Share

Bab 59. Terkuak

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-06 12:37:07

Malam harinya, aku duduk di kamar sendiri. Memikirkan, apa Bastian akan menemukan buktinya?

Huh! Aku merasa lelah dengan semuanya, aku keluar kamar tidak ada Adelio. Karena terasa panas, aku ke teras.

"Adelio?" gumamku, kali ini dia merokok dengan asap mengepul.

Seolah menyadari diriku, dia menoleh, tatapan sangat dingin. Aku sangat sedih, dia berbeda dari biasanya.

"Lo ngapain ke sini?!" hardik Adelio, berdiri, dan memilih untuk masuk.

Aku menahan tangannya. "Gue mau jelasin, itu cuma editan Adelio."

"Nggak usah banyak alasan, gue tau lo semurah itu," hina Adelio, aku mendengar ucapannya, langsung melepaskan cengkraman tangan Adelio.

"Sehina itu gue di mata lo sekarang Adelio?" kataku, duduk sendiri menatap malam yang gelap.

Siapa sih yang ingin menghancurkan, reputasiku seperti ini? Jelas-jelas, aku tidak pernah bermasalah dengan orang.

Kecuali, jika mereka mengangguku terlebih dahulu. Aku sangat lesu, tidak ada semangat lagi.

"Semoga gue bisa kuat, hadapi semua ini," kataku
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 60. Dituduh Selingkuh

    "Lah, serius sekarang?"Aku membaca pesan dari Bastian, jika nanti dia akan menjemputku. Bukan itu masalahnya, kami baru pulang sekolah. Tapi Bastian ingin langsung ke rumah. Duh, aku harus kasih alamat sedikit jauh dari rumah kami. "Cepat Ranesya! Sebelum dia lebih dulu di sana." Aku tergesa-gesa keluar rumah. Tanpa memedulikan ada Adelio, atau tidak di rumah. Aku berjalan kaki, hanya beda beberapa jarak. Masih dekat rumah kami, Bastian berhenti membawa mobilnya. "Naik sekarang," kata Bastian, melirikku sampai ke bawah."Iya," jawabku mengangguk, merasakan deg-degan. Apa yang sebenarnya Bastian lakukan. Mengajakku bersamanya, apa dia ingin menunjukkan sesuatu?"Mau kemana?" Aku bertanya, Bastian melirik sekilas. "Nanti lo bakal tau," balasnya, membawa mobil tersebut ke kawasan kumuh. Kenapa harus ke sini? Aku menatapnya lama, Bastian mengangguk saja. Kode apaan itu?! Aku tidak pahamlah, aku mengikutinya dari belakang. Bastian menuju satu rumah, dia masuk secara diam-diam. A

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 61. Rekaman Cctv

    Aku pergi terlebih dahulu, tidak ada kata sarapan. Mengingat kejadian malam tadi, aku begitu sakit hati. Menghela napas panjang, aku harus sekolah. Di mana semua orang tetap menghinaku. "Males banget gue," gumamku, keluar dari mobil. Aku tidak sengaja melihat Frans mendekatiku. "Hei Ranesya," sapa Frans. "Hai juga, kenapa?" balasku, Frans tersenyum kecil. Frans menyodorkan sesuatu kepadaku. "Buat lo, bolu cokelat dari Bunda."Aku mengerutkan kening, aku merasa dia melakukan seperti dulu. Mendekati secara perlahan. "Lo jangan salah paham, gue cuma disuruh Bunda doang," kata Frans, setelah memberikan bolu. Dia langsung pergi, aku menatapnya menjauh dari sisiku. Perjalanan menuju kelas, aku mendapatkan hinaan kembali. Apa mereka tidak bosan? Aku saja muak! Aku hanya menoleh sekilas, langsung melanjutkan kembali. "Bodo amat! Bukan gue juga kok," ucapku, tiba-tiba saja dihadang Tasya dan Trisya. Aduh, kenapa sih mereka berdua? Aku menatap sinis kedua makhluk itu. "Minggir! Gue m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 62. Bertengkar

    Aku memilih duduk di taman belakang, ternyata Adelio menghampiriku. "Ranesya, lo di sini?" Adelio duduk di sebelahku. Aku tidak menyahut Adelio, aku masih muak dengannya. Banyak tuduhan dia lakukan kepadaku. "Gue minta maaf, udah sembarangan tuduh. Gue tau, gue salah dan nggak cari tau dulu. Tapi please, maafin gue ya?" mohon Adelio, menyatukan kedua tangannya. Tidak, aku tidak akan memaafkannya! Enak saja dia! Aku sakit hati, Adelio benar-benar membuatku sedih. "Diem! Gue nggak mau ngomong sama lo!" hardikku , masih berfokus dengan hp. Aku tidak mau, aku kesal mengingat semua kejadian kemarin. Aku berdiri, mau meninggalkan Adelio. "Jangan pergi, dengerin gue dulu," rengek Adelio, memegang tanganku. Aku menatap malas dirinya, enggan untuk bersuara. "Gue minta maaf kejadian waktu kemaren, nggak mempercayai lo. Please, Ranesya. Gue juga nggak tau kalo itu di fitnah," papar Adelio, perlahan aku melepaskan diri dari Adelio. "Nggak butuh, minta maaf dari lo!" sentakku, pergi dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 63. Lebih Mahal Cabe

    "Akhirnya, gue hidup tenang!" Aku keluar dari mobil, mendapati Gita dan Vivian. Mereka saling dorong, aku memperhatikannya. Menunggu apa yang ingin disampaikan. Aku bersedekap dada. "Hem, Ranesya. Kita mau minta maaf," tutur Gita menunduk dalam. "Iya, kita nggak tau kalo itu fitnah. Gue sama Gita, ngelakuin itu juga. Disuruh Ghifari, soalnya takut nama baik kita berdua jelek," timpal Vivian, aku mengangguk saja. "Terus? Gue harus apa?" balasku cuek, mereka berdua saling memandang. "Maafin kita," ucap mereka bersamaan, sambil memegang tanganku. Aku seolah berpikir, melepaskan perlahan tangan keduanya. "Nanti ya, gue pikirin dulu. Bye!" Aku langsung pergi, tanpa menoleh ke belakang. Sekarang, aku hanya ingin berdamai dengan diri sendiri. Belum lagi Zara, tidak ada angin. Dia muncul di depanku, aduh malas sekali! Padahal anak baru, sudah bermasalah. "Aduh, nggak sengaja," kata Zara menabrak bahuku. Aku tidak menyahut, mau pergi saja daripada banyak drama. Namun, tanganku ditar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 64. Diincar Dua Gender

    "Seru keknya, kalo makan bakso tempat waktu itu deh," kataku, mengingat Adelio mengajakku ke sana. Jadi rindu, tapi aku kesal karena dia membuatku terhina. Saat ingin keluar dari Apartemen, Adelio sudah berada di depan pintu. Lah? Serius dia di sini? Tanpa mengetuk, tidak mau masuk tanpa izin lagi? Aku menatapnya dari bawah sampai atas. "Ngapain lo ke sini?" hardikku, menatap malas dirinya. Senyum Adelio mengembang, membawa bunga, dan cokelat di tangan. "Mau ketemu lo lah!" seru Adelio menyodorkan keduanya, aku tidak menerima. Hanya menatap lama, dan pada akhirnya. "Dahlah, lo ganggu aja," kataku, melewatinya. Adelio menautkan kedua alisnya. Aku abaikan dia, sampai dekat mobil dia berkicau. Aku tidak menyahut sama sekali. Pintu mobil dihadang oleh tangan Adelio, aku berdecak kesal, dan jutek kepadanya. "Mau kemana?" tanya Adelio, masih setia dengan kedua hadiah itu. Suasana sudah sore, di mana siang tadi aku harus membuat pr, dan belajar. Kebiasaanku, memang rada orang lain

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 65. Penculikan 2

    "Bangun Ranesya udah pagi."Suara itu, aku membuka mata. Perlahan yang masih setengah datar. Aku tersenyum ke arah orang itu. "Cantik," pujinya, aku seketika melotot menyadari siapa dia. "Adelio?!" pekikku, menendangnya. Belum lagi Adelio, masih senyam-senyum. "Sakit banget," keluh Adelio mengelus dadanya, eh aku nggak sengaja. Aku meringis, memilih untuk mempersiapkan diri ke sekolah. Adelio mengikutiku dari belakang. "Lo masih marah? Lo tau nggak, gue buatin makanan kesukaan lo," ucap Adelio, aku membereskan buku. Tidak peduli dia bicara apa, tanganku di tahan. Aku menoleh ke arahnya. "Apalagi Adelio, gue nggak peduli apa yang lo lakuin," jawabku, mendorong Adelio. "Gapapa kalo lo nggak peduli, tapi maafin gue ya?" Adelio cemberut, aku menautkan kedua alis. Dia tidak menyerah ternyata, aku diam saja, dan masuk ke kamar mandi. Adelio menunggu di depan pintu. Setelah selesai, aku keluar dengan rapi. Adelio masih ada di situ. "Sana Adelio, gue risih," kataku jujur, mengambil

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 66. Dasar Gila

    "Sialan, ternyata lo nyari perkara sama gue," umpatku ke Zara yang tersenyum miring. Dia mendekati kami, aku sudah tidak heran dengan Zara. Namun, masalahnya itu sejak kapan? Ghazi dan Zara kerjasama. "Gimana? Kagetkan lo?" Zara tersenyum lebar, menarik daguku biar mendongak. "Jangan lupain, gue bakal rebut Adelio dari lo. Biar lo tau, gue ini berbahaya," ucap Zara, aku menatap tajam dirinya. Zara menghempaskan daguku begitu saja, Ghazi merangkul Zara seolah teman dekat. "Heran lo? Gue bisa dekat sama Ghazi? Kita udah temenan dari kecil," ungkap Zara, mereka saling bertatapan, dan tertawa. "Gila lo berdua!" Aku mengatai mereka yang tidak peduli. "Asal lo jadi umpan juga kita bakal lakuin," kata Ghazi, ini benar-benar memiliki sifat ganda. Tadi saja bilang ingin aku jadi miliknya, aku merasa dia ingin menjebak Adelio. "Bener itu, lo tau kan kalo Adelio milik gue. Lo bisa bawa nih cewek jadi milik lo," saran Zara, aku melihat Ghazi tampak semangat. "Beneran gila kalian," sindi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 67. Dinner

    Malam ini, Adelio membawa sebuah plastik besar. Aku tidak menyangka, apa dia sedang membujukku?Karena mengingat, aku belum memaafkannya. Adelio duduk di kasurku, memperhatikan aku yang sedang mencuci tangan. "Lo mau jajan? Gue ada banyak nih," kata Adelio memamerkannya dengan bangga. Aku tidak meresponnya, masih terfokus dengan wajahku seolah ada sesuatu yang aneh. "Lo kenapa? Kok lama banget?" lanjut Adelio, merasa bingung dengan diriku. Seketika, dia menghampiri yang melotot tidak percaya. "Jerawat!" pekikku, cemberut. Ihh menyebalkan sekali. Kenapa harus ada, jerawat di wajah mulusku ini?! Aku tidak mau! Sementara, Adelio menatap menganga heran. "Jerawat doang? Lo seribut ini?" tanya Adelio geleng kepala, aku menoleh dengan tajam. "Ini tuh, hal yang memuakkan. Wajah cantik gue jadi jelek gini!" keluhku, dengan bibir merengut ke bawah. Dengan memijit pelipisnya, Adelio menarikku duduk ke kasur. Aku tau, ini hal biasa. Tidak untuk diriku!"Nanti perawatan ya? Lo nggak perlu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09

Bab terbaru

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 138. Tidak akan Terpisahkan

    Rayyen mendekat dengan senyum mengembang, tanpa peduli adanya Adelio. Heh, kok dia tidak berpikir ya?! Apa Rayyen tidak tau aku memiliki pacar, aduh bagaimana ini. Pasti Adelio berpikir aku berselingkuh. "Dengan siapa cantik?" tanya Rayyen sudah berada di samping meja. Aku menoleh dengan tatapan datar, apa yang Rayyen mau sampai sengaja memanggilku sayang di depan Adelio. "Gue pacarnya," jawab Adelio berdiri. Dapat aku perhatikan lirikan mata mereka sama-sama sinis, seakan menembus jantung. Aku tidak percaya ini akan terjadi, apalagi pengirim surat cap berdarah itu, aku tidak tau siapa orangnya. "Pacar doang, belum jadi suami. Bisalah rebut Ranesya dari lo." Rayyen berkata begitu percaya diri. Seketika aku menahan tawa mendengarnya, andai dia tau jika aku sudah menikah. Apakah Rayyen masih ingin berkata seperti itu? Kalo masih, berarti Rayyen sudah gila. "Ada keberanian apa lo, bilang kayak gitu di depan gue?" kata Adelio menyuruhku bergeser dengan kode tangannya. Kini mer

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 138. Siapa Pengirim Suratnya?

    Aku melangkah di lorong sekolah, karena pagi sekali Adelio sudah rajin membangunkan aku. Hanya tidak aku sangka, terdapat ketiga cabe-cabean di depanku. Tidak lain Tasya, Trisya dan Zara. "Minggir bisa nggak?" hardikku menatap ketiganya malas. Bukannya mikir, tidak ada akalnya mereka menghadang diriku. Lebih gilanya Zara masih sanggup berjalan?Sudah tidak waras Zara itu, aku berdecak mendorong Trisya. Apa mereka tidak mengerti aku sedang malas bertengkar. "Berani banget lo!" kesal Tasya menarik tanganku. Aku tidak bisa bergerak kemana-mana, aku menoleh kebelakang. Bahkan Zara masih bisa tersenyum, apa dia tidak merasa bersalah?"Iyalah, lo juga bukan siapa-siapa di sini jangan ngatur gue," kataku menarik paksa tanganku dari cengkalnya. "Takut ya lo sama kita?" kata Trisya tiba-tiba tersenyum miring. Aku melihat senyum itu, ingin ngamuk rasanya. Siapa yang takut dengannya? Aku bisa lawan mereka sekaligus. "Kenapa mata lo, mau keluar ya?" ejek Zara tertawa kecil. Trisya maupun

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 136. Kecupan dari Suamiku

    "Haha, nggak bakal ada Adelio," kata Ghifari mengejekku. Tatapannya sangat mengerikan, tubuhku menegang dengan hawa panas dingin. Padahal ruangan begitu dingin, hanya aku merasakan hal berbeda. Apalagi Ghifari makin mendekat. "Gue udah lama ingin dapatin lo." Ghifari berkata sambil menarik tanganku. Gilanya, dia menarik hanya untuk memelukku. Jujur, ini hal menyiksa bagiku. Rasa takut mendalam di mana Ghifari mengelus helai rambutku secara perlahan. "Apa gue harus lakuin sesuatu, biar lo jadi sepenuh milik gue, Ranesya?" Ghifari mengecup puncak kepalaku. Tidak menjawab, aku mendorong dadanya untuk menjauh tapi ditahan oleh Ghifari. "Lo mau kemana, lo nggak ada niatan sama gue aja?" tanya Ghifari memelas. Aku melonggarkan pelukan, mendongak menatapnya intens. "Nggak, soalnya Adelio itu cowok gue dan orang spesial gue punya," jawabku begitu menusuk. Tiba-tiba saja pipiku di tekan hingga seperti ikan buntal, Ghifari seolah tidak terima apa yang aku katakan. "Spesial kata lo,

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 135. Tatapan Menerkam

    Kami berada di rumah setelah beberapa jam di RS, mengingat perkataan Bunda Delyna aku sedikit terkejut. Orang sekalem Bunda Delyna berkata seperti itu? Siapa tidak terkejut coba, aku saja di sana langsung menganga dengan mata melotot. "Lo kenapa?" tanya Adelio menepuk bahuku. Sekarang kami berada di ruang makan, tidak sempat memasak jadi sebelum pulang kami mampir membeli pizza. Aku tersenyum kecil. "Cuma keinget Bunda aja sih, gue kaget loh pas Bunda bilang gitu.""Bilang apa emangnya?" tanya Adelio mendongak ke arahku. "Masukin orang ke penjara terlihat sadis tau, kan Bunda lo kalem tuh," balasku menyuapi Adelio. Adelio dengan senang hati menerima sodoran pizza dariku, dan hanya terkekeh. "Namanya juga orang tersayang, semisal gue digituin kayak Ayah. Apa lo lakuin diem aja atau cari tau sebenernya?" papar Adelio menatapku begitu lekat. Tatapan kami bertemu, dih mana ada aku biarkan. Jika Adelio terjadi sesuatu, kan dia suamiku. "Cari tau sebenernya, dan gue masukin ke penj

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 134. Kabar Buruk

    Mataku melototi mendengar suara tersebut, kami berdua menoleh secara bersamaan. Di mana Ibu Aini sudah berkacak pinggang. "Gimana rasanya?" tanya Ibu Aini tersenyum kecil. "Ibu mau?" tawar Adelio menyodorkan susu kotak. Aku meneguk ludah, memilih memakan kembali bakso tersebut. Dan pura-pura tidak terjadi sesuatu. "Nggak!" sentak Ibu Aini kepada Adelio. Dengan mengelus dada, aku kembali menoleh dan mengedipkan mata beberapa kali. "Kenapa kalian berdua ke kantin di jam segini?!" Bingung ingin menjawab apa, aku melirik Adelio tersenyum tidak merasa bersalah. "Jam berapa ya?" tanya Adelio kepadaku. "Nggak tau," jawabku menggigit bibir bawah. Ibu Aini seketika emosi dengan jawaban kami berdua, aku bisa merasakan aura gelap yang keluar dari tubuhnya. "Jam aja nggak tau! Ini jam pelajaran, seharusnya kalian berdua di dalam kelas," jelas Ibu Aini menghela napas berat. Kami berdua saling menoleh, aku sedikit khawatir akan dihukum kembali. Sehingga aku berbisik ke telinga Adelio b

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 133. Penggemar Rahasia

    Di hari yang cerah, aku memilih pergi sekolah sendiri padahal Adelio memaksa meminta pergi bersama. Aku enggan karena ingin sendiri dulu, mengingat kejadian kemarin huh! Hal tidak terduga, saat aku masih dalam mobil melihat Zara turun dari mobil seseorang. "Ngapain dia?" kataku menyipitkan mata memperhatikan gerak-geriknya.Cara jalannya sangat berbeda, sedikit mengangkang. Aku menganga tidak percaya, jadi itu seriusan di aborsi?Astaga, Zara tidak punya hati please! Tapi dari wajahnya juga sangat pucat. "Dih, manusia paling jahat sih," ucapku merinding dengan tingkah Zara. Aku turun dari mobil berjalan dibelakang Zara, tidak ada yang mengibah dirinya. Padahal masalah Zara sangat besar, apa ada sesuatu membungkam mereka semua?"Kalo gue aja, di gosipin sampe seminggu lebih dih," gumamku kesal. Karena tidak ingin Zara terlihat tenang, akupun berjalan cepat dan menyenggol bahunya. "Aduh, sakit banget," keluh Zara meringis kecil melirikku tajam. Zara bergeser beberapa langkah, ak

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 132. Menuduh

    Aku menoleh kebelakang terdapat Ibu sosialita, bahkan emasnya bertumpuk banyak di pergelangan tangan. "Nggak Bu, aku hanya bawa dia jalan-jalan aja. Soalnya anak Ibu tadi jalan sendiri samperin aku," paparku terlihat Ibu itu tidak percaya. "Bohong kamu," ucap Ibu tersebut melirik sekeliling. "Tolong ada yang mau culik anak saya."Aku menggeleng, apa banget sih. Mana mungkin aku menculik anak kecil ini, aduh gimana kalo aku ditangkap?Mana Adelio ya, aku menurunkan anak kecil itu lalu membekap mulut Ibu tersebut. "Bu, aku nggak culik anak Ibu. Kenapa sih nuduh terus?" kesalku menekan bekapan itu. Ibu itu meronta, melepaskan tanganku dari mulutnya. Ada beberapa orang mendekat memperhatikan kami. "Ini Pak, dia tadi culik anak saya," tuduh Ibu itu menunjuk ke arahku. Aku menggeleng cepat. "Kenapa Ibu nuduh aku? Coba tanya anaknya, ini tuh hanya salah paham," kataku begitu emosi. Jujur ini hal merugikan untukku, mana dituduh segala. Apa pikirannya tidak ada?"Bohong kamu, mana ada s

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 131. Masalah di Pasar Malam

    Malam harinya, Adelio mengajakku suatu tempat entah di mana. Yasudahlah, aku hanya mengikuti apa yang Adelio mau. Dengan jaket couple, bahkan kacamata ikut serta dari bagian kami pakai. Terlihat alay, hanya aku mengingat jika Adelio berbeda dari cowok yang lain. "Kek alay ya," celetukku di mana Adelio berpose sok keren. Adelio hanya terkekeh merangkul diriku. "Mana ada alay, lo liat nih keren banget kita," kata Adelio memutarkan diriku yang berdecak kesal. Kali ini Adelio memotret diriku yang tidak memiliki ekspresi, sampai Adelio menarik kedua sudut bibirku biar terlihat tersenyum. "Nah, ginikan cantik," lanjut Adelio kesana-kemari hanya memfotoiku saja. Sangat tidak bisa diam ya ini anak? Sifatnya sudah keluar jametnya, aku sampai tidak habis pikir bisa menikah dengan Adelio. "Bacot lo, yaudah ayo," ajakku menarik pergelangan tangannya. Adelio tidak menjawab hanya terkekeh kecil mengikutiku dari belakang. "Lo pendek ya," ledek Adelio. Aku berhenti tiba-tiba, terjadilah Ad

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 130. Piknik Keluarga

    Pulang sekolah, bukannya balik ke rumah kami. Adelio mengajakku ke rumah keluarganya. Ternyata di sana sudah ada keluargaku juga, dan tidak aku ketahui. Sore ini akan piknik ke taman. "Lo masih pakai baju sekolah?" tanya Jean melirikku dari bawah ke atas. Di ruang tamu hanya kami berdua, karena yang lain asik mempersiapkan apa yang akan dibawa.Adelio juga katanya ingin memilihkan baju yang bagus untukku, jadi aku mengangguk saja. "Kenapa emangnya, nggak suka?" balasku memajukan diri sok songong. "Dih, gue nanya doang," sahut Jean mendorong kepalaku. Tidak sadar, jika Adelio datang menenteng baju untukku. Mana bajunya sengaja banget dilebarkan. "Adelio?! Bajunya kenapa kayak gitu?" pekikku mendekat menggulung biar Jean tidak melihatnya. Gila bajunya terlalu seksi. Mana mungkin aku memakainya untuk piknik, apa dia tidak berpikir dahulu?"Lah kenapa?" tanya Adelio bingung menatapku polos. Aku menabok tangannya, kali ini Adelio meringis sedikit menjauh. "Pake nanya lagi, ini tu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status