Pelupuk mata Dominic bergerak-gerak di kala pria itu hendak membuka mata. Perlahan Dominic menyeka matanya menggunakan punggung tangannya. Dan saat mata Dominic sudah terbuka, tatapan pria itu langsung menoleh ke samping, ke tempat Camelia. Namun seketika kening Dominic mengerut kala melihat di sampingnya kosong. Dominic segera melihat ke jam dinding—waktu menunjukan pukul enam pagi. Biasanya di jam seperti ini, Camelia masih tertidur pulas. Tapi kenapa malah gadis itu sudah tidak ada di pelukannya? Detik itu juga, Dominic menyibak selimut dan turun dari ranjang—melangkah menuju kamar mandi. “Camelia? Camelia?” panggil Dominic seraya menggedor pintu kamar mandi. Namun, sayangnya tak ada respon dari dalam kamar mandi. Pun Dominic tak mendengar suara gemericik air. Raut wajah Dominic berubah, menunjukan mencurigai sesuatu. Buru-buru, Dominic masuk ke dalam kamar mandi. Tiba-tiba, kilat mata Dominic memancarkan kepanikan melihat kamar mandi kosong. Dominic mengendarkan pandangannya, m
Camelia duduk di lantai dengan derai air mata yang terus berlinang. Camelia memeluk lututnya sendiri. Bahunya bergetar, akibat tangis sesegukan. Camelia tahu, apa yang dilakukannya pasti akan membuat Dominic murka, tapi bagi Camelia ini adalah yang paling terbaik. Camelia tidak mau sampai Dominic menyesal di kemudian hari. Segalanya bisa berubah. Itu yang ada di dalam pikiran Camelia. Kelak Dominic pasti akan menyesal. Bagaimanapun, statusnya dengan Dominic bagaikan langit dan bumi. Lepas dari status sosialnya, kesalahan di masa lalu sang ayah, membuat Camelia tak sanggup berhadapan dengan keluarga Dominic. Memang, Camelia tahu bahwa keluarga Dominic menerimanya. Apa pun status sosialnya. Tetapi, gadis itu selalu merasa berdosa setiap kali melihat Dominic dan keluarga Dominic. Hal itu yang membuat Camelia pada akhirnya memilih untuk menyerah. Andai saja target ayahnya, bukan kakak kandung Dominic, maka Camelia tidak akan sampai memilih untuk menyerah. Perlahan, Camelia menyeka air
Tubuh Camelia bergetar mendengar ancaman Dominic. Air mata Camelia tak henti berlinang deras. Mata gadis itu sudah sembab memerah, akibat tangis yang tak kunjung berhenti. Perkataan Dominic menggetarkan hati Camelia, tapi semuanya seakan terpenjara. Rasa takut dalam diri Camelia menyelimuti gadis itu. “Kenapa, Dominic? Kenapa kau begitu menahanku? Harusnya kau membenciku, Dominic. Aku adalah anak dari pembunuh bayaran, yang hampir merenggut nyawa kakakmu.” Camelia berkata begitu lirih, menahan pilu dan sesak di hati. “Jadi ini yang menjadi alasan utama, kau memilih pergi dariku, Camelia?” Dominic menurunkan nada suaranya, menahan geraman. Sorot mata Dominic, memancarkan jelas betapa pria itu kecewa pada Camelia. Camelia mengangguk. “Iya, aku memilih pergi karena aku selalu merasa aku memiliki kesalahan besar padamu dan keluargamu, Dominic.” “Apa aku dan keluargaku menyudutkanmu, sampai kau merasa melakukan kesalahan besar?” Dominic membalikan ucapan Camelia. Camelia menggelengka
“Morning.” Camelia tersenyum melihat Dominic tengah memeluknya erat. Tubuh gadis itu sangat lelah, tapi merasakan pelukan hangat Dominic, membuat rasa lelah dalam diri Camelia, seakan sirna tak lagi ada. “Morning.” Dominic mencium bibir Camelia. “Bagaimana tidurmu semalam?” bisiknya. “Sangat nyenyak. Aku selalu nyaman tidur dalam pelukanmu, Dominic,” jawab Camelia seraya membenamkan wajahnya, di dada bidang Dominic. Dominic menyentil kening Camelia. “Kau selalu nyaman tidur dalam pelukanku, tapi kenapa kau malah melarikan diri?” Bibir Camelia tertekuk saat Dominic mengungkit-ungkit kesalahannya. “Dominic, aku sudah minta maaf. Kemarin juga aku sudah mendapatkan hukuman. Kenapa kau masih saja mengungkit-ungkit kesalahanku?” Camelia menjadi kesal, karena Dominic malah mengungkit-ungkit kesalahannya. Padahal kemarin dirinya sudah meminta maaf, dan juga sudah mendapatkan hukuman. Sungguh, menyebalkan! Dominic melumat bibir Camelia yang tertekuk itu. “Aku belum puas dengan hukuman ke
William menyesap teh hangat yang baru saja diantar oleh pelayan. Tatapan pria itu tak lepas menatap Martin yang duduk di hadapannya. Raut wajah William dingin, namun tetaplah hangat. Ya, William sengaja mengundang Martin, karena ingin melanjutkan percakapan yang tertunda. Sebelumnya, William menunda percakapannya dengan Martin, karena Camelia telah mendengar percakapan antara dirinya dan Martin. “Bagaimana kabar Camelia?” William menanyakan kabar Camelia pada Martin. Pria paruh baya itu sangat yakin, bahwa pasti Camelia terpukul mendengar kenyataan yang ada. Di sini, William sama sekali membenci Camelia. Yang bersalah di masa lalu adalah Martin, bukanlah Camelia. “Kabar Camelia baik, tapi kemarin Camelia sempat melarikan diri,” jawab Martin yang sontak membuat William terkejut. “Apa? Melarikan diri?” Mata William, menatap Martin dengan tatapan serius. Tatapan yang memiliki makna menuntut penjelasan. Martin mengembuskan napas panjang. “Camelia melarikan diri, karena merasa tidak pa
Jantung Camelia berpacu lebih kencang dari biasanya. Rasa gugup, cemas, dan takut adalah hal yang melingkupi diri Camelia. Ya, hari ini adalah hari di mana Camelia melakukan test masuk kuliah. Test akan dilakukan secara online. Hanya saja, gadis itu sedari tadi mondar mandi tak jelas di dalam kamar akibat rasa gugup yang melandanya. Camelia memang takut kalau sampai tidak lolos ke perguruan tinggi yang Dominic pilihkan untuknya. Kemarin, Camelia melihat dari situs internet bahwa perguruan tinggi yang dipilih Dominic merupakan perguruan tinggi ternama di dunia. Banyak penyanyi atau artis ternama yang berasal dari lulusan perguruan tinggu itu. Tentu seleksi masuk ke perguruan tinggi tersebut sangatlah selektif. “Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?” Camelia menyentuh dadanya, merasakan debar jantunya tak henti berpacu lebih kencang. “Kalau aku sampai tidak lolos, aku harus bagaimana? Semua orang pasti kecewa padaku.” Camelia meremas rambutnya. Padahal sebelumnya, Camelia sudah
“Camelia, aku buatkan tiramisu cake untukmu. Makanlah.” Hedy memberikan cake yang telah dia buat, pada Camelia. Pun Camelia segera menerima cake itu, dan memakan dengan lahap. Ya, Hedy khusus membuatkan tiramisu cake untuk Camelia, karena Camelia baru saja selesai test online masuk perguruan tinggi. Hedy yakin, saat ini Camelia membutuhkan makanan manis demi menyegarkan otaknya. “Thanks. Hedy. Kau baik sekali. Duduklah. Temani aku. Dominic masih di ruang kerjanya,” ujar Camelia, meminta Hedy duduk di sampingnya. Sampai detik ini, Dominic belum juga kembali. Pasti Dominic tengah sibuk. Itu yang ada di dalam pikiran Camelia. “Tadi Tuan William datang, Camelia,” ucap Hedy memberi tahu. “Daddy William datang?” ulang Camelia memastikan. Gadis itu tak mengetahui, kalau ayah Dominic datang. Wajar saja, dirinya tak tahu pasalnya tadi Camelia fokus mengerjakan test online masuk ke perguruan tinggi. “Iya, Camelia. Tuan William tadi datang, tapi sekarang beliau sudah pulang.” “Apa Daddy Wil
Dominic tersenyum melihat penampilan Camelia yang nampak cantik dan segar. Gaun berwarna merah dengan model kemben sangat indah di tubuh gadis itu. Rambut cokelat terang Camelia diikat ke atas, menunjukan leher jenjang gadis itu. “Dominic, penampilanku bagus atau tidak? Sepertinya lenganku terlihat gemuk. Lihatlah, dulu lenganku tidak sebesar ini? Apa makanan yang aku makan, lari menjadi lemak ke lenganku?” Camelia dengan polos, menunjukan lengannya pada Dominic. Gadis itu merasa kalau sekarang lengannya bertambah besar. “Kalau kau gemuk, maka tubuhmu juga akan ikut gemuk. Bukan hanya lengan saja. Kau ini konyol sekali.” Dominic baru saja ingin memuji Camelia, tapi malah gadis itu mengatakan perkataan konyol. “Sayang, lenganku memang gemuk. Lihatlah, pinggang ku juga sepertinya melebar. Apa kau tidak lihat perubahan di tubuhku?” tanya Camelia memastikan. Camelia merasa makannya tidak dalam porsi besar, kenapa malah tubuhnya sedikit gemuk? Itu yang membuat Camelia bingung. Dominic
Pemberitaan tentang Camelia di media semakin meluas. Nama Camelia kian melambung akibat rekaman suaranya yang menjadi trending pertama. Tak sedikit media yang selalu ingin mewawancarai Camelia. Memang, sejak di mana Camelia banyak sekali dikenal publik, Dominic membatasi Camelia berinteraksi pada media. Pasalnya, Dominic tak ingin Camelia kelelahan. Usia kandungan Camelia yang sudah mulai besar membuat Dominic sangat memilih-milih apa yang Camelia lakukan dan tak dilakukan. Jika ditanya, maka Camelia pun tak pernah mengira akan berada di titik sekarang. Camelia seperti berada di dalam dunia mimpi. Memiliki suami yang luar biasa hebat, dan karir yang cemerlang. Hari demi hari, Camelia selalu lewati dengan penuh kebahagiaan. Tak pernah sedikit pun Camelia mengeluh, karena hidupnya sekarang memang sudah berkelimpahan dengan berkat kebahagiaan. Dan hari ini akan menjadi hari di mana yang mengukir sejarah. Untuk pertama kalinya Camelia akan turun di konser penghargaan musik. Ya, jelas
Hari berganti hari. Usia kandungan Camelia sudah memasuki enam belas minggu—yang mana Camelia sudah memasuki trimester kedua. Perut Camelia semakin membesar. Setiap kali orang melihat Camelia pasti menduga kalau Camelia tengah hamil tujuh bulan. Wajar saja, selain hamil kembar, Camelia juga hobby sekali makan. Setiap jam, Camelia selalu lapar. Jadi tak heran kalau melihat tubuh Camelia sekarang lebih berisi dari sebelumnya. Weekend ini, Camelia akan turut serta dalam konser penghargaan musik. Hidup Camelia sehari-hari memang kerap masuk dapur rekaman suara. Hamil, sama sekali tidak menghalangi Camelia dalam meraih impiannya. Pun Dominic sangat mendukung apa pun hal positive yang dilakukan Camelia. Tentunya, Camelia tetap dalam pengawasan ketat dokter kandungan. Sekalipun, Dominic membebaskan Camelia untuk berkarir tetap saja Dominic sangat menjaga ketat Camelia. Makanan yang Camelia makan saja wajib dari chef terbaik, dan tidak boleh sembarangan. Dominic memang ingin memberikan yang
Camelia tak henti tersenyum sambil mengusap perut buncitnya. Ingatan Camelia mengingat perkataan ibu mertuanya yang mengatakan dirinya hamil bayi kembar. Hatinya bergetar dilingkupi kebahagiaan. Tentu, Camelia sangat senang jika bayi beruang yang ada di perutnya adalah kembar.Sejak awal, impian Camelia adalah memiliki banyak anak dari Dominic. Camelia ingin sekali mansionnya penuh dengan canda dan tawa dari anak-anaknya kelak. Sungguh, membayangkan itu semua, membuat Camelia terus melukiskan senyuman bahagia. “Camelia, apa kau sudah siap?” Dominic melangkah mendekat pada Camelia yang berada di kamar sambil menatap cermin. Camelia mengalihkan pandangannya, menatap Dominic yang mendekat padanya. “Sudah, Sayang. Tadi siapa yang menghubungimu?” tanyanya ingin tahu. Baru saja Dominic keluar, karena mendapatkan telepon. Akan tetapi, Camelia tidak tahu sang suami mendapatkan telepon dari siapa. “Irwin Leaman yang menghubungiku. Dia mengatakan konser penghargaan musik akan diadakan bulan
Kabar tentang Camelia telah rekaman suara, dan berhasil menjadi trending topic membuat keluarga Geovan kerap dimintai wawancara oleh wartawan. Hal ini kadang membuat seluruh anggota tanpa terkecuali cukup risih dengan kejaran para wartawan. Akan tetapi, keluarga Geovan nampak tetap mendukung Camelia. Walau tak dipungkiri, bisa dikatakan Camelia telah mengukir sejarah. Selama ini, belum pernah ada anggota keluarga Geovan yang masuk ke dalam dunia entertainment. Seluruh anggota keluarga selalu murni pengusaha. Hari berlalu begitu cepat. Dominic dan Camelia kini telah kembali ke kota yang menjadi tempat di mana mereka tinggali. Beberapa minggu berbulan madu di Spanyol, telah meninggalkan jutaan memori indah yang tak bisa diungkap oleh kata. Bukan hanya memori indah tentang mereka berdua, tapi memori di mana perjalanan karir Camelia dimulai. Siapa yang menyangka sosok yang terkenal memiliki jutaan kekurangan rupanya memiliki segudang talenta yang belum tentu dimiliki oleh orang lain.
Satu minggu sudah Dominic dan Camelia berbulan madu. Dua hari pertama Dominic dan Camelia menikmati waktu mereka berjalan-jalan di Madrid. Sekarang mereka berada di Barcelona menikmati keindahan kota terbesar kedua di Spanyol. Tiga hari lalu, setelah Camelia melakukan rekaman suara, dia belum mendapatkan info apa pun, karena proses masuk ke dalam kanal youtube tidak bisa langsung. Tentu selama berada di Barcelona, Dominic mengajak Camelia berjalan-jalan ke tempat romantis. Dominic mengalihkan perhatian Camelia agar tak terlalu memikirkan hasil dari test pasar yang akan dilakukan pihak PH tempo hari. Pun memang Dominic selalu mendukung apa pun yang Camelia lakukan. Jikalau, sang istri gagal tetap baginya Camelia telah melakukan yang terbaik. Plaza de España adalah tempat yang kini tengah Dominic dan Camelia kunjungi. Dua insan yang saling mencintai itu sudah datang ke Plaza de España menikmati indahnya pagi. Dominic memeluk pinggang Camelia menatap pemandangan indahnya bangunan yang
Langkah kaki Dominic dan Camelia sama-sama terhenti kala sosok pria berdiri menghalangi langkah mereka. Tampak Dominic dan Camelia menatap pria asing di hadapan mereka. Tinggi tubuh pria asing itu nyaris sama seperti tinggi tubuh Dominic. Hanya saja dari wajah pria asing itu sepertinya jauh lebih tua dari Dominic. “Kau siapa?” Dominic bertanya tanpa basa-basi. Sepasang iris mata cokelat gelap Dominic menatap dingin pria asing yang menghalangi langkahnya itu. “Irwin Leaman. Namaku Irwin Leaman. Maaf, apa benar kau Tuan Dominic Geovan?” Pria bernama Irwin Leaman tersenyum sopan ke hadapan Dominic. “Dari mana kau mengenalku?” Sebelah alis Dominic, penuh selidik. Dominic nampak seperti mengenal pria bernama ‘Irwin Leaman’, namun Dominic lupa. Irwin kembali tersenyum. “Aku pemilik Leaman Framont, salah satu Production House Di New York. Aku cukup sering bertemu dengan ayahmu.”Dominic terdiam sejenak mendengar apa yang dikatakan Irwin. Nama ‘Leaman Framont’, benar-benar tak asing di te
Para pelayan nampak tengah sibuk membawakan barang-barang milik Dominic dan Camelia masuk ke dalam mobil. Tak hanya barang-barang saja, tapi beberapa cemilan khusus juga wajib dibawa. Tentu, karena Camelia tak bisa menahan lapar. Camelia kerap mengemil setiap satu jam sekali atau dua jam sekali. Seperti yang Camelia kerap katakan dirinya tengah hamil bayi beruang, jadi wajar saja kalau Camelia mudah sekali lapar. “Dominic, kenapa kita tidak naik mobil saja ke Barcelona? Kalaiu menggunakan mobil hanya memakan waktu tidak sampai enam jam, Dominic,” kata Camelia yang ingin menuju ke Barcelona lewat darat. Camelia sedang enggan lewat udara. Terlebih Madrid ke Barcelona tidaklah jauh. Ya, sesuai dengan janji Dominic, hari ini Dominic akan mengajak Camelia ke Barcelona. Hanya saja tadi malam Camelia meminta ke Barcelona lewat jalur darat. Itu adalah permintaan konyol yang tak mungkin Dominic setujui. “Camelia Madrid ke Barcelona memakan waktu hampir enam jam. Kau pasti akan kelelahan,” u
Camelia memejamkan mata seraya merentangkan kedua tangannya, menikmati udara sore di hutan. Tak menampik, Camelia merindukan moment di mana dirinya dan Dominic menikmati bersama di hutan waktu dulu. Kala itu Camelia masih menjadi tawanan Dominic. Siapa yang sangka kalau dalam sekejap semuanya berubah. Camelia jatuh cinta pada pria yang menyandera dirinya. Kalau orang dengar pasti akan berpikir dirinya sudah tak waras. Tapi inilah fakta yang ada. “Kau di sini rupanya.” Dominic memeluk pinggang Camelia dari belakang, membenamkan wajahnya di leher istrinya itu. Sedari tadi Dominic mencari keberadaan sang istri, malah ternyata istrinya ada di belakang rumah menikmati udara sore hari yang menyejukan. Camelia tersenyum saat Dominic memeluknya dari belakang. Camelia memeluk tangan Dominic sambil berkata, “Sayang, dulu pertama kali kau membawaku ke hutan, aku sangat takut, tapi sekarang berbeda. Memang, aku masih sedikit takut, tapi sudah jauh lebih baik. Buktinya tadi aku bisa dekat denga
Madrid, Spain. Camelia menatap hamparan jalanan kota Madrid dari dalam mobil. Camelia tersenyum hangat. Rasanya sudah lama dirinya meninggalkan kota kelahirannya. Padahal Camelia belum meninggalkan Madrid sampai satu tahun, tapi nampaknya Camelia sudah sangat merindukan kota kelahiran dan kota di mana dirinya dibesarkan. Madrid menjadi kota di mana Camelia menyimpan jutaan kenangan. Kenangan indah, dan kenangan tidak menyenangkan ada di kota itu. Namun, sekalipun ada kenangan tidak menyenangkan, Camelia tetaplah sangat bahagia. Karena Madrid pun mempertemukannya dengan belahan jiwanya. “Camelia, apa kau ingin kita langsung ke pemakaman ibu dan saudara kembarmu?” tanya Dominic seraya membelai pipi Camelia. Camelia mengangguk. “Ya, aku ingin ke makam mereka sekarang, Sayang. Aku merindukan mereka.” Dominic mengecup kening Camelia, menyetujui keinginan sang istri tercinta. Ya, baru saja mendarat di Madrid, Dominic pun langsung menawarkan pada Camelia untuk mengunjungi makam. Sepanja