Share

27. DUA ORANG PRIA

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2024-11-17 00:29:54

Pram membalikkan badan dengan gerakan cepat begitu mendengar suara itu. Tatapannya langsung bertemu dengan Haidar, pria yang ia yakini memiliki ketertarikan khusus pada Puspita.

Haidar melangkah maju, mengabaikan tatapan tajam Pram. Kini, keduanya berdiri bersebelahan menghadap Tika.

“Apa maksudnya Puspita sudah pergi? Tika, dia pergi ke mana?”

Tika, yang masih berdiri di balik pintu, tampak jengkel karena situasi ini.

“Aku sudah bilang, dia pindah. Urusan kalian dengan Puspita seharusnya tidak lagi melibatkan aku,” jawabnya ketus.

“Tapi ke mana dia pindah?” desak Haidar.

Tika menghela napas, jelas kesal dengan pertanyaan yang berulang-ulang. “Aku nggak tahu, dan aku nggak peduli. Jadi, berhenti mengganggu aku!”

Dengan itu, Tika mendorong pintu dengan kuat, menutupnya tanpa memberi kesempatan kepada keduanya untuk bertanya lebih lanjut. Pram dan Haidar hanya bisa berdiri di depan pintu yang kini terkunci rapat. Keduanya saling lirik dengan kaku.

“Anda masih mencari Puspita, Pak? Buka
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Seperti nya kejujuran Haidar tentang Puspita di restui kedua orang tuanya....kalau begitu aku lebih setuju Puspita bersama Haidar
goodnovel comment avatar
Abi Sarah
semoga puspita jadian sm haidar
goodnovel comment avatar
Saulina Simbolon
duh romantisnya kang?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   28. KEDATANGANNYA

    Puspita keluar dari bangunan tempatnya mengikuti kelas. Ia berbaur dengan beberapa orang yang memiliki kepentingan sama. Ia menyeka keringat di pelipisnya yang dingin oleh udara lembap. Langit tampak murung, seolah siap mencurahkan hujan kapan saja. Dia mendesah pelan, memandang jalanan yang ramai dengan orang-orang yang bergegas pulang.Di tangannya, buku catatan kecil tergenggam erat. Hari pertamanya di kelas kesetaraan cukup menantang, tapi dia merasa puas. Ia akhirnya bisa memulai lagi sesuatu yang dulu sempat ia tinggalkan. Namun, tubuhnya terasa lemas, dan pikirannya penuh berbagai hal.Kurang tidur karena masih adaptasi di kost baru, memikirkan perilaku Tika yang tak pernah diduganya, serta otaknya yang dipaksa mencerna pelajaran setelah lama tak bersentuhan, membuat kepalanya berdenyut.Puspita berjalan lunglai menuju halte terdekat. Angin kencang yang membawa serta daun kering dan debu seolah ingin menerbangkan tubuhnya. Wanita itu duduk di bangku halte, di mana hanya ada beb

    Last Updated : 2024-11-18
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   29. RENCANA HAIDAR

    Puspita menutup pintu kost, lalu bersandar di baliknya. Matanya terpejam, wajahnya menengadah. Tangannya memeluk buket bunga yang diberikan Haidar tadi siang. Hatinya berbunga-bunga, tapi juga diliputi kegundahan.Terbayang semua yang dikatakan Haidar di mobil saat mengantarnya barusan.“Akang, maaf. Aku mau meminta penjelasan yang tadi,” ucapnya setelah mobil mulai meninggalkan kampus dan berbaur dengan kendaraan lain di jalanan. Tadi, ia terpaksa menahan rasa penasaran karena harus bekerja. Kini, dalam perjalanan pulang, rasa penasaran itu harus terbayarkan.“Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu?” lanjutnya sambil menatap lekat.Haidar tersenyum kecil, kedua tangannya mantap menggenggam kemudi. “Kenapa?” Ia balik bertanya sambil menoleh.“Tidak mau Akang kenalkan sebagai calon menantu?” Haidar menjeda kalimatnya. “Kalau kamu tidak mau dikenalkan sebagai calon menantu, Akang kenalkan sebagai calon istri saja, ya?” Kedua alis Haidar turun-naik.Puspita memejam sebentar, lalu memperbaik

    Last Updated : 2024-11-18
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   30. KALAH

    Puspita masih berdiri mematung di depan gerbang kampus. Kakinya seolah tertanam ke dalam tanah. Jantungnya berhenti bekerja untuk beberapa saat, sebelum akhirnya justru memacu lebih dari yang seharusnya.“Mama …!” Seruan riang itu semakin terdengar jelas dan dekat. Hingga sebuah pelukan kecil terasa di kaki Puspita. Pelukan yang sangat familier hingga rasanya tidak pernah ia lupakan.“Mama ….” Kali ini panggilan itu terdengar dari bawah tubuh Puspita disertai tarikan kecil di ujung kaus panjangnya. “Mama … Ii kangen ….”Tarikan di ujung kaus Puspita semakin bertambah kuat. Sementara pandangan Puspita masih ke depan. Menatap kosong wajah Pram yang masih berdiri di dekat mobilnya dengan tatapan penuh harap.Puspita masih di sini. Mematung di tempatnya tanpa menundukkan wajahnya meski panggilan di bawah sana sudah berubah menjadi rengekan. Ia tidak mau kalah. Bayangan perlakuan Pramudya selama pernikahan mereka, lalu tuduhan kejam dan talak yang jatuh tidak di tempat layak yang disertai p

    Last Updated : 2024-11-19
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   31. PENYESALAN VS MASA DEPAN

    Mobil Pram melaju dengan kecepatan sedang di tengah jalan yang mulai sepi. Tidak ada suara apa pun yang terdengar di dalam mobil selain deru mesin. Pram tidak memegang kemudi karena sengaja membawa sopir dan pengasuh untuk rencana mempertemukan Prily dengan Puspita ini.Pandangan pria yang duduk di samping sopir itu terpaku lurus ke depan, tetapi pikirannya melayang jauh ke tempat lain. Kepergian Puspita tanpa basa-basi dari restoran tadi masih membekas di benaknya.“Prily punya ayah kaya yang—dengan uangnya bisa melakukan apa pun untuk membahagiakannya.”Kalimat itu berulang-ulang bergema di telinganya. Nadanya dingin, tapi penuh luka. Pram mengepalkan tangan. Kenapa kalimat sederhana itu menusuknya lebih dalam dari apa pun yang pernah ia dengar?Karena ia tahu itu sindiran telak. Sebab, ia pernah menuduh Puspita hanya ingin uangnya. Lebih dari itu, ia bahkan menuduh Puspita rela melakukan apa pun demi bisa menjadi istri pria kaya meski harus menjadi istri kedua, ketiga, bahkan keemp

    Last Updated : 2024-11-20
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   32. BUKU ITU....

    Pram yang sudah tiba di rumah, melangkahkan kakinya dengan berat memasuki ruang tamu yang kosong. Rumahnya memang selalu terasa sepi, tetapi malam ini terasa lebih mencekam.Ia duduk di sofa setelah tiba di kamarnya. Kepalanya bersandar, dan matanya menatap langit-langit. Lagi-lagi, bayangan Puspita memenuhi pikirannya. Tangan kanannya memijat pelipis, sementara hati dan pikirannya semakin kacau. Ia memejamkan mata, mencoba menenangkan diri, tetapi malah ingatan lebih banyak menyeruak.Semua pengabaian dan tuduhan yang pernah ia lontarkan kepada Puspita seperti senjata yang kini menusuk balik ke dadanya sendiri. Ia sadar, wanita itu mungkin tidak akan pernah memaafkannya.Namun, lebih dari rasa bersalah, ada ketakutan besar yang kini mulai tumbuh di hatinya. Ketakutan kehilangan Puspita selamanya.Pram berdiri tiba-tiba, lalu melangkah ke meja di sudut kamar. Ia berniat membuka-buka album kenangannya dengan Soraya, siapa tahu dengan begitu kegundahan hatinya sedikit terobati. Rasanya

    Last Updated : 2024-11-20
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   33. PAPA JANJI

    Pagi ini, kepala Pram terasa berat seperti dihantam palu berkali-kali. Malam yang ia habiskan tanpa tidur membuat tubuhnya lunglai, sementara pikirannya penuh sesak dengan bayangan Puspita dan tulisan Soraya di buku harian itu.Pram membuka matanya perlahan, berusaha bangkit dari tempat tidur. Ketukan di pintu dan suara tangisan yang berbaur membuatnya terlonjak."Papa! Papa …!" teriak suara kecil Prily dari luar pintu di antara tangisnya.Pram buru-buru berjalan dan membuka pintu. Pintu terbuka, menampilkan Prily yang berdiri dengan mata merah, wajah kusut, napasnya tersengal, dan tangan kecilnya menggenggam boneka lusuh pemberian Puspita."Papa, Mama di mana?" tanya Prily dengan suara cadelnya yang bercampur tangisan. Wajahnya menengadah, mata merahnya yang basah membuat hati Pram mencelos.Pria itu berlutut, menatap putrinya yang tampak rapuh. Ia yakin saat terbangun tadi, sang anak langsung mencari Puspita yang dikiranya akan kembali ke rumah itu seperti dulu.Pram memegang kedua

    Last Updated : 2024-11-21
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   34. JAWABAN PUSPITA

    Pagi itu, fajar baru menyingsing di ufuk timur. Mengantar matahari yang akan segera hadir menyapa alam semesta. Namun, seperti pagi-pagi sebelumnya, Puspita sudah siap untuk pergi bekerja. Walaupun kosnya kini lebih dekat dengan kampus, kebiasaan bangun pagi dan beres-beres sudah terjalin sejak ia masih di kos Tika.Puspita duduk di tepi ranjang, memandangi layar ponselnya. Ada semacam rasa lega di dadanya. Bahkan, semalam ia bisa tidur dengan nyenyak karena sudah punya keputusan untuk hidupnya. Ia mulai mengetik pesan dengan penuh keyakinan, jemarinya bergerak cepat.[Assalamualaikum, Kang, kalau ada waktu luang, temui aku jam tiga sore, ya. Sebelum aku pergi ke kelas kesetaraan.]Ia menekan tombol "kirim" dengan senyum tipis tersungging. Wajahnya berseri-seri. Ada perasaan ringan di hatinya—sebuah keyakinan bahwa keputusan ini adalah jalan terbaik untuk melangkah maju.Belakangan ini, Haidar selalu ada untuknya, mendengarkan keluh kesahnya tanpa menghakimi, menawarkan dukungan tanpa

    Last Updated : 2024-11-22
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   35. CARA LAIN

    Pukul lima sore Pram turun dari mobilnya bersama Prily di depan gerbang kampus seperti kemarin. Meski sangat lelah sepulang kantor ditambah istirahat yang kurang, sang pria tetap menunaikan janjinya. Ia sudah tak lagi memikirkan dirinya sendiri, yang terpenting baginya adalah kebahagiaan sang putri.Pria itu menatap bangunan kantin dengan penuh harap. Belum banyak yang bisa ia lakukan untuk memenuhi keinginan Prily selain membawa sang anak ke sana lagi. Pikirannya saat ini sangat buntu. Jadwal istirahat dan makan yang berantakan, penyesalan mendalam, juga kekhawatiran akan pertumbuhan Prily membuatnya hanya mampu melakukan ini. Ia berharap bisa mempertemukan Prily dengan Puspita seperti kemarin.Prily menggenggam tangan ayahnya erat, wajah kecilnya penuh harap. Ia bahkan tidak mau digendong agar saat bertemu Puspita bisa langsung berlari memeluknya."Papa, mana Mama?" tanyanya sambil menengadah karena setelah sekian lama, orang yang dinantinya tidak kunjung kelihatan."Kita tunggu seb

    Last Updated : 2024-11-22

Latest chapter

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   200. SULIT DIGAPAI

    Pram mondar-mandir di kamarnya. Kalimat-kalimat Prabu yang tidak dimengertinya terus terngiang-ngiang. Ia masih tidak bisa menyimpulkan arti ucapan itu, tetapi satu hal yang ia yakini—Prabu sedang tidak baik-baik saja.Pram menengadah, lalu meremas rambutnya. Ia ingin bertanya lebih lanjut, tetapi sejak awal Prabu memang bicara tersendat-sendat dan terdengar ragu. Tidak mungkin ia memaksa kakak iparnya itu untuk bicara lebih jelas.Lalu, ia harus bagaimana?Ingin memberi solusi? Bagaimana bisa, jika masalah yang sebenarnya saja ia tidak tahu. Prabu langsung pamit setelah mengatakan itu, dan ia tidak bisa mencegahnya.Andai berada di tanah air, mungkin ia bisa sedikit membantu. Masalahnya, jika pulang pun, bagaimana dengan Puspita?Untuk mengatakan bahwa kakaknya ada masalah saja, rasanya Pram tidak tega. Ia yakin itu hanya akan menjadi beban pikiran bagi istrinya. Pram takut Puspita tidak fokus pada pengobatannya. Belum lagi jika benar-benar ingin berpisah. Lalu, apa yang harus dilaku

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   199. BERSIAPLAH!

    Pram sedang mengemas beberapa barang ke dalam ransel di kamarnya. Ia hanya sedang bersiap jika tiba-tiba Puspita mengatakan ia harus pergi.Bukannya menyerah jika ia melakukan ini sejak dini. Sekali lagi, ia hanya sedang bersiap jika suatu saat Puspita benar-benar tak menginginkannya lagi, karena setelah dua hari semenjak ia bertanya, wanita itu belum juga memberikan jawaban.Puspita seolah menggantung hubungan mereka, membuatnya berada dalam ketidakpastian. Namun, Pram sama sekali tak marah atau menyalahkan istrinya karena ia pun dulu pernah melakukan hal yang sama. Mengabaikan Puspita dalam ketidakjelasan hubungan sejak Soraya meninggal. Membuat Puspita tenggelam dalam pusaran keputusasaan. Mungkin, ini juga yang dirasakan Puspita saat itu.Semua yang terjadi padanya saat ini seolah pantulan cahaya dalam cermin. Semua berbalik padanya. Apa yang pernah ia lakukan pada Puspita dulu, kini berbalik dirinya yang harus merasakan semua ini.Pram mengembuskan napas panjang. Kini Puspita sed

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   198. KELUARGA BIMANTARA

    "Duduklah," ujar Ny. Bimantara akhirnya, sambil menunjuk kursi di seberang mereka.Irena duduk dengan tangan terkepal di pangkuannya. Perutnya terasa mual, bukan karena makanan, tapi karena suasana kaku yang menyesakkan.Pelayan datang dan mulai menyajikan makanan. Namun, bahkan setelah hidangan tersaji, tidak ada obrolan yang mengalir. Prabu sesekali mencoba mencairkan suasana dengan bertanya tentang kesehatan Opa dan Oma, tetapi jawaban yang didapat hanya sekadarnya."Jadi bagaimana, Opa, Oma? Pendapat kalian tentang rencana kami ke depannya?" Prabu terpaksa bertanya lebih dulu karena kedua orang tua itu tak kunjung bertanya sesuatu tentang mereka.Hening beberapa saat, membuat Prabu yang menunggu menjadi tidak sabar.Irena mencuri pandang ke arah Opa Rangga. Lelaki tua itu duduk dengan postur tegak, sorot matanya masih tajam meski usianya sudah senja. Lalu, tiba-tiba, pria itu meletakkan garpunya, membuat dentingan kecil yang menarik perhatian semua orang."Prabu," suaranya terdeng

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   197. IRENA

    Irena menatap dirinya di depan cermin. Seorang wanita empat puluh tahun terpampang di sana dengan wajah yang sudah dipoles make-up flawless. Garis kerutan memang jauh darinya karena ia selalu menjaga pola makan dan olahraga yang teratur. Tapi rasanya, senyum sudah jarang ia sunggingkan dalam kehidupan pribadinya.Jika pun selama ini terkesan ramah dan selalu ceria, itu hanya untuk para pasien dan siapa pun yang ia temui di rumah sakit. Selebihnya, bibirnya jarang sekali tersenyum. Perpisahan dengan Radit yang berbuntut perebutan hak asuh Chiara membuat hari-harinya seolah suram.Memang ia masih bisa menemui sang anak selama Chiara dalam pengasuhan mantan suaminya itu, tetapi dalam waktu yang sangat terbatas dan tentu saja harus mengikuti aturan Radit. Tidak bisa bertemu dan menumpahkan rindu dengan leluasa.Irena sangat menyesali hari-hari yang telah lewat. Ia terlalu sibuk bekerja hingga waktu untuk bersama Chiara sangat sedikit. Dan itu ternyata membuat Chiara lebih dekat dengan aya

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   196. PASRAH

    Pram mengganjal kepalanya dengan kedua tangan. Kini ia berbaring di sofa dengan tatapan lurus ke langit-langit. Ada banyak hal berputar-putar di kepalanya. Entah apa yang akan terjadi setelah ini.Puspita tidak memberikan jawaban apa pun. Dan ia memang sengaja memberikan waktu untuk istrinya itu untuk memikirkan masak-masak keputusannya. Dan apa pun nanti yang akan dikatakan wanita itu, ia harus siap. Bahkan hal terburuk sekalipun.Pram tidak ingin lagi menyakiti hati wanita itu. Sudah terlalu sering ia membuat Puspita terluka. Dan jika dengan menjauh darinya bisa membuat wanita itu bahagia, akan ia lakukan. Tidak ada lagi paksaan, tidak akan ada lagi drama. Ia juga tak akan menggunakan Prily sebagai alasan untuk menahan Puspita tetap di sisinya.Prily harus bisa tanpa Puspita jika wanita itu sudah tak lagi menghendaki mereka di sisinya. Dan tugasnya adalah membuat Prily mengerti, walaupun ia belum tahu apa yang harus ia lakukan nanti untuk membuat anak itu lepas.Entah sudah berapa b

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   195. APA YANG KAMU INGINKAN?

    Pramudya berjongkok di hadapan Prily, tangannya mengelus lembut punggung gadis kecil itu yang terus memeluk Puspita erat. Wajahnya berusaha menampilkan kelembutan, tapi sorot matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam. Rasa bersalah.Selama perjalanan mereka menuju unit, Prily bahkan terus berjalan di samping kursi roda Puspita, seolah merasakan firasat yang kurang baik. Lalu, setelah mereka tiba, ia sama sekali tak ingin melepaskan wanita yang sudah dianggapnya ibu kandung itu."Sayang, sama Mbak Sari dulu, ya? Mama mau istirahat dulu biar cepat sembuh," bujuk Pram dengan suara selembut mungkin.Prily bukannya melepaskan pelukan di pinggang Puspita, tetapi justru semakin erat. Kepalanya menggeleng dan menyuruk."Lily butuh tidur siang supaya nanti bisa main lagi, ya. Ayo ikut Mbak Sari, ganti baju dulu, keringatan," lanjut Pram.Prily menggeleng semakin kuat, wajah mungilnya menekan perut Puspita. "Nggak mau. Lily mau tidur sama Mama."Puspita mengusap kepala Prily dengan tatapan l

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   194. SALAH FAHAM ITU

    Puspita merasakan dunianya berguncang. Kata-kata Haidar seperti pukulan telak yang mengusik keyakinannya selama ini. Ia selalu berpikir bahwa Haidar pergi meninggalkannya begitu saja, tetapi jika yang dikatakan pria itu benar, maka ada seseorang yang dengan sengaja menjauhkan mereka.“Ini tidak mungkin,” gumamnya lirih, matanya menatap tajam ke arah Haidar. “Bukannya selama ini Akang yang ninggalin aku? Akang yang membatalkan rencana kita? Akang yang mundur karena orang tua Akang tidak setuju karena aku seorang janda dan hanya wanita miskin?”“Itu tidak benar. Orang tua Akang bahkan terus menanyakan janji Akang yang akan membawa kamu pada mereka. Mereka sangat ingin bertemu kamu, Pita. Mereka mengira Akang sedang berhalusinasi tentang kamu karena kenyataannya kamu tidak ada.” Haidar menjelaskan dengan suaranya yang serak.Puspita menggeleng keras. Matanya memanas. “Ini tidak mungkin, Kang. Tidak mungkin … Akang yang ninggalin aku.”Haidar mengembuskan napas panjang. "Tapi kenyataannya

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   193. DINGIN

    Malam ini, kamar yang biasanya terasa hangat oleh percakapan ringan dan tawa kecil kini diselimuti kesunyian yang menyesakkan. Puspita sudah lebih dulu berbaring, membelakangi Pramudya, seolah menutup dirinya dari segala bentuk interaksi. Biasanya, sebelum tidur, ia akan menunggu Pram mendekat, mengusap punggungnya yang lelah, lalu mereka akan bercanda—entah soal hal-hal kecil yang terjadi hari itu atau tentang Prily yang selalu meminta perhatian berlebihan padahal Puspita belum pulih. Tapi malam ini berbeda.Pramudya berdiri di ambang tempat tidur, menatap punggung Puspita yang tak bergerak. Napasnya teratur, tapi Pram tahu istrinya belum tidur. Sejenak, ia ingin mengulurkan tangan, menyentuh bahunya, mengembalikan kebiasaan mereka yang telah terbangun begitu lama. Namun, sesuatu yang tak kasatmata menghalangi langkahnya. Ada dinding tak terlihat yang kini memisahkan mereka.Tanpa suara, Pram naik ke tempat tidur, berbaring dengan posisi yang berlawanan. Biasanya, ia akan langsung me

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   192. BERBEDA

    Puspita memejamkan matanya, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan sesaat setelah pintu kamarnya tertutup. Tadi, Prily memeluk pinggangnya erat. Tidak mau melepaskannya, tetapi Pram terus membujuk anak itu hingga akhirnya berhasil membawanya keluar dari sana.Entahlah, kenapa situasi kembali seperti ini. Padahal hidupnya sudah terasa tenang meski belum sepenuhnya pulih. Bersama Pram dan Prily ia bahagia di sini meski sedang menjalani pengobatan. Siapa sangka kehadiran Haidar membuat semuanya berbeda.Puspita memijat pelipisnya. Mencoba mengingat kejadian sebelum ia kehilangan kontak dengan pemuda satu kampungnya itu. Benar-benar tidak ada perpisahan di antara mereka, hingga ia sempat masih berharap.Lalu setelah lama tidak ada kabar dari pemuda itulah ia mulai membuka hati untuk Pram. Saat itu ia mengira orang tua Haidar tidak menyetujui hubungan mereka karena dirinya hanya seorang wanita miskin, janda pula. Tentu saja Haidar yang anak pemilik perkebunan dan pabrik teh di sana diha

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status