Share

Bab 65. Penculikan 2

last update Last Updated: 2024-12-09 12:59:29

"Bangun Ranesya udah pagi."

Suara itu, aku membuka mata. Perlahan yang masih setengah datar. Aku tersenyum ke arah orang itu.

"Cantik," pujinya, aku seketika melotot menyadari siapa dia.

"Adelio?!" pekikku, menendangnya. Belum lagi Adelio, masih senyam-senyum.

"Sakit banget," keluh Adelio mengelus dadanya, eh aku nggak sengaja.

Aku meringis, memilih untuk mempersiapkan diri ke sekolah. Adelio mengikutiku dari belakang.

"Lo masih marah? Lo tau nggak, gue buatin makanan kesukaan lo," ucap Adelio, aku membereskan buku.

Tidak peduli dia bicara apa, tanganku di tahan. Aku menoleh ke arahnya.

"Apalagi Adelio, gue nggak peduli apa yang lo lakuin," jawabku, mendorong Adelio.

"Gapapa kalo lo nggak peduli, tapi maafin gue ya?" Adelio cemberut, aku menautkan kedua alis.

Dia tidak menyerah ternyata, aku diam saja, dan masuk ke kamar mandi. Adelio menunggu di depan pintu.

Setelah selesai, aku keluar dengan rapi. Adelio masih ada di situ.

"Sana Adelio, gue risih," kataku jujur, mengambil
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 66. Dasar Gila

    "Sialan, ternyata lo nyari perkara sama gue," umpatku ke Zara yang tersenyum miring. Dia mendekati kami, aku sudah tidak heran dengan Zara. Namun, masalahnya itu sejak kapan? Ghazi dan Zara kerjasama. "Gimana? Kagetkan lo?" Zara tersenyum lebar, menarik daguku biar mendongak. "Jangan lupain, gue bakal rebut Adelio dari lo. Biar lo tau, gue ini berbahaya," ucap Zara, aku menatap tajam dirinya. Zara menghempaskan daguku begitu saja, Ghazi merangkul Zara seolah teman dekat. "Heran lo? Gue bisa dekat sama Ghazi? Kita udah temenan dari kecil," ungkap Zara, mereka saling bertatapan, dan tertawa. "Gila lo berdua!" Aku mengatai mereka yang tidak peduli. "Asal lo jadi umpan juga kita bakal lakuin," kata Ghazi, ini benar-benar memiliki sifat ganda. Tadi saja bilang ingin aku jadi miliknya, aku merasa dia ingin menjebak Adelio. "Bener itu, lo tau kan kalo Adelio milik gue. Lo bisa bawa nih cewek jadi milik lo," saran Zara, aku melihat Ghazi tampak semangat. "Beneran gila kalian," sindi

    Last Updated : 2024-12-09
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 67. Dinner

    Malam ini, Adelio membawa sebuah plastik besar. Aku tidak menyangka, apa dia sedang membujukku?Karena mengingat, aku belum memaafkannya. Adelio duduk di kasurku, memperhatikan aku yang sedang mencuci tangan. "Lo mau jajan? Gue ada banyak nih," kata Adelio memamerkannya dengan bangga. Aku tidak meresponnya, masih terfokus dengan wajahku seolah ada sesuatu yang aneh. "Lo kenapa? Kok lama banget?" lanjut Adelio, merasa bingung dengan diriku. Seketika, dia menghampiri yang melotot tidak percaya. "Jerawat!" pekikku, cemberut. Ihh menyebalkan sekali. Kenapa harus ada, jerawat di wajah mulusku ini?! Aku tidak mau! Sementara, Adelio menatap menganga heran. "Jerawat doang? Lo seribut ini?" tanya Adelio geleng kepala, aku menoleh dengan tajam. "Ini tuh, hal yang memuakkan. Wajah cantik gue jadi jelek gini!" keluhku, dengan bibir merengut ke bawah. Dengan memijit pelipisnya, Adelio menarikku duduk ke kasur. Aku tau, ini hal biasa. Tidak untuk diriku!"Nanti perawatan ya? Lo nggak perlu

    Last Updated : 2024-12-09
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 68. Tuduhan Murahan

    "Lo maafin gue kan?" tanya Adelio, duduk di meja makan. Aku menggeleng menyuapi makanan yang ada di sana, aku masih belum siap. "Masih marah, karena gue nuduh sembarangan?" kata Adelio, memperhatikanku. "Iya, lo setega itu bilang ke gue yang anak baik ini," sahutku, menghela napas panjang. Aku memilih menyelesaikan sarapan pagi ini, aku mencuci tanganku dengan bersih. Tanpa kata-kata, aku pergi sendiri dengan perasaan tidak mood. "Bareng gue aja, entar lo ada apa-apa," kata Adelio, memperhatikanku berjalan sendiri. Aku menoleh dengan gelengen kecil. "Nggak kok, lo percaya aja sama gue."Setelah itu, aku pergi menggunakan mobil. Aku belum balik ke rumah, karena mengingat aku masih marah dengan Adelio. Tidak lama kemudian, gedung sekolah terlihat. Aku parkirkan mobil, dan saat turun banyak anak cowok mengelilingi mobilku. "Kenapa?" tanyaku ke mereka. Sekitar 6 orang dikira-kira. Mereka saling melihat satu sama lain. "Ini hadiah buat lo.""Baca ya surat gue.""Hem, ini spesial

    Last Updated : 2024-12-10
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 69. Di Kejar Seseorang

    Pulang sekolah, aku dan Adelio langsung menghadang keduanya. Adelio sudah berencana, membawa mereka ke suatu tempat. Adelio yang mengendarai mobil, membawa kami. Tiba-tiba saja, seseorang mengejar. "Adelio, mereka siapa?" kataku, melihat kaca mobil. Ada 3 motor mengejar, bertubuh besar dan tinggi. Adelio menggeleng, sementara kedua di belakang menunduk. "Cepat Adelio! Gue nggak mau tau ya!" kesalku, menabok tangannya. "Sabar Ranesya, gue yakin kita bakal aman," balas Adelio penuh kesabaran. Kami juga sudah di ikuti semenjak keluar sekolah, aku menyadari tapi belum memberi tau Adelio. Sekarang, aku yakin pasti ini yang dimaksud oleh Zara. Suasana makin mencekam, saat dua motor itu melaju bersampingan. "Ambil hp gue di tas, tolong telepon ke nomor Ayah," perintah Adelio, aku gercep melakukan yang disuruh. "Aduh mana sih," kataku gemeteran. "Namanya Ayahku tersayang," celetuk Adelio, aku menahan tawa mendengar itu. Untungnya, Ayah Liam cepat mengangkat. Aku menyodorkan ke Adel

    Last Updated : 2024-12-10
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 70. Tukang Fitnah

    Suasana pagi hari, sangat dingin karena sedang hujan. Adelio berdecak kesal, aku menyipitkan mata menatapnya. "Kenapa lo?" Aku bertanya, Adelio tidak membalas. "Lo nggak jawab, gue nggak mau ketemu lo ya," lanjutku, Adelio mendongak menatapku. Adelio mengeluarkan sebuah surat, dan amplop warna merah. Bibirku menarik sebelah. "Terus apa?" kataku bingung, Adelio mendengus kesal. "Gue kemaren baca nih surat, dari fans lo," balas Adelio, aku masih setia menatapnya. "Nah, urusannya apa dengan gue? Mana lo yang badmood, tapi gue kena getahnya," ungkapku kesal, dia berdecak sebal. "Fans lo, nembak tau," rajuk Adelio, aku menahan tawa. Astaga, hanya ditembak doang loh?! Sedangkan, dirinya sudah jadi suamiku. "Lo cemburu ceritanya?" kataku, Adelio mengangguk mantap. Oke, akupun membaca surat itu. Memang tertera, jika dia menyukaiku, dan ingin menjadikanku kekasihnya. Namun, tidak mungkin aku menerimanya, karena diriku sudah ada Adelio. "Lo nggak selingkuhkan sama dia?" tanya Adelio

    Last Updated : 2024-12-10
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 71. Terkunci di Wc

    Aku ke wc sendiri di sekolah, karena sudah kebelet. Aku juga sudah jarang, bercerita dengan Gita, dan Vivian. Merasa kurang nyaman dengan mereka, menyadari jika keduanya. Tidak setia tentang persahabatan. "Sepi ya," kataku, memasuki wc, dan menguncinya. Setelah selesai, aku ingin membukanya namun tidak bisa. "Loh, kenapa nggak bisa?" kataku panik, mana bentar lagi pulang sekolah. Siapa yang bisa membuka pintunya? Aku juga lupa membawa hp, aduhh gimana ini?"Gue harus apa coba?!" Aku menggedor pintu, berharap ada yang bisa menolongku. Apa yang aku harapkan tidak ada, aku berusaha memukul pintu, biar orang lain mendengarnya. Sungguh, aku prustasi di dalam wc. Apa aku, akan kenapa-kenapa di sini?"Astaga, gue nggak bisa keluar," keluhku, terduduk tidak peduli lagi baju telah kotor. "Aduh, gimana ini? Sekarang jam berapa pula," ucapku prustasi, mengingat jam pelajaran terakhir. Aku mengusap wajahku kasar, menghela napas panjang. Siapa pula yang melakukan ini? Sungguh, aku tidak

    Last Updated : 2024-12-11
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 72. Sadar Diri

    "Liat apa tuh!" teriak Adelio, langsung menghempaskan diri di sebelahku. Sungguh aku terkejut, menabok tangannya. Tanpa peduli keberadaan Bunda Delyna. "Kamu ini! Jangan kayak gitu lagi, Ranesya kaget karena kamu Adelio," hardik Bunda Delyna, memarahi Adelio. Sementara Adelio cemberut, dimarahi. Aku tertawa dalam hati, akhirnya ada yang mendukungku. "Bunda, kok gitu ke anak sendiri? Keliatannya malah lebih sayang Ranesya," kata Adelio, mendengus kesal. "Karena Ranesya anak Bunda," balas Bunda Delyna, memeluk diriku. Aku menjulurkan lidah kearahnya, Adelio ingin menarik Bunda Delyna. Aku menepis tidak terima. "Jangan ambil Bundaku," kataku, mendongak ke Bunda Delyna. Seketika Bunda Delyna, puk puk diriku dengan kasih sayang. Aku tersenyum lebar, melirik Adelio, dan aku mengejeknya. "Kamu anak Bunda kok!" balas Bunda Delyna, mengelus kepalaku. "Aku loh anak Bunda," rajuk Adelio, tapi diabaikan Bunda Delyna. Tawaku menyembur keluar, siapa sangka? Adelio diabaikan Bunda sendiri

    Last Updated : 2024-12-11
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 73. Bibit Pelakor

    Kami berdua memilih jogging, di kawasan dekat rumah Adelio. Aku ingin memakai celana pendek dimarahi Adelio. Terjadilah, baju lengan dan celana panjang. Huh! Dia ini, aku berdecak kesal diikutinya. "Lo kenapa sih?" Aku berhenti, menoleh kebelakang. Di mana Adelio, melototi orang-orang yang menatapku dalam. Padahal aku tidak peduli mereka. "Mata lo entar keluar," candaku, bersedekap dada. Adelio merangkul diriku, seolah berkata kepada mereka 'Ini punya gue, jangan ganggu deh.'Astaga, aku jadi tidak heran jika Adelio sangat pencemburu. Aku menurunkan tangannya. "Ayo, nggak usah diladeni mereka," ajakku, mulai berlari kembali. Setelah cukup letih, aku duduk di kursi taman bersamanya. Walau masih belum memaafkan, aku tidak boleh terlalu jahat. Aku masih sebaik ini emang, tidak seperti Adelio. "Lo haus?" tanya Adelio, aku menoleh lalu mengangguk. Adelio berdiri, menghadap diriku. "Gue cari air mineral dulu," kata Adelio, berpamitan denganku. Karena terlalu lama, akupun mencari

    Last Updated : 2024-12-12

Latest chapter

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 100. Terima Maaf

    Pagi yang cerah, aku berada di kelas. Hanya beberapa anak di dalam, salah satunya aku dan Zara. Aku mendekati Zara yang sedang duduk sendirian, aku gugup mengatakan ini. "Gue maafin lo kok," ucapku berdeham pelan. Zara menoleh kesamping dengan senyum mengembang. Aku tidak tau, jika Zara memiliki senyum amat manis begini. "Makasih banyak, lo mau kan jadi temen gue?" tawar Zara, memegang tanganku penuh harap. Aku jadi bingung, mataku tidak fokus. Takut aku salah langkah mengambil jalan, hingga aku mengangguk pelan. Zara langsung memelukku begitu erat. Namun, aku tidak membalasnya. "Makasih, udah mau jadi temen gue," kata Zara, menatapku begitu lekat. Tidak menyahut, aku hanya mengangguk, sehingga Zara begitu sangat bahagia. Apa perasaanku merasa aneh, karena berteman dengan Zara? Soalnya Zara musuh bebuyutanku, dari awal dirinya masuk. "Ayo kita duduk," tarik Zara ke kursinya. Bahkan, Zara bercerita heboh tentang sekolah lamanya. Aku hanya tersenyum, dan mengangguk sebagai ja

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 99. Salbrut (Salting Brutal)

    Aku sempat ditawarkan kembali osis, aku menolak. Karena sudah mulai muak dengan keadaan. Harus jadi contoh yang baik. Namun, saat aku kena masalah, malah dihujat habis-habisan. Huh! Aku tidak mau!"Nggak mau lagi gue," gerutuku, berjalan ke arah keluar. Menunggu Adelio di pagar, aku berharap Adelio cepat ke sini. Aku memijat kening yang pening. "Mau muntah gue, nggak mungkinkan hamil?" parnoku sembarangan, apa-apain aja nggak pernah. Hanya aku berpikir negatif saja, sampai aku tersadar ada yang menepuk bahuku. "Adelio?" panggilku kaget, aku cengengesan. "Lo mikirin apa? Sampe ngelamun di sini," tanya Adelio bingung. Kini Adelio menyentil jidatku. Dih, kok malah nyebelin sih?! Aku mendengus kesal dengan melipatkan tangan di dada. Aku membenarkan poni yang berantakan, aku berjalan lebih dulu mengabaikan Adelio. "Eh, tungguin. Ngambek ya?" tanya Adelio, mengejarku. Aku menghentakkan kaki, benar sangat tidak estetik. Aku kan tidak mau di sentil dulu, seharusnya puk puk gitu loh.

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 98. Pelaku : Terkunci di Wc

    Sekarang aku dan Adelio saling bertatapan, memegang tangan ingin pergi bersama. Bedanya, kali ini pergi berangkat dengan bus. Sebenernya aku hanya pengen, sempat melihat anak sekolah naik bareng sama temannya. "Ayo berangkat," ajak Adelio menarikku, menuju halte tidak jauh dari rumah. Aku mengangguk, tersenyum lebar. Padahal jelas-jelas, rumah kami dekat dengan sekolah. Liatlah, kurang kerjaan memilih naik bus. Aku terkekeh membayangkan berapa seru di sana. "Tuh liat busnya," kata Adelio, menarikku duduk di pertengahan. Aku duduk dekat kaca, memperhatikan banyak melintas, ternyata seru juga. Sampai aku menghembuskan udara dari mulut ke kaca, aku dengan jahil menuliskan namaku love Adelio. "Ucul banget," kataku terkekeh, aku mengeluarkan hp memotretnya. Adelio sadar menoleh ke arahku, begitu kaget dengan tingkah bocilku ini. "Lucunya, keliatan anak SD kita," celetuk Adelio, membuatku terkejut. Aku menghalanginya dengan tangan karena malu, Adelio meminggirkan pelan. Jujur, s

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 97. Meminta Saran

    Malam ini, aku berniat pergi ke rumah keluargaku, karena ingin meminta saran atas perubahan Zara. Aku tidak pernah menceritakan ini, hanya aku ingin mempertimbangkan saja. "Adelio, lo mau naik motor atau mobil?" tanyaku, melirik Adelio merangkul diriku. Adelio menoleh kesamping. "Mobil aja nggak sih?" "Oke, gue masih bingung soal itu," kataku, menghela napas berat. "Gapapa, nanti tanya sama Mama ya? Lo jangan bingung gini, pasti ada jalan keluarnya kok," papar Adelio, mempersilahkan aku masuk ke mobil. Adelio jalan memutar, masuk ke dalam mobil. Aku melirik, jika ada sesuatu dibelakang. "Adelio, lo beli apa?" tanyaku ke Adelio, sedang menyetir. "Catur, biar bisa main sama Papa," balas Adelio, tersenyum lebar. "Bisa-bisanya lo, pasti karena Papa pernah bilang ya," kataku, memperhatikan Adelio mengangguk. "Papa cerita kalo suka main catur, cuma Jean nggak mau. Jadi Papa, suka kesepian di rumah," jelas Adelio dengan nada sedih. Aku tersentuh olehnya. Aduh punya suami begini tu

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 96. Terbully

    Di kantin aku sendiri, karena enggan duduk bersama kedua sahabatku. Ada yang mengajak hanya aku malas. Ingin merasakan kesendirian, aku hanya ingin tenang sesaat. Sampai ada dua orang, sangat aku tidak suka duduk. "Keliatan nggak punya temen ya," ejek Tasya, diangguki Trisya. Aku diam saja, menyeruput es teh ku, dan bakso yang sedang aku makan. Abaikan saja orang gila ini. Anggap mereka tidak ada, aku sedang malas bertengkar dengan siapapun. "Biasa mah, dia kan emang mulai dijauhi terus ya? Karena pacaran sama Adelio," balas Trisya, tersenyum miring. Apalah mereka ini, aku merasa keduanya saling menyahut dengan kebencian. "Biasa itu mah, nggak cocok sama Adelio. Tapi dipaksakan bersama," timpal Tasya, terkekeh pelan. Aku berhenti memakan bakso, menatap tajam Tasya. Apa yang dia katakan barusan? Aku tidak cocok dengan Adelio?Nggak cocok dari mana? Aku cocok saja dengannya, bahkan kami saling melengkapi. "Terus cocok sama lo yang pemales? Jadi apa Adelio nanti," sahutku, terta

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 95. Zara Taubat

    Aku terbangun di pagi hari, langsung ke dapur menguncir rambut asal. Aku akan memasak mie instan saja. Rasanya ingin memakan itu bersama Adelio, aku dengan lihai memasukkan semua ke dalam wajan. "Masak apa tuh," celetuk Adelio mendekat, mendusel leherku. Aku menoleh dengan kesal. "Nggak usah ngeselin deh, ini masih pagi Adelio.""Kenapa sih? Nggak boleh manja sama lo?" tanya Adelio cemberut, melepaskan pelukannya. Aku memutarkan tubu, menangkup pipi tirusnya, dan tersenyum manis. Mencubit pelan, sambil memainkannya. "Lo udah gede, mending lo mandi aja. Bentar lagi kita pergi sekolah," usirku secara halus. Adelio menggelengkan kepala, menolak mempersiapkan diri. Terus Adelio maunya apa?"Eh, bentar bau apa ini?" Mataku melotot, melihat masakanku yang gosong. Aku menatap tajam Adelio, sudah mengangguku masak mie. Padahal itu mie sisa 2 doang, dan liat sudah tidak bisa dimakan. "Kok gosong?" tanya Adelio sok polos. "Dahlah gue males," kesalku, sudah tidak mood lagi. Memilih unt

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 94. Balap Liar 2

    "Lo nggak bosen culik gue?" tanyaku ke Ghazi sedang merokok. Hari sudah malam, bisa aku liat karena berada di luar. Lebih tepatnya arena balap. Aku juga tidak tau, apa yang mau Ghazi lakukan. Sampai Ghazi keluarkan hp-nya. "Halo, sini lo selamatin pacar lo ini." Ghazi video call, terdapat Adelio yang kaget. "Woyy! Sialan, dasar pecundang mainnya culik terus," umpat Adelio melototi Ghazi. Ghazi mendekat, memegang daguku. Adelio menatapku lekat. "Cepat bilang sesuatu cantik," kata Ghazi menarik daguku, biar melihatnya. Aku meneguk ludah. "Tolongin gue Adelio," lirihku cemberut. Adelio mengepalkan tangan tidak terima, apalagi aku terlihat sedih begitu. "Gue laper, nggak dikasih makan dari siang. Cuma minum doang," aduku membuat Adelio makin marah. "Hahaha, datang ke sini ke arena balapan biasa lo tanding," ucap Ghazi tersenyum miring. "Woyy, lo culik jangan pacar gue— "Ghazi langsung mematikan video call, aku hanya menghela napas panjang, dipegang tanganku oleh kedua bawahan

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 93. Sandera

    Rambutku dijambak oleh Zara, sesuai prediksi. Seketika kelasku ramai, bahkan anak kelas lain ikut melihat kejadian ini. "Lo kurang kerjaan banget, teror gue?!" ketusku, menarik rambutnya juga. Zara menatap tajam ke arahku. "Gue benci sama lo, emang cocok diteror! Biar lo jauh-jauh dari Adelio!" "Gila lo, makanya kalo kurang belaian ke Om lo itu," sindirku, saling beradu kepala. Mana kepalaku sakit ditarik-tarik begini, apa tidak ada yang mau menolongku?Sampai suara teriakan sangat aku kenal mendekat, sepertinya ada yang mengadu jika aku bertengkar dengan Zara. "Berhenti Zara, lepasin sekarang Ranesya!" perintah Adelio, tidak di respon Zara. "Ingat, lo mau gue bongkar rahasia lo di sini, atau lepasin sekarang Ranesya?" ancam Adelio, ditengah-tengah kami berdua. Seketika Zara melepaskan tarikannya, dan dadanya naik turun. Melirik Adelio yang sedang membantuku. "Lo gapapa? Ada yang sakit?" panik Adelio, memeriksa keadaanku. "Gue gapapa kok," balasku tersenyum kecil. Aku meliha

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 92. Bocah Ngeyel

    Pagi ini aku diam-diam mengintip dari pintu kamar, berharap tidak ada Adelio. Aku mengelus dada merasa lega, kali ini aku akan pergi sendiri ke sekolah. "Kerjain Zara ahh, bakal aku kasih tau siapa neror dirinya. Jika itu aku haha," kataku tertawa jahat. Sebelum Adelio bangun, aku mau pergi ke sekolah. Takutnya, Adelio akan tau rencana yang aku lakukan. Karena aku sempat di teror bukan? Setelah, kejadian perselingkuhan itu. Zara tidak melakukan lagi. "Takut kali," cibirku, meluncur menuju sekolah menggunakan mobil. Perjalanan pagi hari ini tidak macet, aku langsung turun saat sudah sampai. Terdapat Elgar tersenyum manis kepadaku. Ini Elgar nggak ada kapoknya ya?!"Halo Kakak cantik," sapa Elgar melambaikan tangan mendekat. "Bareng gue yuk."Aku berdecak, menghela napas berat. Elgar ini, suka sekali nyari masalah. Aku saja sudah muak dengannya. Apa Elgar tidak mendengar apa yang Adelio katakan? "Nggak dulu, Adelio lebih menggoda," ucapku, menatapnya tersenyum miring. Setelah

DMCA.com Protection Status