Share

Bab 23. Balap Liar 2

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-21 18:32:50

Di dalam mobil aku masih terdiam, di mana Adelio menjadi supirnya. Motor yang di bawanya pagi tadi, ditinggalkannya begitu saja di sekolah.

Kami sudah pulang sekolah beberapa menit lalu. Yang aku pikirkan sekarang, Adelio mau membawaku kemana? Sementara, jalan ke arah rumah bukan lewat sini.

Cukup jauh sekitar 2 jam. Aku sampai bosan di dalam mobil. Aku melihat ke arah Adelio yang mengangguk.

Sebuah taman yang sangat indah, aku turun dari mobil.

"Bagus banget," pujiku, masih memakai baju sekolah.

Adelio tersenyum samar dibelakang, aku berlari memasuki lebih dalam. Tidak terlalu ramai, menenangkan hatiku saat ini.

"Liat deh, ada kolam ikan," seruku mendekat, memotretnya dengan heboh.

Selain itu, aku juga duduk menatap langit cerah. Aku tidak sengaja memperhatikan Adelio.

Karena kurang fokus, aku memotret Adelio. Gayanya lumayan oke, dan aku kaget.

"Apaan sih, kenapa gue foto dia?" gumamku, ingin menghapus. Tapi, langsung ditarik oleh Adelio.

Sejak kapan, dia ada di depanku? B
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 24. Taruhan

    "Lo kenapa?" panik Adelio, menoleh ke belakang. Aku terbelalak karena diperhatikan. Intens oleh teman Adelio, aduh malunya aku. Kenapa mulut ini tidak bisa ngerem sih?"Nggak kok," balasku, menggeser posisi mendekati Adelio. Ada beberapa orang akan bermain, dua teman Adelio salah satunya. Aku melirik Adelio, terlihat fokus menyemangati mereka. "Lo pasti bisa bro!" seru Adelio, menepuk kedua teman yang tak lain Angga, dan Pasya. Aku sekarang di samping Adelio. Melirik temannya Pasya, sementara Angga sedang berbicara dengan Adelio. "Kakak Pasya semangat!" kataku, tersenyum amat manis. Pasya mendengar, dukunganku langsung tersenyum lebar. "Makasih banyak, doain gue menang ya!" "Pasti Kak!" tuturku, Pasya tiba-tiba saja mengelus kepalaku. Adelio melihat itu, menarik tangan Pasya. "Astaga, posesif sekali kawan," kekeh Pasya, menggoda Adelio. "Bacot, sono tanding jangan godain anak orang," usir Adelio, aku menggeleng saja dengan tingkah mereka. Adelio mendekatiku, aku dan Adelio

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 25. Hukuman Kalah Taruhan

    Matahari masuk dari sela-sela jendela, aku mengusap mataku. Aku melirik jam di nakas, oke otw sekolah!Aku melakukan aktivitas seperti biasa, sekarang turun untuk sarapan. Adeli, berada di sana terlebih dahulu, aku ikut duduk. Kami saling diam satu sama lain, Adelio melirikku. "Gimana keadaan lo?" tanya Adelio, memasukkan roti ke dalam mulutnya. Aku mendongak, mengoleskan selai ke roti. "Lumayan," jawabku, seadanya tidak ada obrolan lagi. Sementara, Adelio menuangkan susu diberikan kepadaku. Aku begitu kaget."Buat lo, gue lagi baik hati." Adelio tersenyum hangat. Please, aku sedang mimpi bukan? Dia tersenyum? Pasti Adelio ada maunya, seperti itu!"Makan yang banyak Ranesya. Soal tantangan itu, nggak usah aja ya?" ucap Adelio puppy eyes. Seketika aku menyadari, bahwa Adelio melakukan ini. Hanya ingin menghindari tantangan, aku hanya manggut-manggut. Kali ini aku tersenyum lebar. "Gimana ya?" kataku, menopang daguku Adelio sekarangpun, mengoleskan selai ke roti, dan diberika

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 26. Quality Time

    "Awas lo," ucap Adelio dari kejauhan Aku menjulurkan lidah mengejeknya. Ada hal lebih gila, di mana banyak yang merekam adegan Adelio menari. Jika dipikirkan, apakah akan viral? Apalagi Adelio ganteng, behh aku menyakini dia akan diejek. Haha, aku paling bahagia saat ini. Masih fokus ke lapangan, suara telepon terdengar. Aku mengambil hp Adelio di saku baju. Dia sempat menitipkan kepadaku, aku tidak menyangka. Jika Pasya yang menelponnya. "Halo, lo viral wey. Ngapain lo pakai rok?" tanya Pasya heboh, diiringi tawa meledek. Aku tersenyum lebar. "Halo Kak?" balasku, memperhatikan Adelio yang saat ini juga melihatku. "Eh? Lo ceweknya Adelio kan?" sahut Pasya, terkaget mengetahui aku yang mengangkatnya. "Panggil aja Ranesya Kak," timpalku, memutarkan tubuh. Biar Adelio tidak bisa melihatku, menelpon dengan siapa. "Ohh, kok bisa viral Adelio?" Pasya bertanya, di sisa ketawanya. "Panjanglah cerita— " sebelum aku menyelesaikan perkataanku. Hp-nya sudah direbut, aku ingin marah. Na

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 27. Tawuran

    Hal memuakkan, ketika ke Time zone aku memilih bermain game dance. Inginnya sendiri, tapi tiba-tiba saja. Ghifari ikut main, aku kesal dan marah. Hanya karena ada Gita, aku tetap tertawa terpaksa. Setidaknya, aku menjaga hati sahabatku. Moodku lebih hancur. Ghifari saat ini mengambil makananku dalam piring. Gita meneguk ludah, dia tau soal ini. Aku paling tidak suka, diganggu saat makan. "Kak, balikin lagi," pinta Gita, melirikku sudah muram. "Gue icip doang, gapapakan?" Ghifari menoleh tersenyum manis. Aku mengangguk, tidak bersuara sama sekali. Aku mengaduk-aduk makanan itu dengan emosi. "Gue ke toilet dulu," pamitku, menaruh sendok dengan kesal. Vivian menatap Gita mengangguk, aku juga tidak tau. Apa yang mereka pikirkan. "Gimana, kalo gue temenin?" tawar Vivian, mau berdiri. Namun, aku menggeleng untuk tidak usah mengikuti. "Gue bentar doang kok," kataku, pergi meninggalkan mereka. Sampai di toilet, aku mengomel sepanjang harapan orang tua. "Padahal gue nggak ngajak, t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 28. Incaran

    "Siapa lo yang berani-beraninya, memerintahi gue?" tanya seorang cowok, ketua geng SMA Garuda. Aku membaca Nametag-nya. "Ghazi Andhara, bagus juga nama lo. Tapi nggak dengan tingkah lo," sahutku, menghadap Ghazi. Ghazi mendorong bahuku, aku mundur. Sangat memuaskan bisa bikin dia marah, aku tersenyum lebar. Karena mengetahui, Ghazi orang yang kasar. "Nggak usah berkomentar, nggak penting pendapat lo," ketus Ghazi, kali ini Adelio mengepalkan tangan. Adelio mendorong Ghazi. "Cemen lo, beraninya ngelawan cewek," sindir Adelio, membuat Ghazi marah. "Urusan lo apa? Gue nggak peduli kalo dia cewek," sentak Ghazi, mendongakkan kepala songong. Aku yang disamping mereka, memutarkan mata malas. Bahkan, Adelio langsung membogem pipi Ghazi."Mental kelonan Mama, mau ngelawan gue?" Adelio memberikan senyuman miring, dia mendekati Ghazi. "Belajar dulu menghormati cewek, baru lo lawan gue," lanjut Adelio, menepuk pipi Ghazi. Sementara, Ghazi menepis tangan Adelio. Dia tidak terima diejek se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 29. Instruksi Senam

    Aku sudah mempersiapkan diriku, jadwal hari ini adalah senam bersama. Hari jum'at berkah, semoga hariku menyenangkan. Aku mencuci tanganku di wastafel, setelah selesai aku duduk di ruang makan. Sarapan pagi kali ini, nasgor masakanku sendiri! Karena aku baik hati. Jadi, aku membuatkan satunya untuk Adelio. Aku sudah menyuapkan nasgor ke mulutku, Adelio duduk melirikku. "Wah, nasi goreng," takjub Adelio, aku diam-diam tersenyum. Diapun memakannya dalam diam, apa masakanku tidak enak? Kok diam tidak berkomentar?Sampai selesai dia menungguku. "Mau bareng nggak, pergi sekolahnya?" ajak Adelio, aku mendongak kaget. Aku taruh sendok, mengusap bibirku dengan tisu. "Lo masih sehatkan?" tanyaku, menatap wajahnya. Saat ini dia meminum air putih. Adelio menggeleng. "Emang salah? Gue ngajak doang sih," ucap Adelio, berdiri mengambil tasnya. "Kalo lo. Nggak mau juga yang penting, nawarin doang," lanjutnya, pergi meninggalkanku. Tidak tau mengapa, aku merasa Adelio benar-benar aneh. Mis

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 30. Penculikan

    Aku sekarang berjalan, ke lapangan disuruh Pak Herman. Aku juga tidak tau, apa yang akan dilakukan. Hingga aku menatap malas, kenapa harus kelas 3 MIPA 2? Aku berjalan lesu, apalagi Adelio menjadi pemimpin pemanasan. Pak Hendra menyuruhku mendekat. "Sini Ranesya," teriak Pak Hendra, aku mengangguk berlari. "Baiklah, kali ini kita akan praktek basket," ucap Pak Hendra, Adelio tersenyum manis. Aku di sana planga-plongo tidak jelas, kenapa harus aku? Bukannya, bisa suruh anak kelas 3 MIPA 2 untuk membantunya. "Kamu Ranesya, ikuti saya. Jadi kalian dibagi 5 orang untuk bermain, jika salah satu dari kelompok menang. Maka, nilainya akan mendapatkan plus," jelas Pak Hendra, langsung memberikan buku absen kepadaku. "Kamu pegang ini, semisal saya menyebutkan nilainya. Kamu langsung tulis," lanjut Pak Hendra, aku mengangguk, aslinya aku kesal. "Iya Pak," jawabku lesu. Padahal aku memiliki, kelas matematika kali ini. Untungnya, Ibu yang mengajarkan tidak marah. Jadi, aku akan bisa ikut l

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 31. Penyelamatan

    Aku meringis, karena kepalaku yang pening. Aku membuka mata sedikit kabur. "Udah bangun? Lama juga tidurnya lo," sindir seseorang yang sangat aku kenal. Ghazi, mengangkat kaki duduk di depanku. Dia berdiri, memegang daguku untuk mendongak. "Gimana? Lo percaya bukan? Gue bakal, buat lo berlutut di depan gue," kata Ghazi songong, bahkan teman komplotannya tertawa. Aku hanya diam, tidak menyahuti perkataannya. Tidak penting juga. "Kenapa diem doang? Bisu lo?" ledek Ghazi, menekan pipiku hingga mulutku monyong. Ghazi melepaskan, pipiku dengan melemparkan ke kanan. "Berani lo, pas di luar doang! Pas di dalam cemen lo," ucap Ghazi, aku sebenarnya tertawa. Dia mengataiku seperti itu. Ghazi bilang aku cemen? Terus dia apa? Pecundang beraninya dengan cewek. "Coba keluarin suara lo yang berani itu," perintah Ghazi, tersenyum miring. "Kenapa lo? Mau banget dengerin suara gue?" ketusku, menatap tajam Ghazi. Ghazi menggeram marah dengan gertakan gigi, aku bisa mendengarnya. "Berani lo s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24

Bab terbaru

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 138. Siapa Pengirim Suratnya?

    Aku melangkah di lorong sekolah, karena pagi sekali Adelio sudah rajin membangunkan aku. Hanya tidak aku sangka, terdapat ketiga cabe-cabean di depanku. Tidak lain Tasya, Trisya dan Zara. "Minggir bisa nggak?" hardikku menatap ketiganya malas. Bukannya mikir, tidak ada akalnya mereka menghadang diriku. Lebih gilanya Zara masih sanggup berjalan?Sudah tidak waras Zara itu, aku berdecak mendorong Trisya. Apa mereka tidak mengerti aku sedang malas bertengkar. "Berani banget lo!" kesal Tasya menarik tanganku. Aku tidak bisa bergerak kemana-mana, aku menoleh kebelakang. Bahkan Zara masih bisa tersenyum, apa dia tidak merasa bersalah?"Iyalah, lo juga bukan siapa-siapa di sini jangan ngatur gue," kataku menarik paksa tanganku dari cengkalnya. "Takut ya lo sama kita?" kata Trisya tiba-tiba tersenyum miring. Aku melihat senyum itu, ingin ngamuk rasanya. Siapa yang takut dengannya? Aku bisa lawan mereka sekaligus. "Kenapa mata lo, mau keluar ya?" ejek Zara tertawa kecil. Trisya maupun

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 136. Kecupan dari Suamiku

    "Haha, nggak bakal ada Adelio," kata Ghifari mengejekku. Tatapannya sangat mengerikan, tubuhku menegang dengan hawa panas dingin. Padahal ruangan begitu dingin, hanya aku merasakan hal berbeda. Apalagi Ghifari makin mendekat. "Gue udah lama ingin dapatin lo." Ghifari berkata sambil menarik tanganku. Gilanya, dia menarik hanya untuk memelukku. Jujur, ini hal menyiksa bagiku. Rasa takut mendalam di mana Ghifari mengelus helai rambutku secara perlahan. "Apa gue harus lakuin sesuatu, biar lo jadi sepenuh milik gue, Ranesya?" Ghifari mengecup puncak kepalaku. Tidak menjawab, aku mendorong dadanya untuk menjauh tapi ditahan oleh Ghifari. "Lo mau kemana, lo nggak ada niatan sama gue aja?" tanya Ghifari memelas. Aku melonggarkan pelukan, mendongak menatapnya intens. "Nggak, soalnya Adelio itu cowok gue dan orang spesial gue punya," jawabku begitu menusuk. Tiba-tiba saja pipiku di tekan hingga seperti ikan buntal, Ghifari seolah tidak terima apa yang aku katakan. "Spesial kata lo,

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 135. Tatapan Menerkam

    Kami berada di rumah setelah beberapa jam di RS, mengingat perkataan Bunda Delyna aku sedikit terkejut. Orang sekalem Bunda Delyna berkata seperti itu? Siapa tidak terkejut coba, aku saja di sana langsung menganga dengan mata melotot. "Lo kenapa?" tanya Adelio menepuk bahuku. Sekarang kami berada di ruang makan, tidak sempat memasak jadi sebelum pulang kami mampir membeli pizza. Aku tersenyum kecil. "Cuma keinget Bunda aja sih, gue kaget loh pas Bunda bilang gitu.""Bilang apa emangnya?" tanya Adelio mendongak ke arahku. "Masukin orang ke penjara terlihat sadis tau, kan Bunda lo kalem tuh," balasku menyuapi Adelio. Adelio dengan senang hati menerima sodoran pizza dariku, dan hanya terkekeh. "Namanya juga orang tersayang, semisal gue digituin kayak Ayah. Apa lo lakuin diem aja atau cari tau sebenernya?" papar Adelio menatapku begitu lekat. Tatapan kami bertemu, dih mana ada aku biarkan. Jika Adelio terjadi sesuatu, kan dia suamiku. "Cari tau sebenernya, dan gue masukin ke penj

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 134. Kabar Buruk

    Mataku melototi mendengar suara tersebut, kami berdua menoleh secara bersamaan. Di mana Ibu Aini sudah berkacak pinggang. "Gimana rasanya?" tanya Ibu Aini tersenyum kecil. "Ibu mau?" tawar Adelio menyodorkan susu kotak. Aku meneguk ludah, memilih memakan kembali bakso tersebut. Dan pura-pura tidak terjadi sesuatu. "Nggak!" sentak Ibu Aini kepada Adelio. Dengan mengelus dada, aku kembali menoleh dan mengedipkan mata beberapa kali. "Kenapa kalian berdua ke kantin di jam segini?!" Bingung ingin menjawab apa, aku melirik Adelio tersenyum tidak merasa bersalah. "Jam berapa ya?" tanya Adelio kepadaku. "Nggak tau," jawabku menggigit bibir bawah. Ibu Aini seketika emosi dengan jawaban kami berdua, aku bisa merasakan aura gelap yang keluar dari tubuhnya. "Jam aja nggak tau! Ini jam pelajaran, seharusnya kalian berdua di dalam kelas," jelas Ibu Aini menghela napas berat. Kami berdua saling menoleh, aku sedikit khawatir akan dihukum kembali. Sehingga aku berbisik ke telinga Adelio b

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 133. Penggemar Rahasia

    Di hari yang cerah, aku memilih pergi sekolah sendiri padahal Adelio memaksa meminta pergi bersama. Aku enggan karena ingin sendiri dulu, mengingat kejadian kemarin huh! Hal tidak terduga, saat aku masih dalam mobil melihat Zara turun dari mobil seseorang. "Ngapain dia?" kataku menyipitkan mata memperhatikan gerak-geriknya.Cara jalannya sangat berbeda, sedikit mengangkang. Aku menganga tidak percaya, jadi itu seriusan di aborsi?Astaga, Zara tidak punya hati please! Tapi dari wajahnya juga sangat pucat. "Dih, manusia paling jahat sih," ucapku merinding dengan tingkah Zara. Aku turun dari mobil berjalan dibelakang Zara, tidak ada yang mengibah dirinya. Padahal masalah Zara sangat besar, apa ada sesuatu membungkam mereka semua?"Kalo gue aja, di gosipin sampe seminggu lebih dih," gumamku kesal. Karena tidak ingin Zara terlihat tenang, akupun berjalan cepat dan menyenggol bahunya. "Aduh, sakit banget," keluh Zara meringis kecil melirikku tajam. Zara bergeser beberapa langkah, ak

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 132. Menuduh

    Aku menoleh kebelakang terdapat Ibu sosialita, bahkan emasnya bertumpuk banyak di pergelangan tangan. "Nggak Bu, aku hanya bawa dia jalan-jalan aja. Soalnya anak Ibu tadi jalan sendiri samperin aku," paparku terlihat Ibu itu tidak percaya. "Bohong kamu," ucap Ibu tersebut melirik sekeliling. "Tolong ada yang mau culik anak saya."Aku menggeleng, apa banget sih. Mana mungkin aku menculik anak kecil ini, aduh gimana kalo aku ditangkap?Mana Adelio ya, aku menurunkan anak kecil itu lalu membekap mulut Ibu tersebut. "Bu, aku nggak culik anak Ibu. Kenapa sih nuduh terus?" kesalku menekan bekapan itu. Ibu itu meronta, melepaskan tanganku dari mulutnya. Ada beberapa orang mendekat memperhatikan kami. "Ini Pak, dia tadi culik anak saya," tuduh Ibu itu menunjuk ke arahku. Aku menggeleng cepat. "Kenapa Ibu nuduh aku? Coba tanya anaknya, ini tuh hanya salah paham," kataku begitu emosi. Jujur ini hal merugikan untukku, mana dituduh segala. Apa pikirannya tidak ada?"Bohong kamu, mana ada s

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 131. Masalah di Pasar Malam

    Malam harinya, Adelio mengajakku suatu tempat entah di mana. Yasudahlah, aku hanya mengikuti apa yang Adelio mau. Dengan jaket couple, bahkan kacamata ikut serta dari bagian kami pakai. Terlihat alay, hanya aku mengingat jika Adelio berbeda dari cowok yang lain. "Kek alay ya," celetukku di mana Adelio berpose sok keren. Adelio hanya terkekeh merangkul diriku. "Mana ada alay, lo liat nih keren banget kita," kata Adelio memutarkan diriku yang berdecak kesal. Kali ini Adelio memotret diriku yang tidak memiliki ekspresi, sampai Adelio menarik kedua sudut bibirku biar terlihat tersenyum. "Nah, ginikan cantik," lanjut Adelio kesana-kemari hanya memfotoiku saja. Sangat tidak bisa diam ya ini anak? Sifatnya sudah keluar jametnya, aku sampai tidak habis pikir bisa menikah dengan Adelio. "Bacot lo, yaudah ayo," ajakku menarik pergelangan tangannya. Adelio tidak menjawab hanya terkekeh kecil mengikutiku dari belakang. "Lo pendek ya," ledek Adelio. Aku berhenti tiba-tiba, terjadilah Ad

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 130. Piknik Keluarga

    Pulang sekolah, bukannya balik ke rumah kami. Adelio mengajakku ke rumah keluarganya. Ternyata di sana sudah ada keluargaku juga, dan tidak aku ketahui. Sore ini akan piknik ke taman. "Lo masih pakai baju sekolah?" tanya Jean melirikku dari bawah ke atas. Di ruang tamu hanya kami berdua, karena yang lain asik mempersiapkan apa yang akan dibawa.Adelio juga katanya ingin memilihkan baju yang bagus untukku, jadi aku mengangguk saja. "Kenapa emangnya, nggak suka?" balasku memajukan diri sok songong. "Dih, gue nanya doang," sahut Jean mendorong kepalaku. Tidak sadar, jika Adelio datang menenteng baju untukku. Mana bajunya sengaja banget dilebarkan. "Adelio?! Bajunya kenapa kayak gitu?" pekikku mendekat menggulung biar Jean tidak melihatnya. Gila bajunya terlalu seksi. Mana mungkin aku memakainya untuk piknik, apa dia tidak berpikir dahulu?"Lah kenapa?" tanya Adelio bingung menatapku polos. Aku menabok tangannya, kali ini Adelio meringis sedikit menjauh. "Pake nanya lagi, ini tu

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 129. Dih, Najis

    "Ghifari," gumamku menatap tidak percaya. Kali ini Ghifari dengan berani berlari kearahku, dia langsung diserang 3 orang sekaligus. Dan aku tidak bisa lepas karena ditahan, Ghazi dengan senyum miring mendekat memegang daguku. "Gue ngilang bukan berarti nggak akan ngelakuin sesuatu, lo tuh emang kelemahan Adelio," papar Ghazi tertawa mengejek. Tidak menjawab, aku hanya mendengus berfokus ke Ghifari sudah terduduk. Argh, dia pasti kalah kalo seperti ini. Aku mengingat jika Ghifari tidak bisa berkelahi, bagaimana Ghifari mau melawan kalo begitu yang ada dia bisa mati. "Haha, liat teman lo cemen banget." Ghazi mengarah daguku begitu kasar ke Ghifari sedang terluka. Bahkan, anak buah Ghazi masih saja menendang brutal Ghifari itu. "Lepasin Ghifari!" teriakku yang tidak begitu jelas. Ghazi langsung melepaskan tangannya dari daguku, tidak merasa bersalah. Ghazi ikut mendekati Ghifari. Gilanya, Ghazi melakukan tidak pernah aku bayangkan. Di mana Ghazi memukul Ghifari hingga pingsan.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status