Semua Bab Godaan Hasrat Pria Misterius: Bab 131 - Bab 140

190 Bab

Bab 131 – Slowly Play?

Keheningan menyelimuti ruangan di mana Camelia dan Dominic tengah menikmati minuman mereka bersama dengan Martin, Naomi, dan Ethan. Sedari tadi Camelia tak banyak bicara. Camelia masih merasa canggung pada ibu tiri dan adik tirinya itu. Wajar saja, karena ini adalah pertemuan pertama Camelia dengan ibu tiri dan adik tirinya. “Camelia, kau cantik sekali. Kau mirip dengan mendiang ibumu,” ucap Naomi penuh dengan kelembutan pada Camelia. Camelia tersenyum. “Terima kasih. Kau juga sangat cantik.” Camelia balas memuji Naomi. Gadis itu bingung, bagaimana memanggil Naomi. Harusnya Camelia memanggil Naomi dengan sebutan ‘Mommy’, karena bagaimana pun Naomi adalah ibu tirinya. Akan tetapi, Camelia masih merasa canggung. Naomi mengalihkan pandangannya pada Ethan. “Ethan, berikan salam pada Kak Dominic dan Kak Camelia. Waktu itu kau bilang ingin sekali bertemu dengan kakak perempuanmu, Kan? Sekarang kakak perempuanmu ada di depanmu.” Ethan menatap Dominic, menunduk sopan pada Dominic. Detik d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 132 – Family Gathering

Tubuh Camelia terasa pegal luar biasa. Dan ketika gadis itu baru saja membuka mata, yang pertama Camelia rasakan adalah tubuhnya terasa remuk. Jarang berolah raga membuat Camelia setiap kali diserang Dominic akan selalu mudah kelelahan. Camelia memijat tengkuk leher belakangnya, demi mengobati sedikit rasa pegal di tubuhnya. Perlahan, tatapan Camelia menatap ke jam dinding—waktu menunjukan pukul 10 pagi. Camelia langsung mengembuskan napas kasar. Jika saja, dirinya sudah masuk kuliah, maka hobby Camelia adalah dimarahi dosen, karena selalu datang terlambat. “Kau sudah bangun?” Dominic melangkah masuk ke dalam kamar, menatap Camelia yang tengah duduk di ranjang. Dominic mendekat, dan memberikan segelas susu cokelat yang ada di tangannya pada Camelia. Pun Camelia mengambil gelas itu, dan meminumnya perlahan. “Kenapa kau tidak membangunkanku, Dominic? Ini sudah jam 10 pagi.” Camelia bertanya kala sudah menegak habis susu cokelat dari Dominic. Gadis itu meletakan gelas kosong ke atas m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 133 – Painful Reality

Camelia memainkan kukunya secara pelan kala William telah pergi bersama dengan ayahnya. Raut wajah gadis itu menunjukan jelas sedikit kecemasan dan tersirat penuh khawatir. Akan tetapi, Camelia tetap berusaha untuk tenang. Memang, ada rasa takut dalam diri Camelia, namun Dominic segera menyentuh tangannya. Dominic seakan menyalurkan aura positive pada Camelia. Dominic memberikan tatapan hangat, dan senyuman pada Camelia. Ya, tindakan Dominic memang berhasil membuat Camelia jauh lebih baik. Detik di mana Dominic memberikan senyuman, Camelia langsung menyambut senyuman Dominic. Camelia beruntung, karena memiliki Dominic di sisinya. “Camelia, biarkan Daddy-mu bicara dengan Daddy William. Mereka antar laki-laki pasti memiliki pembahasan yang sangat penting, demi menyangkut kebaikanmu dan Dominic di masa depan nanti.” Marsha berucap dengan nada lembut, dan tatapan kasih sayang seorang ibu pada Camelia. Marsha ingin sekali ikut berbicara dengan Martin, tapi Marsha mengurungkan niatnya. M
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 134 – Painful Reality II 

“Camelia tunggu.” Martin berhasil menahan lengan Camelia. Pria paruh baya itu kini berdiri di depan Camelia, menatap mata Camelia yang memerah akibat tangisnya. Sungguh, hati Martin sesak melihat Camelia menangis. Camelia terisak, menatap Martin dengan tatapan pilu. “A-apa benar yang aku dengar, Dad? A-apa benar kau pernah hampir membunuh anak perempuan Daddy William?” tanyanya lirih. Ya, semua percakapan Martin dan William telah Camelia dengar. Camelia tak pernah mengira mendengar percakapan itu. Hati Camelia tercabik. Semua percakapan antara ayahnya dan calon ayah mertuanya sangatlah jelas. Martin terdiam dengan wajah muram, dan pancaran mata penuh rasa bersalah. Martin menyadari bahwa dirinya harus segera memberitahu Camelia segalanya. Termasuk tentang masa lalunya. “Aku akan bercerita padamu, tapi aku mohon kau dengarkan penjelasanku dulu, Camelia,” ujar Martin seraya menatap dalam mata Camelia. Tatapan yang tersirat penuh permohonan pada putrinya itu. Camelia terisak pelan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 135 – Choose to Leave 

Sejak kejadian tadi pagi, Camelia lebih banyak diam, tak mengatakan sepatah kata pun. Bahkan di kala keluarga Dominic dan keluarganya sudah berpamitan pulang, tetap saja Camelia diam. Kecerian di wajah Camelia telah sirna tergantikan dengan kemuraman. Sempat banyak yang bertanya akan perubahan di raut wajah Camelia, namun Camelia hanya beralasan kurang enak badan. Tentu banyak yang memercayai Camelia, karena gadis itu baru saja tiba di New York. Waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Camelia masih duduk di ranjang, dan belum sama sekali menutup mata. Nampaknya gadis itu sama sekali tak bisa tidur. Padahal sekitar tiga puluh menit lalu, di kala Dominic berpamitan ingin ke ruang kerjanya, Dominic berpesan pada Camelia untuk tidur lebih dulu. Tatapan Camelia menatap lurus ke depan, dengan raut wajah yang membendung kemuraman. Benak gadis itu memikirkan tentang semua perkataan ayahnya. Kenyataan pilu yang harus Camelia terima dalam hidupnya sangatlah menyesakan. Sungguh, Camelia tak pern
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 136 – Choose to Leave II 

Pelupuk mata Dominic bergerak-gerak di kala pria itu hendak membuka mata. Perlahan Dominic menyeka matanya menggunakan punggung tangannya. Dan saat mata Dominic sudah terbuka, tatapan pria itu langsung menoleh ke samping, ke tempat Camelia. Namun seketika kening Dominic mengerut kala melihat di sampingnya kosong. Dominic segera melihat ke jam dinding—waktu menunjukan pukul enam pagi. Biasanya di jam seperti ini, Camelia masih tertidur pulas. Tapi kenapa malah gadis itu sudah tidak ada di pelukannya? Detik itu juga, Dominic menyibak selimut dan turun dari ranjang—melangkah menuju kamar mandi. “Camelia? Camelia?” panggil Dominic seraya menggedor pintu kamar mandi. Namun, sayangnya tak ada respon dari dalam kamar mandi. Pun Dominic tak mendengar suara gemericik air. Raut wajah Dominic berubah, menunjukan mencurigai sesuatu. Buru-buru, Dominic masuk ke dalam kamar mandi. Tiba-tiba, kilat mata Dominic memancarkan kepanikan melihat kamar mandi kosong. Dominic mengendarkan pandangannya, m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 137 – Never Let You Go 

Camelia duduk di lantai dengan derai air mata yang terus berlinang. Camelia memeluk lututnya sendiri. Bahunya bergetar, akibat tangis sesegukan. Camelia tahu, apa yang dilakukannya pasti akan membuat Dominic murka, tapi bagi Camelia ini adalah yang paling terbaik. Camelia tidak mau sampai Dominic menyesal di kemudian hari. Segalanya bisa berubah. Itu yang ada di dalam pikiran Camelia. Kelak Dominic pasti akan menyesal. Bagaimanapun, statusnya dengan Dominic bagaikan langit dan bumi. Lepas dari status sosialnya, kesalahan di masa lalu sang ayah, membuat Camelia tak sanggup berhadapan dengan keluarga Dominic. Memang, Camelia tahu bahwa keluarga Dominic menerimanya. Apa pun status sosialnya. Tetapi, gadis itu selalu merasa berdosa setiap kali melihat Dominic dan keluarga Dominic. Hal itu yang membuat Camelia pada akhirnya memilih untuk menyerah. Andai saja target ayahnya, bukan kakak kandung Dominic, maka Camelia tidak akan sampai memilih untuk menyerah. Perlahan, Camelia menyeka air
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 138 – Never Let You Go II 

Tubuh Camelia bergetar mendengar ancaman Dominic. Air mata Camelia tak henti berlinang deras. Mata gadis itu sudah sembab memerah, akibat tangis yang tak kunjung berhenti. Perkataan Dominic menggetarkan hati Camelia, tapi semuanya seakan terpenjara. Rasa takut dalam diri Camelia menyelimuti gadis itu. “Kenapa, Dominic? Kenapa kau begitu menahanku? Harusnya kau membenciku, Dominic. Aku adalah anak dari pembunuh bayaran, yang hampir merenggut nyawa kakakmu.” Camelia berkata begitu lirih, menahan pilu dan sesak di hati. “Jadi ini yang menjadi alasan utama, kau memilih pergi dariku, Camelia?” Dominic menurunkan nada suaranya, menahan geraman. Sorot mata Dominic, memancarkan jelas betapa pria itu kecewa pada Camelia. Camelia mengangguk. “Iya, aku memilih pergi karena aku selalu merasa aku memiliki kesalahan besar padamu dan keluargamu, Dominic.” “Apa aku dan keluargaku menyudutkanmu, sampai kau merasa melakukan kesalahan besar?” Dominic membalikan ucapan Camelia. Camelia menggelengka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 139 – I Love You!

“Morning.” Camelia tersenyum melihat Dominic tengah memeluknya erat. Tubuh gadis itu sangat lelah, tapi merasakan pelukan hangat Dominic, membuat rasa lelah dalam diri Camelia, seakan sirna tak lagi ada. “Morning.” Dominic mencium bibir Camelia. “Bagaimana tidurmu semalam?” bisiknya. “Sangat nyenyak. Aku selalu nyaman tidur dalam pelukanmu, Dominic,” jawab Camelia seraya membenamkan wajahnya, di dada bidang Dominic. Dominic menyentil kening Camelia. “Kau selalu nyaman tidur dalam pelukanku, tapi kenapa kau malah melarikan diri?” Bibir Camelia tertekuk saat Dominic mengungkit-ungkit kesalahannya. “Dominic, aku sudah minta maaf. Kemarin juga aku sudah mendapatkan hukuman. Kenapa kau masih saja mengungkit-ungkit kesalahanku?” Camelia menjadi kesal, karena Dominic malah mengungkit-ungkit kesalahannya. Padahal kemarin dirinya sudah meminta maaf, dan juga sudah mendapatkan hukuman. Sungguh, menyebalkan! Dominic melumat bibir Camelia yang tertekuk itu. “Aku belum puas dengan hukuman ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 140 – Monkey Mask?

William menyesap teh hangat yang baru saja diantar oleh pelayan. Tatapan pria itu tak lepas menatap Martin yang duduk di hadapannya. Raut wajah William dingin, namun tetaplah hangat. Ya, William sengaja mengundang Martin, karena ingin melanjutkan percakapan yang tertunda. Sebelumnya, William menunda percakapannya dengan Martin, karena Camelia telah mendengar percakapan antara dirinya dan Martin. “Bagaimana kabar Camelia?” William menanyakan kabar Camelia pada Martin. Pria paruh baya itu sangat yakin, bahwa pasti Camelia terpukul mendengar kenyataan yang ada. Di sini, William sama sekali membenci Camelia. Yang bersalah di masa lalu adalah Martin, bukanlah Camelia. “Kabar Camelia baik, tapi kemarin Camelia sempat melarikan diri,” jawab Martin yang sontak membuat William terkejut. “Apa? Melarikan diri?” Mata William, menatap Martin dengan tatapan serius. Tatapan yang memiliki makna menuntut penjelasan. Martin mengembuskan napas panjang. “Camelia melarikan diri, karena merasa tidak pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status