Semua Bab NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!: Bab 21 - Bab 30

275 Bab

21. MALAM YANG INDAH

“Buktinya, Prily bahkan seolah tidak bisa hidup tanpa dia.”Pram masih tertegun, mencoba mencerna kata-kata Imel. Guna-guna? Dukun? Pram merenung cukup lama dengan tatapan kosong. Hingga Imel berbisik di dekat daun telinganya.“Kalau Mas mau, aku bisa antar ke orang pintar untuk mencari penangkal guna-guna itu.”Setelah beberapa saat, Pram menggeleng pelan, melepaskan diri dari renungannya. "Enggak, Mel. Aku nggak percaya hal-hal begitu. Prily hanya… dia masih kaget kehilangan dua orang yang sangat penting baginya. Pertama, ibunya, Soraya. Sekarang, Puspita pun meninggalkannya. Aku yakin Prily hanya depresi. Nanti aku akan bawa dia ke dokter, aku ingin konsultasi.”Imel terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. Ekspresi kecewa tampak di wajahnya, tetapi ia segera menutupi kekecewaan itu dengan senyum tipis. “Ya, sudahlah, Mas. Aku cuma kasihan saja, sudah terlalu lama melihat Prily seperti ini,” ujarnya lembut.Pram mengangguk sambil menepuk-nepuk punggung Prily yang mulai terl
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-13
Baca selengkapnya

22. GODAAN

“Apa kalian berniat melangkah lebih jauh?”Puspita mengernyit. “Maksudnya?” “Ah, sudahlah.” Tika menghela napas, batal menanya-nanyai sepupunya. “Oh, ya. Besok kamu berangkat jam berapa? Sama Kang Haidar kan, ya? Aku nebeng, ah. Tommy lagi sakit, nggak kuliah. Aku males naik bis.”“Aku juga berangkat naik ojek besok. Kang Haidar pulang kampung.”“Pulang kampung?”“Ya.”“Tahu gitu aku ikut pulang, biar nggak usah keluar ongkos.”Puspita heran. “Memangnya kamu libur kuliah?”“Nggak, sih. Bolos aja gitu, palingan kan, Kang Haidar juga sehari dua hari di kampung.” Tika mengangkat bahu. Tidak terlintas dalam kepalanya kalau kalimatnya terkesan menyia-nyiakan kesempatan kuliah yang dia miliki.Sesuatu yang harus Puspita usahakan mati-matian.Namun, Puspita tidak menanggapi. Gadis itu hanya mengedikkan bahunya dengan pandangan tetap fokus ke buku.“Oh, ya. Satu lagi.” Tika kembali berujar. “Dengar-dengar sih orang tua sama kakak-kakak Kang Haidar udah nyiapin jodoh buat dia karena dia nggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-13
Baca selengkapnya

23. TETAP FOKUS

Imel tertunduk dengan pundak berguncang, menutup wajah dengan kedua tangan. Tangisnya pecah di tengah keheningan yang melingkupinya bersama Pram. Setelah melihat kondisi Prily yang katanya muntah-muntah padahal hanya gumoh, Pram kembali ke kamar. Ternyata Imel masih di sana, menunggunya.“Mas Pram … maafkan aku,” gumamnya lirih. Suaranya serak menahan tangis yang masih belum sepenuhnya hilang. “Aku cuma kasihan sama kamu, Mas Pram. Aku cuma ingin jadi orang yang ada saat kamu butuhkan. Aku pikir kita akan menikah seperti keinginan Bude Hasna, makanya aku ingin menemani kamu sejak dini.”Imel terisak lagi. Ia tahu Pram sangat marah hingga tak berkata-kata sejak tadi. Imel sangat mengerti kebiasaan pria itu sejak mereka kecil dulu; jika Pram sedang marah padanya, ia memilih diam. Saat ia tanyakan alasannya, Pram mengaku takut menyakiti hatinya. Pram memang pria baik, bahkan saat marah tetap memikirkan perasaannya.Pemikiran itu juga yang ada dalam kepala Imel saat ini. Pram hanya marah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-14
Baca selengkapnya

24. RINDU ITU....

Puspita melangkah cepat meninggalkan minimarket, tanpa menyadari panggilan si gadis cilik tersebut. Hatinya terasa remuk, setiap langkah terasa berat. Langkahnya berubah menjadi setengah berlari saat mendekati ojek yang menunggunya. Pandangan matanya masih kabur, belum mampu menenangkan dirinya dari apa yang baru saja dilihatnya."Bang, ayo jalan sekarang," ucap Puspita terburu-buru pada sang driver ojek online, suaranya bergetar.Driver ojek yang heran menoleh, tapi tak urung memberikan helmnya.“Tidak jadi belanja, Mbak?” tanya sang pengemudi itu sambil mulai menjalankan motornya.Puspita tidak menjawab, ia sibuk menata hatinya. Selama perjalanan, wanita itu hanya bisa memalingkan wajah ke arah lain, mencoba menahan air mata yang nyaris jatuh. Namun, semakin ia berusaha, semakin kuat pula perasaan yang menyesakkan dadanya.Bukan karena melihat pemandangan Pram bersama Imel jika Puspita sampai sebegininya. Ia sama sekali tidak peduli jika pun pria itu akan segera menikah lagi dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-14
Baca selengkapnya

25. KELAKUAN TIKA

Puspita memijat pelipisnya sesaat setelah turun dari ojek. Kepalanya berdenyut memikirkan pertemuannya dengan Prily dan Pramudya tadi. Oh, bukan pertemuan. Lebih tepatnya ia yang melihat mereka.Rasa rindu yang tak tersampaikan, sakit hati yang kembali terbuka mengingat perlakuan Pram, tubuh yang lelah bekerja, ditambah setumpuk permasalahan lain yang akhir-akhir ini mengganggunya, membuat ia ingin segera beristirahat.Puspita berjalan tergesa-gesa. Membuka sepatu dan menyimpannya dengan cepat di rak dekat pintu. Setelahnya, ia langsung mengucap salam sembari memutar kenop pintu karena yakin Tika sudah berada di dalam. Jadi, pintu tidak lagi dikunci.Dan … benar saja. Tika memang berada di dalam, tetapi ia tidak sendiri. Seorang pemuda tengah bersamanya, dan mereka sedang bergumul panas di atas karpet yang biasa ia gunakan sebagai alas tidur.Kedua orang itu berjengit kaget menyadari seseorang masuk. Mereka saling memisahkan diri dengan cepat. Tika memegang kemejanya karena kancing
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-15
Baca selengkapnya

26. SENDIRI LAGI

Puspita menggelengkan kepala. Hatinya mulai sakit mendengar kata-kata sepupunya."Pergi! Apa kamu tidak dengar!?" Tika meninggikan suara dengan tangan mengacung-ngacung kasar. Namun, karena Puspita malah mematung di tempatnya, Tika berjalan kasar menuju lemari pakaian di mana Puspita ikut menaruh bajunya di sana.Dengan sangat kasar, Tika menarik tumpukan baju Puspita hingga sebagian berserakan di lantai. Baju yang sudah di tangannya, ia lemparkan ke lantai, lalu ia tendang keluar seperti sedang kesetanan.“Pergi!” Tika kemudian mendorong Puspita dengan keras, lalu membanting pintu tepat di depan wajah Puspita.Wanita berjilbab itu hanya diam, menahan sesak di dalam dada sembari membungkuk dan memunguti pakaiannya yang berserakan, lalu memasukkan ke dalam tas yang tadi juga dilemparkan Tika.Kini, Puspita menyandar lemah di dalam taksi. Matanya terpejam kuat, lelehan air yang mengalir di pipinya terasa hangat. Selama ini, bukan karena ia tidak sanggup membayar kost sendiri jika ikut
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-16
Baca selengkapnya

27. DUA ORANG PRIA

Pram membalikkan badan dengan gerakan cepat begitu mendengar suara itu. Tatapannya langsung bertemu dengan Haidar, pria yang ia yakini memiliki ketertarikan khusus pada Puspita.Haidar melangkah maju, mengabaikan tatapan tajam Pram. Kini, keduanya berdiri bersebelahan menghadap Tika.“Apa maksudnya Puspita sudah pergi? Tika, dia pergi ke mana?”Tika, yang masih berdiri di balik pintu, tampak jengkel karena situasi ini. “Aku sudah bilang, dia pindah. Urusan kalian dengan Puspita seharusnya tidak lagi melibatkan aku,” jawabnya ketus.“Tapi ke mana dia pindah?” desak Haidar.Tika menghela napas, jelas kesal dengan pertanyaan yang berulang-ulang. “Aku nggak tahu, dan aku nggak peduli. Jadi, berhenti mengganggu aku!”Dengan itu, Tika mendorong pintu dengan kuat, menutupnya tanpa memberi kesempatan kepada keduanya untuk bertanya lebih lanjut. Pram dan Haidar hanya bisa berdiri di depan pintu yang kini terkunci rapat. Keduanya saling lirik dengan kaku.“Anda masih mencari Puspita, Pak? Buka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya

28. KEDATANGANNYA

Puspita keluar dari bangunan tempatnya mengikuti kelas. Ia berbaur dengan beberapa orang yang memiliki kepentingan sama. Ia menyeka keringat di pelipisnya yang dingin oleh udara lembap. Langit tampak murung, seolah siap mencurahkan hujan kapan saja. Dia mendesah pelan, memandang jalanan yang ramai dengan orang-orang yang bergegas pulang.Di tangannya, buku catatan kecil tergenggam erat. Hari pertamanya di kelas kesetaraan cukup menantang, tapi dia merasa puas. Ia akhirnya bisa memulai lagi sesuatu yang dulu sempat ia tinggalkan. Namun, tubuhnya terasa lemas, dan pikirannya penuh berbagai hal.Kurang tidur karena masih adaptasi di kost baru, memikirkan perilaku Tika yang tak pernah diduganya, serta otaknya yang dipaksa mencerna pelajaran setelah lama tak bersentuhan, membuat kepalanya berdenyut.Puspita berjalan lunglai menuju halte terdekat. Angin kencang yang membawa serta daun kering dan debu seolah ingin menerbangkan tubuhnya. Wanita itu duduk di bangku halte, di mana hanya ada beb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-18
Baca selengkapnya

29. RENCANA HAIDAR

Puspita menutup pintu kost, lalu bersandar di baliknya. Matanya terpejam, wajahnya menengadah. Tangannya memeluk buket bunga yang diberikan Haidar tadi siang. Hatinya berbunga-bunga, tapi juga diliputi kegundahan.Terbayang semua yang dikatakan Haidar di mobil saat mengantarnya barusan.“Akang, maaf. Aku mau meminta penjelasan yang tadi,” ucapnya setelah mobil mulai meninggalkan kampus dan berbaur dengan kendaraan lain di jalanan. Tadi, ia terpaksa menahan rasa penasaran karena harus bekerja. Kini, dalam perjalanan pulang, rasa penasaran itu harus terbayarkan.“Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu?” lanjutnya sambil menatap lekat.Haidar tersenyum kecil, kedua tangannya mantap menggenggam kemudi. “Kenapa?” Ia balik bertanya sambil menoleh.“Tidak mau Akang kenalkan sebagai calon menantu?” Haidar menjeda kalimatnya. “Kalau kamu tidak mau dikenalkan sebagai calon menantu, Akang kenalkan sebagai calon istri saja, ya?” Kedua alis Haidar turun-naik.Puspita memejam sebentar, lalu memperbaik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-18
Baca selengkapnya

30. KALAH

Puspita masih berdiri mematung di depan gerbang kampus. Kakinya seolah tertanam ke dalam tanah. Jantungnya berhenti bekerja untuk beberapa saat, sebelum akhirnya justru memacu lebih dari yang seharusnya.“Mama …!” Seruan riang itu semakin terdengar jelas dan dekat. Hingga sebuah pelukan kecil terasa di kaki Puspita. Pelukan yang sangat familier hingga rasanya tidak pernah ia lupakan.“Mama ….” Kali ini panggilan itu terdengar dari bawah tubuh Puspita disertai tarikan kecil di ujung kaus panjangnya. “Mama … Ii kangen ….”Tarikan di ujung kaus Puspita semakin bertambah kuat. Sementara pandangan Puspita masih ke depan. Menatap kosong wajah Pram yang masih berdiri di dekat mobilnya dengan tatapan penuh harap.Puspita masih di sini. Mematung di tempatnya tanpa menundukkan wajahnya meski panggilan di bawah sana sudah berubah menjadi rengekan. Ia tidak mau kalah. Bayangan perlakuan Pramudya selama pernikahan mereka, lalu tuduhan kejam dan talak yang jatuh tidak di tempat layak yang disertai p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
28
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status