Home / Fiksi Remaja / Suamiku Berandalan Sekolah / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Suamiku Berandalan Sekolah : Chapter 51 - Chapter 60

97 Chapters

Bab 51. Tidak ada yang Mengerti

Dari saat pulang, aku mengurungkan diri. Aku sangat sedih, hasil yang tidak memuaskan itu. Selain itu, banyak orang menghujatku lewat sosmed. Mereka semua mengataiku anak bodoh!Bagaimana besok aku sekolah? Apa aku akan mendapatkan cacian? Padahal juara 2 itu sudah keren, tapi menurutku itu lebih dari kata kurang. Adelio masuk, menatapku yang melamun. "Ranesya? Kenapa masih kepikiran?"Aku menoleh ke sumber suara, Adelio di sana menghampiriku. "Nggak usah dipikirin lagi, itu musibah aja. Lo pasti bisa dapatin lagi kok, lain waktu," kata Adelio, memberi semangat kepadaku. Tidak ada kata-kata aku keluarkan, aku masih dalam suasana hati hancur. Tidak mood melakukan apapun. "Keluar yuk, ada Bunda sama Ayah," ajak Adelio, aku langsung menatapnya. Aku tidak percaya, jika Adelio mengajak Bunda Delyna ke sini, apa dia tau. Kalo aku mengalami kegagalan?Karena tidak enak, aku keluar bertemu dengan mereka. Aku menyalami tangan keduanya. "Mata kamu merah, habis nangis sayang?" tanya Bunda
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 52. Menekan Ego

"Ranesya, lo harus ketemu Mama. Mama lagi sakit," bujuk Jean, aku pura-pura tidak mendengar. Berada di kantin, menjadi pusat perhatian orang-orang. Aku tidak peduli, membiarkan dia memohon. Suara pesan dan telepon dari sang Mama Cahaya terdengar nyaring, aku masih fokus memakan roti isi cokelat. "Gue cuma ngelakuin ini buat Mama, lo nggak kasihan Mama selalu rindu lo?" Jean menarik tanganku, menghentikan sesi makan. Aku menatapnya malas. "Urusannya, dengan gue apa?" "Lo mau jadi durhaka?" kesal Jean. Aku menghela napas panjang. "Nggak usah bawa-bawa itu, lo jangan buat gue marah ya. Ini lagi di kantin, sebelum orang lain tau masalah keluarga kita," peringatku, Jean memperhatikan sekeliling. Sudah banyak dari mereka, menguping pembicaraan kami. Apalagi Gita dan Vivian, mereka masih satu meja denganku. "Ingat, ini semua kesalahan kalian! Lo itu sebagai Kakak seharusnya paham gue, lo cuma mikirin diri sendiri," sesalku, berdiri melepaskan cengkraman Jean. Sement
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 53. Susah di Atur

"Adelio, cepetan!" teriakku, astaga bentar lagi telat ini. Aku mulai terbiasa dengan Adelio. Walau tingkahnya, di luar nurul. Tidak aku sangka, sifat dewasanya membuatku nyaman kepadanya. Diperjalanan ke sekolah, tiba-tiba saja ada yang memberhentikan kami. Seorang anak kecil dengan sebuah bungkus mainan. "Kak, beli ya?" Anak kecil itu, menyodorkan beberapa mainan lucu. Aku sedikit takut, karena anak kecil itu menghadang, untungnya Adelio bisa mengerem. Wajahnya terlihat pucat. Aku tidak tega, jika tidak membelinya. Aku melirik Adelio mengangguk. "Kakak beli dua ya!" ucapku, memberikan uang berwarna merah. Aku tersenyum karena anak kecil itu sangat bahagia, dia pun ingin memberi uang kembalian kepadaku. "Ambil aja, buat Adek," jawabku menolak, seketika dia terlihat bahagia. "Serius buat aku Kak?" tanyanya, aku tersenyum kecil dan mengangguk. Anak kecil itu kegirangan sambil loncat-loncat. Kami pergi dari sana, aku memperhatikan mobil-mobilan kecil dengan bentukan lucu. Aku
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 54. Impian : Ambis

"Bentar, tunggu gue!" teriakku, mengejar Adelio. Kami akan menuju bioskop. Awalnya, aku mengajak kedua sahabatku. Adelio yang tidak terima, marah dan ngambek. Aku menghela napas jika mengingatnya, kali ini dia mengejekku karena lamban. "Kaki lo harus dipanjangin lagi," ledeknya, tertawa kecil, dan banyak orang melihat kami. Aku berdecak kesal. "Lo aja yang ketinggian!" teriakku, mendekatinya berhenti di depanku. Saat sampai di tempatnya, Adelio memesan film romantis. Karena aku sudah memberitahu, tidak ingin menonton film horor. Di dalam juga, aku memakan popcorn yang dibeli sebelumnya. Aku mulai menonton, merasa bahagia. Uhh, apalagi adegan mereka saling berantem, satu sama lain. Mengingatku pertama kali bertemu Adelio. "Kek kita," bisik Adelio di telinga, aku tersenyum samar. Arghh! Apaan sih dia, kan aku jadi salah tingkah sendiri. Aku tidak menyangka, jika sekarang saling menyukai. "Gue tau," balasku, menatapnya lembut. Adelio terkekeh, mengusap kepalaku. Aslinya, dulu
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 55. Pamer Hubungan

Pagi harinya, suasana yang cerah. Aku ingin berangkat, ditahan oleh Adelio. Mengajakku untuk sarapan dahulu. Aku sangat tidak menyangka, jika Adelio sempat memasakan makanan untukku. Inipun ada 2 bekal, dia begitu perhatian denganku. Nasi goreng dengan susu, perpaduan luar biasa enaknya. "Nih, lo makan yang banyak ya!" pinta Adelio, memberikan beberapa sendok nasi goreng ke piringku. Aku mengangguk semangat. "Makasih! Lo juga ya?" balasku, Adelio terpaku dengan perkataanku. Apa yang salah? Tidak apa bukan, jika aku perhatian dengannya? Adelio seperti, kehilangan akal senyum sendiri. "Adelio, lo kenapa? Gapapakan?" Aku panik memegang dahinya, please dia belum sadar. Aku jadinya sedikit ketakutan, nanti dia kesurupan bagaimana? Aku menabok pipinya, biar sadar. Aku berdiri mendekatinya. "Adelio!" pekikku, tepat di telinganya. Akhirnya, Adelio baru sadar. Menoleh ke arahku yang sedang menatap kesal Adelio. "Lo kenapa sih?" Aku menepuk pipinya, Adelio tersenyum lebar. Tidak aku
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 56. Salah Paham

"Aku minta maaf, kalo aku sering bandel. Nggak bisa dengerin omongan, aku juga ingin berubah untuk kalian. Aku tau umur segini, seharusnya aku belajar tapi—" jeda Adelio melirikku. Dengan tatapan saling beradu, aku mengangguk membuatnya. Dia mengungkapkan semuanya. Aku yakin Adelio, pasti bisa!"Aku bandel, suka tawuran dan buat kalian pusing. Aku bakal belajar lebih giat lagi, biar Ayah bangga dengan aku. Terutama Mama, makasih sudah melahirkan aku di keluarga ini," papar Adelio, menunduk dalam. Bunda Delyna, mengusap pipinya basah. Pasti bangga, mempunyai anak seperti Adelio. "Sayang, kamu serius? Siapa yang buat kamu, mengubah pikiran kamu begini?" Bunda Delyna mendekat, memeluk Adelio penuh kasih sayang. Ayah Liam, tersenyum kecil meminum air mineralnya. "Ranesya, dia selalu ngasih tau aku yang baik. Karena nggak selamanya aku seperti ini, aku pasti akan memimpin tanggung jawab besar di perusahaan," ungkap Adelio, kedua orang tuanya langsung tersenyum lebar. "Sayang, makasih
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 57. Bully dan Hinaan

Aku sudah di depan pintu Adelio, mengetuk berkali-kali. Sungguh, aku tidak melakukan perbuatan seperti itu. Aku menghela napas panjang, terasa lelah begitu lama menunggu. Pintu terbuka, tapi Adelio menggeserku. Tanpa bicara apa-apa, dia pergi tanpa mendengar panggilanku. "Adelio!" Kejarku, Adelio tidak menoleh sama sekali. Menaiki motornya, ingin pergi. Aku dengan secepat mungkin memberhentikannya. Adelio menoleh ke belakang. "Lepas! Gue mau ke sekolah," kesal Adelio, menatap datar diriku. "Gue mau jelasin, itu beneran bukan gue Adelio," kataku, sepertinya Adelio tidak peduli kejujuranku. Dia hanya percaya foto yang dia liat di hp, aku sangat prustasi dengan tingkahnya itu. "Gue bilang lepas! Jangan pegang motor gue." Adelio melirik tajam ke diriku, aku merasa Adelio marah. Langsung melepaskan motornya Adelio langsung meluncur pergi, meninggalkan aku sendiri membeku. Dengan langkah lunglai, menaiki mobil di garasi. Aku pergi ke sekolah dengan perasaan campur aduk. Saat samp
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 58. Kasih Percuma

"Stop! Kalian nggak boleh bully Ranesya!" teriak Jean, menghampiri dan melindungiku. Aku tidak habis pikir, walau semua orang berkata aku hina. Jean membelaku. "Gue emang kecewa sama lo, tapi lo tetap Adek gue," kata Jean, aku terpaku padanya. Jean menghadang untuk Trisya dan Tasya tidak melakukan hal lebih. Aku terdiam menahan tangis. "Lo masih lindungi dia? Ingat Jean, dia cewek murahan. Bisa-bisanya pelukan sama orang, apa dia suka sama Om?" tuduh Trisya, mereka semua tertawa. Tasya mengangguk, menatapku dari bawah ke atas. "Apa dia pintar karena duit Om-om?" Tasya makin menghinaku, Jean mendengar itu mengepalkan tangan tidak terima. "Dengerin gue, lo berdua lebih hina dari Adek gue! Lo manusia licik dengan mulut jelek lo itu," ejek Jean, keduanya menggeram marah. Aku ditarik Jean, menjauh dari kantin. Aku hanya mengikuti langkahnya. Sampai taman belakang, aku menunduk dalam karena merasa tidak pantas dengan semua ini. Jean mengangkat daguku. "Kalo lo emang nggak salah, b
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 59. Terkuak

Malam harinya, aku duduk di kamar sendiri. Memikirkan, apa Bastian akan menemukan buktinya?Huh! Aku merasa lelah dengan semuanya, aku keluar kamar tidak ada Adelio. Karena terasa panas, aku ke teras. "Adelio?" gumamku, kali ini dia merokok dengan asap mengepul. Seolah menyadari diriku, dia menoleh, tatapan sangat dingin. Aku sangat sedih, dia berbeda dari biasanya. "Lo ngapain ke sini?!" hardik Adelio, berdiri, dan memilih untuk masuk. Aku menahan tangannya. "Gue mau jelasin, itu cuma editan Adelio.""Nggak usah banyak alasan, gue tau lo semurah itu," hina Adelio, aku mendengar ucapannya, langsung melepaskan cengkraman tangan Adelio. "Sehina itu gue di mata lo sekarang Adelio?" kataku, duduk sendiri menatap malam yang gelap. Siapa sih yang ingin menghancurkan, reputasiku seperti ini? Jelas-jelas, aku tidak pernah bermasalah dengan orang. Kecuali, jika mereka mengangguku terlebih dahulu. Aku sangat lesu, tidak ada semangat lagi. "Semoga gue bisa kuat, hadapi semua ini," kataku
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 60. Dituduh Selingkuh

"Lah, serius sekarang?"Aku membaca pesan dari Bastian, jika nanti dia akan menjemputku. Bukan itu masalahnya, kami baru pulang sekolah. Tapi Bastian ingin langsung ke rumah. Duh, aku harus kasih alamat sedikit jauh dari rumah kami. "Cepat Ranesya! Sebelum dia lebih dulu di sana." Aku tergesa-gesa keluar rumah. Tanpa memedulikan ada Adelio, atau tidak di rumah. Aku berjalan kaki, hanya beda beberapa jarak. Masih dekat rumah kami, Bastian berhenti membawa mobilnya. "Naik sekarang," kata Bastian, melirikku sampai ke bawah."Iya," jawabku mengangguk, merasakan deg-degan. Apa yang sebenarnya Bastian lakukan. Mengajakku bersamanya, apa dia ingin menunjukkan sesuatu?"Mau kemana?" Aku bertanya, Bastian melirik sekilas. "Nanti lo bakal tau," balasnya, membawa mobil tersebut ke kawasan kumuh. Kenapa harus ke sini? Aku menatapnya lama, Bastian mengangguk saja. Kode apaan itu?! Aku tidak pahamlah, aku mengikutinya dari belakang. Bastian menuju satu rumah, dia masuk secara diam-diam. A
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status