Home / Young Adult / Suamiku Berandalan Sekolah / Bab 21. Terulang Kembali

Share

Bab 21. Terulang Kembali

last update Last Updated: 2024-11-21 07:46:30
Aku merasakan kehangatan. Tidak seperti biasanya, aku membalas pelukan erat tubuh? Eh tubuh?

Mataku langsung membelalak. Dalam keadaan intim, mengingat ketiduran saat menonton film horor.

Aku menggigit bibir bawah, pelan-pelan melepaskan pelukan Adelio. Bukan terlepas, Adelio makin mengeratkan-nya.

"Gimana ini?" gumamku, mulai ketar-ketir. Sekuat tenaga, aku menabok wajahnya.

"Bangun nggak lo?!" Selain menabok, aku juga mendorong tubuh Adelio menjauh.

Adelio terasa terganggu, membuka matanya perlahan. "Berisik lo! Tinggal tidur aja kok ribet," protes Adelio, kembali tidur.

Aku melotot marah. "Lepasin gue!" pekikku, cemberut memukuli tangannya.

Tidak lama kemudian, Adelio melepaskan pelukan. Aku langsung berdiri, berkacak pinggang.

"Awas lo, ya! Najis banget tidur berdua sama lo," kataku pergi ke kamar.

Mau siap-siap ke sekolah. Sekitar 35 menit, aku keluar dari kamar memakai baju sekolah.

Jepitan rambut kupu-kupu di kepalaku menambah kecantikanku. Aku berj
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 22. Si Brengsek

    "Mau bicarain apa di ruang osis?" Aku bertanya, ke Frans yang fokus ke jalan. Frans menoleh, dengan senyum mengembang. "Nanti lo juga bakal tau," jawab Frans, sedikit aneh. Biasanya Frans akan menjawab pertanyaanku, secara langsung. Sekarang, seperti ada disembunyikan?Mungkin, perasaanku aja. Di sana memang tempat anak osis berkumpul, ada ruangan khusus dibuat untuk kami. Aku masuk terlebih dahulu diikuti Frans. Namun, ruangan itu terlihat sepi. Tidak ada kehidupan, aku melirik Frans. "Lo, nggak bohongi gue kan?" Wajahku berubah merah, menatap lekat Frans. Bukan merasa bersalah, Frans tersenyum. "Kalo iya, kenapa? Lo serius nolak gue waktu itu?" ucap Frans, mempertanyakan keputusanku. "Seriuslah, nggak budekkan telinga lo?" Aku bertanya kembali kepadanya. Frans mencengkram tanganku, mendorong tubuhku ke dinding. "Berani-beraninya lo nolak gue," murka Frans, menampar wajahku. Sementara, aku merasa tidak percaya yang aku rasakan sekarang. Jantungku berdetak lebih cepat dari seb

    Last Updated : 2024-11-21
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 23. Balap Liar 2

    Di dalam mobil aku masih terdiam, di mana Adelio menjadi supirnya. Motor yang di bawanya pagi tadi, ditinggalkannya begitu saja di sekolah. Kami sudah pulang sekolah beberapa menit lalu. Yang aku pikirkan sekarang, Adelio mau membawaku kemana? Sementara, jalan ke arah rumah bukan lewat sini. Cukup jauh sekitar 2 jam. Aku sampai bosan di dalam mobil. Aku melihat ke arah Adelio yang mengangguk. Sebuah taman yang sangat indah, aku turun dari mobil. "Bagus banget," pujiku, masih memakai baju sekolah. Adelio tersenyum samar dibelakang, aku berlari memasuki lebih dalam. Tidak terlalu ramai, menenangkan hatiku saat ini. "Liat deh, ada kolam ikan," seruku mendekat, memotretnya dengan heboh. Selain itu, aku juga duduk menatap langit cerah. Aku tidak sengaja memperhatikan Adelio. Karena kurang fokus, aku memotret Adelio. Gayanya lumayan oke, dan aku kaget. "Apaan sih, kenapa gue foto dia?" gumamku, ingin menghapus. Tapi, langsung ditarik oleh Adelio. Sejak kapan, dia ada di depanku? B

    Last Updated : 2024-11-21
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 24. Taruhan

    "Lo kenapa?" panik Adelio, menoleh ke belakang. Aku terbelalak karena diperhatikan. Intens oleh teman Adelio, aduh malunya aku. Kenapa mulut ini tidak bisa ngerem sih?"Nggak kok," balasku, menggeser posisi mendekati Adelio. Ada beberapa orang akan bermain, dua teman Adelio salah satunya. Aku melirik Adelio, terlihat fokus menyemangati mereka. "Lo pasti bisa bro!" seru Adelio, menepuk kedua teman yang tak lain Angga, dan Pasya. Aku sekarang di samping Adelio. Melirik temannya Pasya, sementara Angga sedang berbicara dengan Adelio. "Kakak Pasya semangat!" kataku, tersenyum amat manis. Pasya mendengar, dukunganku langsung tersenyum lebar. "Makasih banyak, doain gue menang ya!" "Pasti Kak!" tuturku, Pasya tiba-tiba saja mengelus kepalaku. Adelio melihat itu, menarik tangan Pasya. "Astaga, posesif sekali kawan," kekeh Pasya, menggoda Adelio. "Bacot, sono tanding jangan godain anak orang," usir Adelio, aku menggeleng saja dengan tingkah mereka. Adelio mendekatiku, aku dan Adelio

    Last Updated : 2024-11-22
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 25. Hukuman Kalah Taruhan

    Matahari masuk dari sela-sela jendela, aku mengusap mataku. Aku melirik jam di nakas, oke otw sekolah!Aku melakukan aktivitas seperti biasa, sekarang turun untuk sarapan. Adeli, berada di sana terlebih dahulu, aku ikut duduk. Kami saling diam satu sama lain, Adelio melirikku. "Gimana keadaan lo?" tanya Adelio, memasukkan roti ke dalam mulutnya. Aku mendongak, mengoleskan selai ke roti. "Lumayan," jawabku, seadanya tidak ada obrolan lagi. Sementara, Adelio menuangkan susu diberikan kepadaku. Aku begitu kaget."Buat lo, gue lagi baik hati." Adelio tersenyum hangat. Please, aku sedang mimpi bukan? Dia tersenyum? Pasti Adelio ada maunya, seperti itu!"Makan yang banyak Ranesya. Soal tantangan itu, nggak usah aja ya?" ucap Adelio puppy eyes. Seketika aku menyadari, bahwa Adelio melakukan ini. Hanya ingin menghindari tantangan, aku hanya manggut-manggut. Kali ini aku tersenyum lebar. "Gimana ya?" kataku, menopang daguku Adelio sekarangpun, mengoleskan selai ke roti, dan diberika

    Last Updated : 2024-11-22
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 26. Quality Time

    "Awas lo," ucap Adelio dari kejauhan Aku menjulurkan lidah mengejeknya. Ada hal lebih gila, di mana banyak yang merekam adegan Adelio menari. Jika dipikirkan, apakah akan viral? Apalagi Adelio ganteng, behh aku menyakini dia akan diejek. Haha, aku paling bahagia saat ini. Masih fokus ke lapangan, suara telepon terdengar. Aku mengambil hp Adelio di saku baju. Dia sempat menitipkan kepadaku, aku tidak menyangka. Jika Pasya yang menelponnya. "Halo, lo viral wey. Ngapain lo pakai rok?" tanya Pasya heboh, diiringi tawa meledek. Aku tersenyum lebar. "Halo Kak?" balasku, memperhatikan Adelio yang saat ini juga melihatku. "Eh? Lo ceweknya Adelio kan?" sahut Pasya, terkaget mengetahui aku yang mengangkatnya. "Panggil aja Ranesya Kak," timpalku, memutarkan tubuh. Biar Adelio tidak bisa melihatku, menelpon dengan siapa. "Ohh, kok bisa viral Adelio?" Pasya bertanya, di sisa ketawanya. "Panjanglah cerita— " sebelum aku menyelesaikan perkataanku. Hp-nya sudah direbut, aku ingin marah. Na

    Last Updated : 2024-11-23
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 27. Tawuran

    Hal memuakkan, ketika ke Time zone aku memilih bermain game dance. Inginnya sendiri, tapi tiba-tiba saja. Ghifari ikut main, aku kesal dan marah. Hanya karena ada Gita, aku tetap tertawa terpaksa. Setidaknya, aku menjaga hati sahabatku. Moodku lebih hancur. Ghifari saat ini mengambil makananku dalam piring. Gita meneguk ludah, dia tau soal ini. Aku paling tidak suka, diganggu saat makan. "Kak, balikin lagi," pinta Gita, melirikku sudah muram. "Gue icip doang, gapapakan?" Ghifari menoleh tersenyum manis. Aku mengangguk, tidak bersuara sama sekali. Aku mengaduk-aduk makanan itu dengan emosi. "Gue ke toilet dulu," pamitku, menaruh sendok dengan kesal. Vivian menatap Gita mengangguk, aku juga tidak tau. Apa yang mereka pikirkan. "Gimana, kalo gue temenin?" tawar Vivian, mau berdiri. Namun, aku menggeleng untuk tidak usah mengikuti. "Gue bentar doang kok," kataku, pergi meninggalkan mereka. Sampai di toilet, aku mengomel sepanjang harapan orang tua. "Padahal gue nggak ngajak, t

    Last Updated : 2024-11-23
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 28. Incaran

    "Siapa lo yang berani-beraninya, memerintahi gue?" tanya seorang cowok, ketua geng SMA Garuda. Aku membaca Nametag-nya. "Ghazi Andhara, bagus juga nama lo. Tapi nggak dengan tingkah lo," sahutku, menghadap Ghazi. Ghazi mendorong bahuku, aku mundur. Sangat memuaskan bisa bikin dia marah, aku tersenyum lebar. Karena mengetahui, Ghazi orang yang kasar. "Nggak usah berkomentar, nggak penting pendapat lo," ketus Ghazi, kali ini Adelio mengepalkan tangan. Adelio mendorong Ghazi. "Cemen lo, beraninya ngelawan cewek," sindir Adelio, membuat Ghazi marah. "Urusan lo apa? Gue nggak peduli kalo dia cewek," sentak Ghazi, mendongakkan kepala songong. Aku yang disamping mereka, memutarkan mata malas. Bahkan, Adelio langsung membogem pipi Ghazi."Mental kelonan Mama, mau ngelawan gue?" Adelio memberikan senyuman miring, dia mendekati Ghazi. "Belajar dulu menghormati cewek, baru lo lawan gue," lanjut Adelio, menepuk pipi Ghazi. Sementara, Ghazi menepis tangan Adelio. Dia tidak terima diejek se

    Last Updated : 2024-11-24
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 29. Instruksi Senam

    Aku sudah mempersiapkan diriku, jadwal hari ini adalah senam bersama. Hari jum'at berkah, semoga hariku menyenangkan. Aku mencuci tanganku di wastafel, setelah selesai aku duduk di ruang makan. Sarapan pagi kali ini, nasgor masakanku sendiri! Karena aku baik hati. Jadi, aku membuatkan satunya untuk Adelio. Aku sudah menyuapkan nasgor ke mulutku, Adelio duduk melirikku. "Wah, nasi goreng," takjub Adelio, aku diam-diam tersenyum. Diapun memakannya dalam diam, apa masakanku tidak enak? Kok diam tidak berkomentar?Sampai selesai dia menungguku. "Mau bareng nggak, pergi sekolahnya?" ajak Adelio, aku mendongak kaget. Aku taruh sendok, mengusap bibirku dengan tisu. "Lo masih sehatkan?" tanyaku, menatap wajahnya. Saat ini dia meminum air putih. Adelio menggeleng. "Emang salah? Gue ngajak doang sih," ucap Adelio, berdiri mengambil tasnya. "Kalo lo. Nggak mau juga yang penting, nawarin doang," lanjutnya, pergi meninggalkanku. Tidak tau mengapa, aku merasa Adelio benar-benar aneh. Mis

    Last Updated : 2024-11-24

Latest chapter

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 164. Keberadaan Zara dan Gracia

    Di pagi hari, berbeda dari biasanya. Saat aku terbangun, Adelio sudah berada di depanku. Siapa sangka, aku melotot tidak percaya. Bahkan, Adelio mengelus puncak kepalaku. "Lo udah bangun?" tanya Adelio mengecup keningku penuh perhatian. Aku yang masih tidak menyangka hanya bisa berkedip-kedip, yaa aku kan masih terkejut. Dengan tubuhku mundur membuat Adelio terlihat bingung. "Kenapa?" Aku menggeleng cepat, berusaha berdiri dan melirik sekitaran. Asli, aku sangat malu. "Nggak kok," jawabku sedikit gugup. "Seriusan? Kenapa wajah lo langsung tegang gitu," sahut Adelio terkekeh pelan. Yah, siapa coba tidak kaget dengan tingkahnya. Kan aku sangat terkejut, dahal dia sangat jarang begini kepadaku. Paling sesuatu hal penting, atau pergi suatu tempat dia akan menghampiriku terlebih dahulu. "Eh, nggak kok cuma tadi," balasku bingung mengigit bibir bawah. Aku mendorong tubuh Adelio. "Sana gih, lo pesen aja makanan gue laper soalnya," kataku mengalihkan pembicaraan. "Lo laper? Bentar

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 163. Bermain di Pantai

    Sore yang cerah, cocok banget jalan-jalan di pantai. Aku dengan tergesa-gesa menarik tangan Adelio untuk cepat. "Ayolah, lo jangan lama sih!" kesalku mendengus. Adelio menggeleng kepala, saat aku menoleh. Apa dia ikutan kesal denganku? Kan aku hanya tidak ingin ketinggalan ke pantai. "Pelan-pelan aja, pantainya gak berjalan itu," peringat Adelio menahan tawa. Idih, dikira lucu gitu? Aku melepaskan tangan Adelio, bersedekap dada di depannya. Bibir yang merucut kedepan seperti bebek. "Lo kok ketawa? Nggak ada yang lucu tau," hardikku menghentakkan kaki. "Dahlah, nggak jadi aja."Aku berusaha memutarkan badan untuk balik ke kamar, namun tanganku ditahan olehnya. "Mau kemana?" tanya Adelio menatapku lekat. "Gue mau ke kamar aja, lo ngeselin soalnya," kataku mengalihkan pandangan ke tempat lain. Terdengar suara kekehannya. "Gue bercanda doang, ayo kita pergi," ajak Adelio menarikku untuk ke pantai. Tidak menolak, aku hanya mengikuti langkah kakinya turun dari lift. Aku tidak ada

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 162. Liburan ke Bali

    Selama 1 bulan, kami dikasih libur sekolah. Adelio berencana mengajak diriku ke Bali. Sungguh aku sangat senang! Siapa sih yang tidak mau kesana? Sekarang kami bersiap-siap untuk ke bandara. "Gimana, semuanya nggak ketinggalankan?" tanya Adelio melirikku memegang koper. Aku mengangguk semangat, menggandeng tangannya. "Ayok, skuy!" seruku membuat Adelio terkekeh. Kali ini kami di antar oleh supir milik keluarga Andres, karena mengetahui tidak mungkin membawanya sendiri. Saat sampai, kedua orang tua kami sudah berada di bandara. Pasti ingin memberikan salam perpisahan untuk sebulan ini. "Kalian hati-hati ya," kata Bunda Delyna memelukku dan Adelio. Sementara Mama Cahaya menangis, aku merasa geli seolah ditinggal selamanya saja. Tapi aku tahan karena menyadari, jika aku tidak menghargai kesedihan Mamaku. "Ihh, kenapa Mama nangis?" Aku memeluk Mama Cahaya, dan mengelus punggungnya. Setelah memeluk Bunda Delyna, aku beralih ke Mama Cahaya yang kini menangkup pipiku. "Jangan band

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 161. Peringkat Juara

    Waktu cepat berlalu, di mana aku sudah melewati ulangan ganjil. Kali ini aku berada di depan kantor untuk pengumuman raport. Banyak guru maupun orang tua berkumpul, ini saat menegangkan. Sampai pengumuman siapa yang juara di kelasku. "Seperti biasa, juara 1 didapatkan oleh Ranesya Adipurna," ucap wali kelasku. Urutan tiga maupun dua, sudah disebutkan. Aku tersenyum lebar karena mengetahui pasti aku mendapatkan peringkat pertama. "Lo pasti bisa!" kataku tanpa suara ke arah Adelio, memperhatikanku terlihat bangga. Arghh, aku sangat senang sekali. Setiap kelas memang disebut sampailah di kelas Adelio. "Untuk Bapak Ibu-ibu, ini murid yang bandel astaghfirullah. Dia juga sering banget bolos, hanya semester ini lumayan memberikan hasil memuaskan karena jarang bolos!" jelas wali kelas dengan senyum mengembang. "Semoga kalian nggak kaget, juara ke 3 diberikan kepada Adelio Andres," kata wali kelas bertepuk tangan. Adelio menganga lebar, namun didorong teman sekelasnya.

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 160. Perebutan Cinta

    "Nanti lo nangis darah, kalo gue bisa dapatin Ranesya," ledek Rayyen terkekeh kecil. Sebelah alisku terangkat, percaya diri sekali dirinya. Apa orang gila ini, terlalu pede bisa mendapatkan sesuatu yang dia mau?"Maaf Rayyen, gue tetap sayang Adelio," sahutku membuat keduanya menoleh. "Lo hanya orang baru dalam hidup gue, sementara Adelio udah gue kenal sejak kecil cuma waktu itu berpisah aja," jelasku membuat Adelio tersenyum puas. Sebaliknya, Rayyen begitu muram karena mengetahui pernyataan yang aku berikan. Siapa yang senang, penolakan begitu jelas. Bahkan, ini di depan banyak orang. "Gue nggak akan biarin itu terjadi, selama gue masih hidup lo harus jadi milik gue Ranesya!" kata Rayyen berdiri menatapku begitu lekat. Tidak merespon, aku hanya diam karena malas untuk menyahuti perkataan Rayyen itu. "Dan gue yang akan buat lo kehilangan segalanya," timpal Adelio ikut berdiri. Tanpa segan menarik kerah Rayyen, mereka saling bertatapan begitu tajam. "Silakan! Gue akan ambil R

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 159. Hanya Milikku

    Aku menatap kaget mendengar lontaran Adelio itu, aku menunduk karena kelopak mataku terasa mengeluarkan buliran bening yang jatuh. Tiba-tiba saja seseorang memeluk, aku mendongak menatap tidak percaya. "Bercanda sayang, aku percaya sama kamu," kata Adelio dengan kekehan kecilnya. Aku mengusap hidung yang basah, aku mendorong dada Adelio. "Nggak usah ngeselin deh! Gue nangis ini," omelku dengan tangisan makin keras. Adelio yang ketar-ketir mendekat, mengusap pipiku yang basah. Apa dia merasa bersalah? Sehingga mendekatiku, dih ngeselin banget sumpah. "Eh, jangan nangis dong. Aku cuma bercanda doang," kata Adelio menarikku dalam pelukannya. "Tapi bercanda lo, nggak lucu tau!" kesalku memukul dada Adelio. Lebih mengesalkan di mana Adelio terkekeh pelan, apa lucunya sih? Aku di sini dituduh loh, malah dia ikut-ikutan buat aku nangis begini. "Ngapain juga lo ketawa?" tanyaku melepaskan diri dari pelukannya. "Lo aja kalo nangis makin menggemaskan," balas Adelio mencubit pipiku. A

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 158. Siapa cowok itu

    Saat pertanyaan Vivian terlontar, aku meneguk ludah. Untungnya aku bisa menjawab semua dengan enteng. Setelah menghadapi masalah besar, mereka berdua akhirnya pulang di jam 7 malam."Gue nggak sanggup asli," keluhku ke Adelio yang duduk di ruang santai. Adelio terkekeh mengelus puncak kepalaku. "Lo pasti ketar-ketir ye kan.""Pake nanya lagi, gue beneran takut tadi," kesalku menabok lengan Adelio. Bayangkan pertanyaan Vivian itu sangat mematikan belum lagi waktu di kamar, ada satu foto ketinggalan di meja belajar. Untungnya aku bisa menyembunyikan tepat waktu, aduh ini Tuhan lagi baik sama aku sih. "Asal mereka nggak taukan? Kita bisa berhasil," seru Adelio tersenyum manis. Alah, itu juga karena aku banyak alasan. Coba Adelio ikut kasih alasan? Mungkin sudah ketauan karena jawaban kami pasti berbeda. "Iya serah lo aja deh," balasku malas. "Ehem, lagi ngapain nih peluk-peluk," sindir seseorang dengan suara nge-bas. Aku yang menyadari orang tersebut cepat bertegak, menoleh kebe

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 157. Menyembunyikan Suatu Hal

    Aku tertawa mengingat kejadian pulang sekolah, sekarang aku berada di rumah memainkan ponsel. Cuma sedikit kaget di mana dalam grup, jika Gita dan Vivian ingin berkunjung ke rumah. Asli ya, aku langsung deg-degan karena mereka sudah berada di rumah orang tuaku. "Adelio, cepetan!" teriakku menggedor pintu kamar. Pintu tersebut buka, terlihat Adelio mengusap mata sepertinya baru bangun tidur. Aku tanpa berkata, menarik tangannya. Adelio terkaget-kaget dari rautnya, ingin tertawa tapi situasi sekarang lagi tidak bagus. "Kenapa lo?" tanya Adelio menarik tanganku sesaat. "Jangan banyak tanya deh, gue gini juga mau cepat ke rumah orang tua gue. Ada Gita sama Vivian di sana," ungkapku membuat Adelio sebaliknya menarikku. Eh, kok malah aku yang ditarik-tarik. Sepertinya Adelio menyadari ketar-ketir diriku. "Ayok, cuss kita harus cepat ke rumah Papa Mama," seru Adelio mendorongku ke dalam mobil. Kasar banget sih, dasar emang ya. Apa karena ingin cepat sehingga begini jadinya. Adelio

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 156. Masalah Beruntun

    "Maksudnya apa Om?" tanya Adelio menarikku kebelakang. Senyum miring tertampil di bibirnya. "Kamukan sudah melukai Zara? Sekarang dia berada di rumah sakit," tuduh Om tua sambil mengepalkan tangan. Eh, sejak kapan please. Aku saja selalu bersama Adelio, kapan melukai Zara murahan itu? Sampai orang tua ini menuduh Adelio. "Astaga Om, aku mana pernah melukai dia. Nggak pengen soalnya, kan aku udah ada ini," kata Adelio menoleh ke arahku sebentar. Aku tersenyum kecil, saat Adelio memberitahu kalo aku adalah pacarnya. "Alasan aja kamu! Apa saya laporkan aja kamu ke kepala sekolah," kata Om tua mendekat menarik kerah Adelio. Hal gilanya, Om tua itu mengangkat dengan mudah tubuh Adelio. Aku menganga tidak percaya, setua ini tenaganya masih oke. "Jangan sembarangan ya, aku juga nggak akan ngelakuin itu karena Zara bukan siapa-siapa," papar Adelio masih berusaha sabar. Aku menggeleng, ya untuk apa bertengkar dengan orang tua? Dia tidak akan mendengarkan. Daripada mak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status