kataku, mengingat Adelio mengajakku ke sana. Jadi rindu, tapi aku kesal karena dia membuatku terhina. Saat ingin keluar dari Apartemen, Adelio sudah berada di depan pintu. Lah? Serius dia di sini? Tanpa mengetuk, tidak mau masuk tanpa izin lagi? Aku menatapnya dari bawah sampai atas. "Ngapain lo ke sini?" hardikku, menatap malas dirinya. Senyum Adelio mengembang, membawa bunga, dan cokelat di tangan. "Mau ketemu lo lah!" seru Adelio menyodorkan keduanya, aku tidak menerima. Hanya menatap lama, dan pada akhirnya. "Dahlah, lo ganggu aja," kataku, melewatinya. Adelio menautkan kedua alisnya. Aku abaikan dia, sampai dekat mobil dia berkicau. Aku tidak menyahut sama sekali. Pintu mobil dihadang oleh tangan Adelio, aku berdecak kesal, dan jutek kepadanya. "Mau kemana?" tanya Adelio, masih setia dengan kedua hadiah itu. Suasana sudah sore, di mana siang tadi aku harus membuat pr, dan belajar. Kebiasaanku, memang rada orang lain

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 65. Penculikan 2

    "Bangun Ranesya udah pagi."Suara itu, aku membuka mata. Perlahan yang masih setengah datar. Aku tersenyum ke arah orang itu. "Cantik," pujinya, aku seketika melotot menyadari siapa dia. "Adelio?!" pekikku, menendangnya. Belum lagi Adelio, masih senyam-senyum. "Sakit banget," keluh Adelio mengelus dadanya, eh aku nggak sengaja. Aku meringis, memilih untuk mempersiapkan diri ke sekolah. Adelio mengikutiku dari belakang. "Lo masih marah? Lo tau nggak, gue buatin makanan kesukaan lo," ucap Adelio, aku membereskan buku. Tidak peduli dia bicara apa, tanganku di tahan. Aku menoleh ke arahnya. "Apalagi Adelio, gue nggak peduli apa yang lo lakuin," jawabku, mendorong Adelio. "Gapapa kalo lo nggak peduli, tapi maafin gue ya?" Adelio cemberut, aku menautkan kedua alis. Dia tidak menyerah ternyata, aku diam saja, dan masuk ke kamar mandi. Adelio menunggu di depan pintu. Setelah selesai, aku keluar dengan rapi. Adelio masih ada di situ. "Sana Adelio, gue risih," kataku jujur, mengambil

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 66. Dasar Gila

    "Sialan, ternyata lo nyari perkara sama gue," umpatku ke Zara yang tersenyum miring. Dia mendekati kami, aku sudah tidak heran dengan Zara. Namun, masalahnya itu sejak kapan? Ghazi dan Zara kerjasama. "Gimana? Kagetkan lo?" Zara tersenyum lebar, menarik daguku biar mendongak. "Jangan lupain, gue bakal rebut Adelio dari lo. Biar lo tau, gue ini berbahaya," ucap Zara, aku menatap tajam dirinya. Zara menghempaskan daguku begitu saja, Ghazi merangkul Zara seolah teman dekat. "Heran lo? Gue bisa dekat sama Ghazi? Kita udah temenan dari kecil," ungkap Zara, mereka saling bertatapan, dan tertawa. "Gila lo berdua!" Aku mengatai mereka yang tidak peduli. "Asal lo jadi umpan juga kita bakal lakuin," kata Ghazi, ini benar-benar memiliki sifat ganda. Tadi saja bilang ingin aku jadi miliknya, aku merasa dia ingin menjebak Adelio. "Bener itu, lo tau kan kalo Adelio milik gue. Lo bisa bawa nih cewek jadi milik lo," saran Zara, aku melihat Ghazi tampak semangat. "Beneran gila kalian," sindi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 67. Dinner

    Malam ini, Adelio membawa sebuah plastik besar. Aku tidak menyangka, apa dia sedang membujukku?Karena mengingat, aku belum memaafkannya. Adelio duduk di kasurku, memperhatikan aku yang sedang mencuci tangan. "Lo mau jajan? Gue ada banyak nih," kata Adelio memamerkannya dengan bangga. Aku tidak meresponnya, masih terfokus dengan wajahku seolah ada sesuatu yang aneh. "Lo kenapa? Kok lama banget?" lanjut Adelio, merasa bingung dengan diriku. Seketika, dia menghampiri yang melotot tidak percaya. "Jerawat!" pekikku, cemberut. Ihh menyebalkan sekali. Kenapa harus ada, jerawat di wajah mulusku ini?! Aku tidak mau! Sementara, Adelio menatap menganga heran. "Jerawat doang? Lo seribut ini?" tanya Adelio geleng kepala, aku menoleh dengan tajam. "Ini tuh, hal yang memuakkan. Wajah cantik gue jadi jelek gini!" keluhku, dengan bibir merengut ke bawah. Dengan memijit pelipisnya, Adelio menarikku duduk ke kasur. Aku tau, ini hal biasa. Tidak untuk diriku!"Nanti perawatan ya? Lo nggak perlu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 68. Tuduhan Murahan

    "Lo maafin gue kan?" tanya Adelio, duduk di meja makan. Aku menggeleng menyuapi makanan yang ada di sana, aku masih belum siap. "Masih marah, karena gue nuduh sembarangan?" kata Adelio, memperhatikanku. "Iya, lo setega itu bilang ke gue yang anak baik ini," sahutku, menghela napas panjang. Aku memilih menyelesaikan sarapan pagi ini, aku mencuci tanganku dengan bersih. Tanpa kata-kata, aku pergi sendiri dengan perasaan tidak mood. "Bareng gue aja, entar lo ada apa-apa," kata Adelio, memperhatikanku berjalan sendiri. Aku menoleh dengan gelengen kecil. "Nggak kok, lo percaya aja sama gue."Setelah itu, aku pergi menggunakan mobil. Aku belum balik ke rumah, karena mengingat aku masih marah dengan Adelio. Tidak lama kemudian, gedung sekolah terlihat. Aku parkirkan mobil, dan saat turun banyak anak cowok mengelilingi mobilku. "Kenapa?" tanyaku ke mereka. Sekitar 6 orang dikira-kira. Mereka saling melihat satu sama lain. "Ini hadiah buat lo.""Baca ya surat gue.""Hem, ini spesial

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10

Bab terbaru

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 148. Agar Ikan Lele

    "Nggak mau," teriakku memberontak. Sementara Adelio menggeleng. "Gue cuma ngajak lo makan di bawah," kata Adelio pada akhirnya terkekeh. Aku terdiam mengetahui apa Adelio maksud tadi, jujur aku malu karena pikiran otakku terlalu terjauh. "Emang lo mikirnya gue ngajak ke mana?" tanya Adelio memperhatikan diriku. Dengan senyum ragu, aku menggaruk tengkuk. Adelio mencubit pipiku dengan gemas. "Kalo mau sekarang, bisa kok kita buat yang menggemaskan," sambung Adelio menyeramkan. Aku melotot karena perkataan Adelio barusan, aku menabok lengannya. "Sembarangan, kita masih sekolah ini aja bentar lagi ulangan loh!" kesalku di mana Adelio hanya cengengesan. "Dahlah, ayo kita ke bawah aja kalo gitu," ajakku kini menariknya. Bahkan, orang-orang di rumah sudah berada di bawah hanya kami berdua baru turun. "Duh, kalian ngapain di atas ya? Kok lama banget," sindir Bunda Delyna tersenyum amat manis. Jujur aku jadinya agak gimana, karena pasti mengira kejauhan seperti aku barusan. "Biasa

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 147. Omelan Mertua

    Tamparan keras mengenai pipi Adelio, aku saja langsung menganga lebar. Tanpa peduli, ada beberapa orang di sini termasuk Angga dan Pasya tidak ikut campur. Aku hanya melirik Ayah Liam terliat biasa saja. "Tanggung jawab kamu harus jaga Ranesya! Kenapa masih aja lalai hah?" hardik Bunda Delyna berkacak pinggang. Adelio melirikku masih terkaget, bukannya kesal Adelio terkekeh kecil seolah tidak terjadi apa-apa. "Bunda, aku udah ngelakuin banyak hal sampai nih muka bonyok tau. Nih liat luka karena ngelawan orang gila," rengek Adelio memberitahukan kondisinya. Awalnya memang marah, hanya saat mengetahui apa yang terjadi. Bunda Delyna menarik tangan Adelio. Wajahnya begitu khawatir, bahkan mendorong Adelio perlahan untuk duduk. Mengambil kotak obat untuk membersihkan luka. "Kenapa bisa sampai kayak gini?" kata Bunda Delyna mengambil betadine, kasa dan alkohol. Sebelumnya, Bunda Delyna sudah membersihkan menggunakan alkohol biar tidak terjadi infeksi. Bagaimana tidak khawatir? Tang

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 146. Khawatirnya Ayah Mertua

    Adelio hanya terkekeh mendorong tubuh Rayyen mengenai dinding, aku rasanya jantungan karena perilaku Adelio barusan. "Takutkan lo, tangan berharga lo mau gue patahin?" tanya Adelio senyum penuh arti. Sementara Rayyen meringis terduduk di lantai tanpa menjawab, Adelio langsung menghampiri melepaskan ikatan tangan maupun kakiku. "Kondisi lo, gimana? Apa orgil itu ngelakuin sesuatu?" Adelio bertanya dengan nada khawatir. Aku tidak menjawab, sampai Adelio melihat telapak tangan yang aku sembunyikan. Adelio langsung menoleh ke Rayyen yang masih menahan perih. "Sakit?" tanya Adelio kepadaku yang tidak menjawab. Tanpa perkataan lagi, Adelio mendekati Rayyen dan menatap tajam cowok yang kini menatap balik Adelio. Dengan perasaan senang aku rasakan, saat melihat Adelio menendang Rayyen begitu brutal. "Berani banget lo, nyakiti cewek gue," geram Adelio apalagi suara gertakan giginya itu. Aku tidak tau lagi soal ini, reaksinya berbeda dan aku bisa merasakan kemarahan Adelio. "Haha, dia

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 145. Obsesi Orang Gila

    Aku menatap sinis orang disamping, aku menabok kepalanya begitu kuat. Sampai cowok itu seakan marah. "Ngelunjak ya lo," kata cowok itu mengeluarkan sapu tangan. Aku tidak tau apa yang akan dilakukannya, hingga aku kaget hidungku ditutupinya. Diri ini sudah meronta-ronta, biar terlepas dari bekapannya. Namun, rasa pusing di kepalaku tidak bisa dihindarkan. "Lo terlalu berisik," lanjut cowok itu dengan tato di tangan. Please, jangan sampai mataku tertutup namun diri ini sudah tidak tahan. Hanya kata terakhir aku dengar dari cowok itu adalah ...."Cukup lo jadi jalang kecil yang baik, jangan sampai Bos jadi harimau galak yang menerkam diri lo," katanya seolah memberikan aku kode. Tidak tau beberapa lama aku pingsan, namun saat aku bangun sudah berada di sebuah kamar begitu luas. Tangan dan kakiku di ikat setiap sisi kasur, asli aku ketakutan gara-gara hal begini. "Eh, lepasin gue. Siapapun itu!" teriakku meronta-ronta. Jujur ini mengerikan yang aku rasakan, sebenarnya ini lebih

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 144. Cinta yang dipaksakan

    Siswi kelas 10 terdiam apalagi perkataan Adelio begitu menyelekit mengatai mereka orang gila. Aku ingin tertawa keras, ekspresi mereka seperti malu sendiri. Apa ini namanya terlalu berlebihan sehingga orang lain ketakutan. "Pak, aku mau ke kelas aja kalo gini," kata Adelio ke Pak Hendra yang mengangguk. Adelio langsung menarik tanganku, di mana aku menoleh kebelakang dan menjulurkan ke semua siswi kelas 10. "Gue dong tanpa mengejar udah dapetin Adelio," ledekku seketika wajah mereka pada masam. Asli aku ingin tertawa, mengingat aku harus menjaga image. Jadi aku hanya bisa terkekeh kecil. Kami meninggalkan lapangan, melewati lorong hanya kali ini cukup sial. Kenapa harus bertemu Rayyen?"Ran, sama gue aja sih entar lo bahagia," kata Rayyen menyenderkan diri di dinding. Aku melirik bersama Adelio, kami berhenti di depannya. Adelio melepaskan genggaman tangannya dariku. "Sadar diri, lo nggak selevel sama gue," kata Adelio menatap tajam Rayyen. Di sana juga sepi, tidak ada orang

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 143. Dikejar Orang Gila

    Adelio menatap begitu dalam hingga akhirnya, Adelio menutup mulut Zara dengan senyum miring. "Jangan gila lo, gue nggak akan balikan sama cewek murahan kayak lo." Adelio mendorong Zara menjauh, aku tidak percaya. Aku kira Adelio akan menerima dengan senang hati, ternyata Adelio hanya mempermalukan Zara saja. Adelio langsung menoleh ke arahku, apa dia sadar ada diriku dari tadi? "Nyariin gue ya?" tanya Adelio mendekat, merangkul diriku. Aku hanya mengangguk kaku, tidak ingin mengingat kejadian tadi. Asli, aku sudah ingin mencekik Adelio maupun Zara tadi. "Jangan dipikirin, gue nggak akan nerima Zara. Dia hanyalah masa lalu," papar Adelio melirik Zara yang terdiam. "Kamu nggak inget masa di mana kita sama-sama sayang?" tanya Zara berusaha membuat Adelio berbalik arah. Adelio hanya terkekeh pelan. "Dulu sama sekarang beda, gue dulu emang sayang lo, namun sekarang yang terakhir gue sayang cuma Ranesya." "Aku masih sayang kamu Adelio," teriak Zara prustasi. Di sa

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 142. Main Belakang

    Pagi sekali, berita menghebohkan datang dari Tasya di mana merebut suami orang. Aduh, aku sampai tidak habis pikir. Ternyata Zara dan Tasya sama saja, apa jangan-jangan Trisya juga begitu?"Gila tuh sampai viral beritanya, Tasya juga sekarang lagi di rumah Pak RT kalo kata anak kelas 10 dekat rumahnya," seru Gita menatap aku dan Vivian. Bahkan, Vivian mengangguk setuju dan di sini aku hanya bisa heran. Jika soal gosip mereka ada saja pembahasannya. "Di Toktok juga kan? Masa Tasya selingkuh di depan Istri sahnya tau," timpal Vivian seakan mulutnya berbusa. Aku juga melihatnya seperti itu, belum lagi lawannya Gita. Sudah sangat tidak bisa dipisahkan ini. "Astaga, gue sih malu ya," sahut Gita menggeleng kepala tidak percaya. Saat kami sedang merumpi, datangnya Zara merangkul tasnya itu. "Aduh, temennya kena masalah kok nggak bantuin sih?" sindir Gita melirik Zara menoleh ke arah kami. "Kenapa emangnya? Lo kok ngurusin hidup orang," sahut Zara mendekat berkacak pinggang. Gita ter

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 141. Membuat Cake bersama Mertua

    Kini aku diajak Adelio ke rumah keluarganya, karena perintah Bunda Delyna. Ada apa di sana sehingga aku harus ikut juga. "Sayang, kamu datang juga akhirnya. Bunda kangen sama kamu," kata Bunda Delyna memelukku erat. Aku terkekeh membalas pelukannya. "Aku juga kangen Bunda."Sementara Adelio disamping, aku sempat meliriknya yang sekedap dada dengan mata menyipit dan bibir cemberut. "Anaknya dilupain nih?" sindir Adelio, di mana Bunda Delyna menoleh ke Adelio. Aku melepaskan pelukan, memperhatikan keduanya yang terlihat sangat mirip. Wajah ganteng Adelio mirip dengan Bunda Delyna, dan benar saja memang plek-ketiplek 100% Bunda Delyna. "Emang kamu anak siapa?" Bunda Delyna bertanya dengan tatapan malas. Jujur ini sangat lucu, bahkan Bunda Delyna berani memarahi Adelio di depanku."Udah ada mantu, anaknya dilupain dih," kata Adelio memandangi wajah Bunda Delyna. "Iri ya, nggak bisa kayak Istri kamu? Soalnya Ranesya juga perhatian dan nggak sebandel kamu," papar Bunda Delyna menari

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 140. Lari Pagi bersama Ayang

    Hari minggu yang ditunggu-tunggu, aku sedang lari pagi bersama Adelio. Kami menikmati keindahan yang tidak ada duanya. Hanya tidak ada angin, tidak ada hujan, kami bertemu Gita dan Vivian ternyata berada di taman yang sama dengan kami. "Mereka samperin kita," kata Adelio melirikku dari samping. Aku hanya mengangguk, ya gimana lagi toh. Gilanya Gita langsung memelukku begitu erat. "Maafin Kakak gue ya?" kata Gita merasa bersalah dari raut wajah. Aku hanya berdeham mengingat perilaku bejat Ghifari, gila banget asli. Dia begitu kepadaku loh. Siapa sih yang terima diperlakukan tidak layak, apalagi di rumah sakit untungnya aku mengajak Adelio. Kalo tidak, bagaimana nasibku?"Lo masih marah?" Gita bertanya penuh harap. "Masih, cuma sama Ghifari doang, sama lo nggak kok," jawabku tersenyum membalas pelukannya. Adelio bersedekap dada dengan decakan kesal, apa dia tidak suka aku begini?Aku menatapnya berada di depanku, pasti dia kesal dengan para perempuan seperti kami. "Kenapa lo?"

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status