Semua Bab Suamiku Berandalan Sekolah : Bab 21 - Bab 30

98 Bab

Bab 21. Terulang Kembali

Aku merasakan kehangatan. Tidak seperti biasanya, aku membalas pelukan erat tubuh? Eh tubuh? Mataku langsung membelalak. Dalam keadaan intim, mengingat ketiduran saat menonton film horor. Aku menggigit bibir bawah, pelan-pelan melepaskan pelukan Adelio. Bukan terlepas, Adelio makin mengeratkan-nya. "Gimana ini?" gumamku, mulai ketar-ketir. Sekuat tenaga, aku menabok wajahnya. "Bangun nggak lo?!" Selain menabok, aku juga mendorong tubuh Adelio menjauh. Adelio terasa terganggu, membuka matanya perlahan. "Berisik lo! Tinggal tidur aja kok ribet," protes Adelio, kembali tidur. Aku melotot marah. "Lepasin gue!" pekikku, cemberut memukuli tangannya. Tidak lama kemudian, Adelio melepaskan pelukan. Aku langsung berdiri, berkacak pinggang. "Awas lo, ya! Najis banget tidur berdua sama lo," kataku pergi ke kamar. Mau siap-siap ke sekolah. Sekitar 35 menit, aku keluar dari kamar memakai baju sekolah. Jepitan rambut kupu-kupu di kepalaku menambah kecantikanku. Aku berj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya

Bab 22. Si Brengsek

"Mau bicarain apa di ruang osis?" Aku bertanya, ke Frans yang fokus ke jalan. Frans menoleh, dengan senyum mengembang. "Nanti lo juga bakal tau," jawab Frans, sedikit aneh. Biasanya Frans akan menjawab pertanyaanku, secara langsung. Sekarang, seperti ada disembunyikan?Mungkin, perasaanku aja. Di sana memang tempat anak osis berkumpul, ada ruangan khusus dibuat untuk kami. Aku masuk terlebih dahulu diikuti Frans. Namun, ruangan itu terlihat sepi. Tidak ada kehidupan, aku melirik Frans. "Lo, nggak bohongi gue kan?" Wajahku berubah merah, menatap lekat Frans. Bukan merasa bersalah, Frans tersenyum. "Kalo iya, kenapa? Lo serius nolak gue waktu itu?" ucap Frans, mempertanyakan keputusanku. "Seriuslah, nggak budekkan telinga lo?" Aku bertanya kembali kepadanya. Frans mencengkram tanganku, mendorong tubuhku ke dinding. "Berani-beraninya lo nolak gue," murka Frans, menampar wajahku. Sementara, aku merasa tidak percaya yang aku rasakan sekarang. Jantungku berdetak lebih cepat dari seb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya

Bab 23. Balap Liar 2

Di dalam mobil aku masih terdiam, di mana Adelio menjadi supirnya. Motor yang di bawanya pagi tadi, ditinggalkannya begitu saja di sekolah. Kami sudah pulang sekolah beberapa menit lalu. Yang aku pikirkan sekarang, Adelio mau membawaku kemana? Sementara, jalan ke arah rumah bukan lewat sini. Cukup jauh sekitar 2 jam. Aku sampai bosan di dalam mobil. Aku melihat ke arah Adelio yang mengangguk. Sebuah taman yang sangat indah, aku turun dari mobil. "Bagus banget," pujiku, masih memakai baju sekolah. Adelio tersenyum samar dibelakang, aku berlari memasuki lebih dalam. Tidak terlalu ramai, menenangkan hatiku saat ini. "Liat deh, ada kolam ikan," seruku mendekat, memotretnya dengan heboh. Selain itu, aku juga duduk menatap langit cerah. Aku tidak sengaja memperhatikan Adelio. Karena kurang fokus, aku memotret Adelio. Gayanya lumayan oke, dan aku kaget. "Apaan sih, kenapa gue foto dia?" gumamku, ingin menghapus. Tapi, langsung ditarik oleh Adelio. Sejak kapan, dia ada di depanku? B
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya

Bab 24. Taruhan

"Lo kenapa?" panik Adelio, menoleh ke belakang. Aku terbelalak karena diperhatikan. Intens oleh teman Adelio, aduh malunya aku. Kenapa mulut ini tidak bisa ngerem sih?"Nggak kok," balasku, menggeser posisi mendekati Adelio. Ada beberapa orang akan bermain, dua teman Adelio salah satunya. Aku melirik Adelio, terlihat fokus menyemangati mereka. "Lo pasti bisa bro!" seru Adelio, menepuk kedua teman yang tak lain Angga, dan Pasya. Aku sekarang di samping Adelio. Melirik temannya Pasya, sementara Angga sedang berbicara dengan Adelio. "Kakak Pasya semangat!" kataku, tersenyum amat manis. Pasya mendengar, dukunganku langsung tersenyum lebar. "Makasih banyak, doain gue menang ya!" "Pasti Kak!" tuturku, Pasya tiba-tiba saja mengelus kepalaku. Adelio melihat itu, menarik tangan Pasya. "Astaga, posesif sekali kawan," kekeh Pasya, menggoda Adelio. "Bacot, sono tanding jangan godain anak orang," usir Adelio, aku menggeleng saja dengan tingkah mereka. Adelio mendekatiku, aku dan Adelio
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-22
Baca selengkapnya

Bab 25. Hukuman Kalah Taruhan

Matahari masuk dari sela-sela jendela, aku mengusap mataku. Aku melirik jam di nakas, oke otw sekolah!Aku melakukan aktivitas seperti biasa, sekarang turun untuk sarapan. Adeli, berada di sana terlebih dahulu, aku ikut duduk. Kami saling diam satu sama lain, Adelio melirikku. "Gimana keadaan lo?" tanya Adelio, memasukkan roti ke dalam mulutnya. Aku mendongak, mengoleskan selai ke roti. "Lumayan," jawabku, seadanya tidak ada obrolan lagi. Sementara, Adelio menuangkan susu diberikan kepadaku. Aku begitu kaget."Buat lo, gue lagi baik hati." Adelio tersenyum hangat. Please, aku sedang mimpi bukan? Dia tersenyum? Pasti Adelio ada maunya, seperti itu!"Makan yang banyak Ranesya. Soal tantangan itu, nggak usah aja ya?" ucap Adelio puppy eyes. Seketika aku menyadari, bahwa Adelio melakukan ini. Hanya ingin menghindari tantangan, aku hanya manggut-manggut. Kali ini aku tersenyum lebar. "Gimana ya?" kataku, menopang daguku Adelio sekarangpun, mengoleskan selai ke roti, dan diberika
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-22
Baca selengkapnya

Bab 26. Quality Time

"Awas lo," ucap Adelio dari kejauhan Aku menjulurkan lidah mengejeknya. Ada hal lebih gila, di mana banyak yang merekam adegan Adelio menari. Jika dipikirkan, apakah akan viral? Apalagi Adelio ganteng, behh aku menyakini dia akan diejek. Haha, aku paling bahagia saat ini. Masih fokus ke lapangan, suara telepon terdengar. Aku mengambil hp Adelio di saku baju. Dia sempat menitipkan kepadaku, aku tidak menyangka. Jika Pasya yang menelponnya. "Halo, lo viral wey. Ngapain lo pakai rok?" tanya Pasya heboh, diiringi tawa meledek. Aku tersenyum lebar. "Halo Kak?" balasku, memperhatikan Adelio yang saat ini juga melihatku. "Eh? Lo ceweknya Adelio kan?" sahut Pasya, terkaget mengetahui aku yang mengangkatnya. "Panggil aja Ranesya Kak," timpalku, memutarkan tubuh. Biar Adelio tidak bisa melihatku, menelpon dengan siapa. "Ohh, kok bisa viral Adelio?" Pasya bertanya, di sisa ketawanya. "Panjanglah cerita— " sebelum aku menyelesaikan perkataanku. Hp-nya sudah direbut, aku ingin marah. Na
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

Bab 27. Tawuran

Hal memuakkan, ketika ke Time zone aku memilih bermain game dance. Inginnya sendiri, tapi tiba-tiba saja. Ghifari ikut main, aku kesal dan marah. Hanya karena ada Gita, aku tetap tertawa terpaksa. Setidaknya, aku menjaga hati sahabatku. Moodku lebih hancur. Ghifari saat ini mengambil makananku dalam piring. Gita meneguk ludah, dia tau soal ini. Aku paling tidak suka, diganggu saat makan. "Kak, balikin lagi," pinta Gita, melirikku sudah muram. "Gue icip doang, gapapakan?" Ghifari menoleh tersenyum manis. Aku mengangguk, tidak bersuara sama sekali. Aku mengaduk-aduk makanan itu dengan emosi. "Gue ke toilet dulu," pamitku, menaruh sendok dengan kesal. Vivian menatap Gita mengangguk, aku juga tidak tau. Apa yang mereka pikirkan. "Gimana, kalo gue temenin?" tawar Vivian, mau berdiri. Namun, aku menggeleng untuk tidak usah mengikuti. "Gue bentar doang kok," kataku, pergi meninggalkan mereka. Sampai di toilet, aku mengomel sepanjang harapan orang tua. "Padahal gue nggak ngajak, t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

Bab 28. Incaran

"Siapa lo yang berani-beraninya, memerintahi gue?" tanya seorang cowok, ketua geng SMA Garuda. Aku membaca Nametag-nya. "Ghazi Andhara, bagus juga nama lo. Tapi nggak dengan tingkah lo," sahutku, menghadap Ghazi. Ghazi mendorong bahuku, aku mundur. Sangat memuaskan bisa bikin dia marah, aku tersenyum lebar. Karena mengetahui, Ghazi orang yang kasar. "Nggak usah berkomentar, nggak penting pendapat lo," ketus Ghazi, kali ini Adelio mengepalkan tangan. Adelio mendorong Ghazi. "Cemen lo, beraninya ngelawan cewek," sindir Adelio, membuat Ghazi marah. "Urusan lo apa? Gue nggak peduli kalo dia cewek," sentak Ghazi, mendongakkan kepala songong. Aku yang disamping mereka, memutarkan mata malas. Bahkan, Adelio langsung membogem pipi Ghazi."Mental kelonan Mama, mau ngelawan gue?" Adelio memberikan senyuman miring, dia mendekati Ghazi. "Belajar dulu menghormati cewek, baru lo lawan gue," lanjut Adelio, menepuk pipi Ghazi. Sementara, Ghazi menepis tangan Adelio. Dia tidak terima diejek se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

Bab 29. Instruksi Senam

Aku sudah mempersiapkan diriku, jadwal hari ini adalah senam bersama. Hari jum'at berkah, semoga hariku menyenangkan. Aku mencuci tanganku di wastafel, setelah selesai aku duduk di ruang makan. Sarapan pagi kali ini, nasgor masakanku sendiri! Karena aku baik hati. Jadi, aku membuatkan satunya untuk Adelio. Aku sudah menyuapkan nasgor ke mulutku, Adelio duduk melirikku. "Wah, nasi goreng," takjub Adelio, aku diam-diam tersenyum. Diapun memakannya dalam diam, apa masakanku tidak enak? Kok diam tidak berkomentar?Sampai selesai dia menungguku. "Mau bareng nggak, pergi sekolahnya?" ajak Adelio, aku mendongak kaget. Aku taruh sendok, mengusap bibirku dengan tisu. "Lo masih sehatkan?" tanyaku, menatap wajahnya. Saat ini dia meminum air putih. Adelio menggeleng. "Emang salah? Gue ngajak doang sih," ucap Adelio, berdiri mengambil tasnya. "Kalo lo. Nggak mau juga yang penting, nawarin doang," lanjutnya, pergi meninggalkanku. Tidak tau mengapa, aku merasa Adelio benar-benar aneh. Mis
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

Bab 30. Penculikan

Aku sekarang berjalan, ke lapangan disuruh Pak Herman. Aku juga tidak tau, apa yang akan dilakukan. Hingga aku menatap malas, kenapa harus kelas 3 MIPA 2? Aku berjalan lesu, apalagi Adelio menjadi pemimpin pemanasan. Pak Hendra menyuruhku mendekat. "Sini Ranesya," teriak Pak Hendra, aku mengangguk berlari. "Baiklah, kali ini kita akan praktek basket," ucap Pak Hendra, Adelio tersenyum manis. Aku di sana planga-plongo tidak jelas, kenapa harus aku? Bukannya, bisa suruh anak kelas 3 MIPA 2 untuk membantunya. "Kamu Ranesya, ikuti saya. Jadi kalian dibagi 5 orang untuk bermain, jika salah satu dari kelompok menang. Maka, nilainya akan mendapatkan plus," jelas Pak Hendra, langsung memberikan buku absen kepadaku. "Kamu pegang ini, semisal saya menyebutkan nilainya. Kamu langsung tulis," lanjut Pak Hendra, aku mengangguk, aslinya aku kesal. "Iya Pak," jawabku lesu. Padahal aku memiliki, kelas matematika kali ini. Untungnya, Ibu yang mengajarkan tidak marah. Jadi, aku akan bisa ikut l
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status