Home / Fiksi Remaja / Suamiku Berandalan Sekolah / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Suamiku Berandalan Sekolah : Chapter 11 - Chapter 20

98 Chapters

Bab 11. Gue Suka sama Lo

"Eh, maaf. Lo gapapa?" tanyaku panik, sudah menabrak Fatih anak kelas 3 MIPA 4. Fatih membenarkan kacamatanya, memperhatikanku secara seksama. "Gue gapapa, santai aja," balas Fatih tersenyum tipis. "Tapi gue yang salah, gimana kalo kita bareng aja?" tawarku, tanpa aku sadari penggemarku, membicarakan Fatih dari belakang. Fatih langsung menoleh cepat, dan mengangguk. "Boleh."Aku sempat, terpesona dengan senyum culun itu. Selain pintar, Fatih murid berprestasi. Aku dan Fatih duduk dipojok, menghindari orang-orang. Tidak disangka Fatih, menarik kursi untukku. Aku sedikit kaget, sifatnya yang begitu gentleman. Aku kikuk karena banyak orang melihat. "Duduk aja, gue pesen dulu," kata Fatih, meminta izin dengan senyuman manisnya. Aku mengangguk patuh. "Oke makasih," balasku, dari kejauhan aku memperhatikan Fatih. "Culun-culun romantis," celetukku, mengecek hp-ku penuh notifikasi penggemar. Biasalah, aku memang secantik ini. Siapa yang tidak tergoda. Tidak lama, Fatih datang deng
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Bab 12. Dasar Rakus

"Untung osis," kataku, jujur saja aku malas selalu bertemu Adelio. Sekolah ketemu Adelio, apalagi di rumah. Aku seolah diikuti makhluk halus. Saat aku keluar bersama Frans untuk ke ruangan guru, sebuah bola basket menimpa kepalaku. Aku terduduk meringis. "Gila, siapa sih yang sengaja?!" sungutku. Sementara Frans, melirik kesana-kemari tidak ada siapapun. Serius! Rasa pusing aku rasakan, benar-benar luar biasa. Aku berusaha berdiri dibantu Frans. "Hati-hati, apa mau ke UKS aja?" Frans menoleh ke arahku khawatir, kali ini dia berkata, "Gue gendong aja, ya?" Seketika mataku, melototi Frans yang cengengesan. "Gue bisa sendiri kok," balasku, memegang dinding mengatur keseimbangan. Frans menatap polos. "Serius? Lo kalo kenapa-kenapa, kita bisa ke UKS," kata Frans, memegang tanganku. Aku hanya menggeleng, melanjutkan perjalanan ke ruang guru. Untungnya, Frans berbaik hati memegang aku. "Makasih ya," ucapku, tersenyum tipis.Frans mengangguk, membuang wajah salah tingkah. Di ruan
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 13. Joging Pagi

Pagi sekali, aku sudah bersiap-siap untuk joging! Iya, aku sangat bersemangat. Di tanggal merah yang cerah ini. Aku mencuci tanganku 6 langkah seperti biasa, aku sarapan dengan hikmat. Setelah selesai, aku ingin pergi sekarang. Namun, jalanku terhenti oleh Adelio yang menghadang di depan pintu. "Minggir! Ngapain juga lo hadang gue," kesalku, memancarkan permusuhan. Adelio seperti biasa mengangguku. Entah mengapa, sekarang suka sekali cari gara-gara. "Mau kemana nyonya, rapi bener," goda Adelio, bersiul ke arahku. Aku berdecak kesal. "Bukan, urusan lo!" sergahku, berkacak pinggang hingga mengalihkan pandang malas. Kembali aku melihatnya. Baru aku menyadari kalo Adelio, memakai baju lengan pendek, dan celana training. "Ikut dong," rengek Adelio, bak anak kecil. Aku ketawa renyah, memijit pelipisku. "Dih. Nggak banget, mau ngajak lo. Geser nggak!" teriakku, memberikan isyarat untuk minggir Adelio bukannya minggir, dia menghalangiku dengan dua tangan. "Adelio! Gue mau joging, k
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 14. Push up 10 kali!

"Woam, udah pagi aja," ujarku mengucek mata. Aku mengambil hp, berbunyi memekakkan telingaku. Alisku berkerut, mendapatkan telepon Papaku. Dia tidak tau saja, aku sedang marah dengan mereka. Pernikahan yang hanya menguntungkan mereka! Aku jadi korban semata, aku mendengus lebih memilih untuk mandi saja. Sekitar 25 menit, aku sudah tertampil begitu cantik. Dengan rambut sebahu, pita pink yang unyu-unyu. "Perfect!" seruku, di depan kaca. Aku juga langsung pergi ke sekolah, tanpa sarapan. Kali ini aku memilih menaiki taksi."Atas nama Mbak Ranesya?" tanya seorang supir taksi, mobilnya berhenti tepat di depanku. Aku mengangguk. "Iya Pak," jawabku, menaiki taksinya. Aku sudah memesannya saat di rumah tadi, biar tidak terlalu lama. "Mbak cantik, gimana kalo jadi pacar saya?" ucap Pak supir, aku yang sedang bermain hp. Mendongak kaget, mataku terasa mau keluar. Aku tertawa karir. "Aku udah punya pacar, Pak," kilahku, cengengesan mengusap kening berkeringat. "Padahal gue ada suami,"
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 15. Penculikan

"Liat anak basket, yuk!" ajak Gita, menarik tanganku dan Vivian. Aku tertarik pasrah, sampai di dekat lapangan basket. Dipenuhi ciwi yang berbondong-bondong menyoraki para pujaan hati. "Adelio, semangat ya!""Aku bawain minum nih, jadi kalo butuh samperin aja."Suara mereka membuatku jijik, apa yang mereka sukai dari Adelio?! Menyebalkan iya, sok ganteng apalagi. "Ihh, apa kerennya Adelio itu?" tanyaku nyolot, Gita yang menyadari itu menyenggolku. "Siapa yang nggak tergoda? Harus bersyukur sih yang jadi pacarnya," timpal Gita berbinar, memperhatikan Adelio lay up. "Gue nggak!" hardikku, melipatkan tangan di dada. Ditambah, ciwi-ciwi itu mendekati Adelio, menyerkah keringat di dahinya. Aku merinding, Adelio melirikku tersenyum. "Dikira hebat gitu?!" ketusku. Siapa yang mengira, seorang Adelio ini jadi incaran siswi. Mendingan gue, udah pintar, cantik, baik hati, rajin menabung dan tidak sombong "Kok lo nyolot sih, Ranesya? Bener kata Gita, lo suka Adelio ya?" tuduh Vivian, aku
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 16. Demam Tinggi

Motor itu berhenti di depan kami. "Lepasin dia, sebelum kalian habis di tangan gue." Mataku berbinar, tidak menyangka jika Adelio menolongku. Padahal aku selalu marah kepadanya. Tapi dia masih khawatir kepadaku? Adelio turun dari motor, melepaskan helmnya. "Lepasin sekarang!" hardik Adelio. Wajah tegas, dan sorot mata yang tajam. Aku baru kali ini melihat, perbedaan Adelio. Aku tidak menyangka, Adelio sangat gagah. Langkahnya, cepat menghampiri kami. Tanpa basa-basi, menarik cowok kepala gondrong. "Ini balasan, nggak dengerin kata gue!" Adelio memberi bogeman, mengenai pipinya. Sementara, aku masih dipegang cowok kepala botak. Aku mendengus, tidak bisa lepas darinya. "Jangan sombong dulu, lo bakal tetap jadi mainan kita," bisik cowok kepala botak menakutiku. "Masa sih? Apa kalian yang bakal jadi mainan dia," balasku, menatap Adelio memukuli cowok itu habis-habisan. "Liat deh, temen lo kayak udah mau meninggoy," godaku, tersenyum lebar di tengah hujan deras. Cowok k
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 17. Tukang Cari Masalah

Panasku belum turun, tapi aku paksakan untuk sekolah. Mengingat bahwa waktu sangat berharga. Aku berjalan lesu, menaiki mobilku. Tidak lama, gerbang sekolah terlihat. Seperti biasa, Pak Aldo memberikan senyuman manis kepadaku. Aku memilih duduk ke kantin, karena jam masuk sekolah masih lama. Aku memesan roti isi cokelat, padahal di rumah ada. Menurutku, membeli lebih enak, bisa menghabiskan uang Adelio. "Tumben sendiri aja," ucap seseorang, aku mendongak mendapati temanku, Gita bersama seseorang. "Siapa tuh?" kataku, melirik cowok itu. Penampilan juga oke, dan lebih indah dari cowok itu adalah lesung pipinya. Uhh! Manis banget. Ya Tuhan!"Ohh, dia tuh Kakak gue tau," ungkap Gita, aku terkejut mengetahuinya. Selama ini, Gita tidak pernah bilang memiliki seorang Kakak. Aku tersenyum ramah ke arahnya. "Kenapa lo, nggak pernah bilang?" tanyaku nyolot. Namun, ke arah cowok itu aku tersenyum manis. "Dih, rahasialah. Gue kan emang susah ditebak," sahut Gita, menopang dagunya. Cowok
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 18. Terlalu Obsesi

Kepalaku sudah menyut. Namun, aku memilih osis untuk menghindari, Adelio yang terus mengikutiku. Aku sebenarnya, sudah kesal dengan tingkahnya. Apalagi sekarang, Adelio seakan ingin dekat denganku. Aku menelungkupkan kepala di ruang osis, acara rapat juga sudah selesai. Dan aku bertemu Frans yang babak belur. Aku merasakan sentuhan di rambutku. Aku mendongak, terkejut melihat siapa melakukannya. "Frans? Belum pulang?" Aku tersenyum, menopang daguku menahan sakit kepala. Frans menggeleng, duduk di sampingku. "Kalo lo? Kenapa nggak pulang sekarang?" tanya Frans, duduk berhadapan denganku. Jujur, aku merasakan. Jika Frans terang-terangan ingin memilikiku. Tapi aku bisa apa? Aku tidak punya perasaan untuknya. "Ohh, bentar lagi kok," jawabku cengengesan, mengusap kening berkeringat. "Soal kemarin, gue minta maaf belum bisa nerima. "Akhirnya aku mengungkapkan sebenarnya. Selama ini, aku juga hanya menganggap Frans adalah seorang teman. Frans mengangguk, aku memperhatikan wajah Fra
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 19. Menjahili Adelio

"Halo Vivian?" ucapku, menerima telepon dari sahabatku. "Gue tadi jemput lo di rumah, kok nggak ada kata Mama lo," kata Vivian bingung. Aku terkejut, hingga menganga lebar. "Ohh, gue udah pergi tau!" kekehku, mencari alasan bagus. Daripada ketauan, aku langsung bergegas untuk pergi sekolah. Saat ini juga! Aduh, padahal aku memilih ingin di rumah saja tadi. Tapi karena Vivian ke rumah keluargaku, nanti ketauan dong jika aku sebenarnya sudah menikah. "Tapi lo bilang tadi masih di rumah," sahut Vivian, bingung dengan apa yang terjadi. "Ya tadi kan. Sekarang gue, udah di sekolah!" kilahku, langsung mematikan telepon. Bergegas menekan pedal gas, meninggalkan Adelio. Masih tertidur nyenyak di kamar. Bodo amatlah! Semoga dia telat! Aku begini, karena suka kesal sendiri. Jika melihat wajahnya itu. Untung rumah tidak terlalu jauh dari sekolah, aku langsung menuju ke kelas. Aku menghirup banyak-banyak udara. Karena sudah capek berlari, secepat mungkin. "Vivian! Gue belum sembuh, mana
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 20. Mengintai

"Loh? Kok sepi sih, di mana Adelio?" Aku meneliti sekeliling rumah. Bahkan di garasi, motor Adelio pun tidak ada. Daripada aku memikirkan yang tidak penting, aku membersihkan diri, dan merebahkan tubuhku. Aku memainkan ponsel, terdapat pesan di WhatsApp. Nomor yang tidak di kenal. Aku membukanya, foto Adelio bermain futsal, dan sekaligus lokasi tertuju. Terus? Siapa sih yang ngirim! Apa peduliku, tapi aku melihatnya terlihat asik. Aku langsung bergerak cepat. "Fiks! Gue juga bosen di rumah," ucapku, memakai baju seadanya. Aku menuju garasi. Menaiki mobil, ke arah tempat tujuan. Sekitar 40 menit, perjalanannya cukup lama karena macet juga. Aku turun di parkiran, berjalan cepat ke tempat Adelio bermain. Setelah masuk, aku duduk paling belakang biar tidak ketauan Adelio. Nanti dia percaya diri lagi! Aku kan hanya bosan. "Banyak yang ganteng ya," gumamku, tersenyum mengembang. Tidak terasa, sebuah gol dimasukkan ke gawang. Siapa lagi kalo Adelio melakukannya, aku melirik sekitara
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status