Share

26. SENDIRI LAGI

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2024-11-16 23:24:20

Puspita menggelengkan kepala. Hatinya mulai sakit mendengar kata-kata sepupunya.

"Pergi! Apa kamu tidak dengar!?" Tika meninggikan suara dengan tangan mengacung-ngacung kasar.

Namun, karena Puspita malah mematung di tempatnya, Tika berjalan kasar menuju lemari pakaian di mana Puspita ikut menaruh bajunya di sana.

Dengan sangat kasar, Tika menarik tumpukan baju Puspita hingga sebagian berserakan di lantai. Baju yang sudah di tangannya, ia lemparkan ke lantai, lalu ia tendang keluar seperti sedang kesetanan.

“Pergi!” Tika kemudian mendorong Puspita dengan keras, lalu membanting pintu tepat di depan wajah Puspita.

Wanita berjilbab itu hanya diam, menahan sesak di dalam dada sembari membungkuk dan memunguti pakaiannya yang berserakan, lalu memasukkan ke dalam tas yang tadi juga dilemparkan Tika.

Kini, Puspita menyandar lemah di dalam taksi. Matanya terpejam kuat, lelehan air yang mengalir di pipinya terasa hangat.

Selama ini, bukan karena ia tidak sanggup membayar kost sendiri jika ikut
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Masih pagi tapi sudah ada 2 cogan yang dtg mencari Puspita
goodnovel comment avatar
Tatti Hadinoto
waduh gawat ada saingannya ...‍♀️
goodnovel comment avatar
Nathalie Simatupang
makin rameeee....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   27. DUA ORANG PRIA

    Pram membalikkan badan dengan gerakan cepat begitu mendengar suara itu. Tatapannya langsung bertemu dengan Haidar, pria yang ia yakini memiliki ketertarikan khusus pada Puspita.Haidar melangkah maju, mengabaikan tatapan tajam Pram. Kini, keduanya berdiri bersebelahan menghadap Tika.“Apa maksudnya Puspita sudah pergi? Tika, dia pergi ke mana?”Tika, yang masih berdiri di balik pintu, tampak jengkel karena situasi ini. “Aku sudah bilang, dia pindah. Urusan kalian dengan Puspita seharusnya tidak lagi melibatkan aku,” jawabnya ketus.“Tapi ke mana dia pindah?” desak Haidar.Tika menghela napas, jelas kesal dengan pertanyaan yang berulang-ulang. “Aku nggak tahu, dan aku nggak peduli. Jadi, berhenti mengganggu aku!”Dengan itu, Tika mendorong pintu dengan kuat, menutupnya tanpa memberi kesempatan kepada keduanya untuk bertanya lebih lanjut. Pram dan Haidar hanya bisa berdiri di depan pintu yang kini terkunci rapat. Keduanya saling lirik dengan kaku.“Anda masih mencari Puspita, Pak? Buka

    Last Updated : 2024-11-17
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   28. KEDATANGANNYA

    Puspita keluar dari bangunan tempatnya mengikuti kelas. Ia berbaur dengan beberapa orang yang memiliki kepentingan sama. Ia menyeka keringat di pelipisnya yang dingin oleh udara lembap. Langit tampak murung, seolah siap mencurahkan hujan kapan saja. Dia mendesah pelan, memandang jalanan yang ramai dengan orang-orang yang bergegas pulang.Di tangannya, buku catatan kecil tergenggam erat. Hari pertamanya di kelas kesetaraan cukup menantang, tapi dia merasa puas. Ia akhirnya bisa memulai lagi sesuatu yang dulu sempat ia tinggalkan. Namun, tubuhnya terasa lemas, dan pikirannya penuh berbagai hal.Kurang tidur karena masih adaptasi di kost baru, memikirkan perilaku Tika yang tak pernah diduganya, serta otaknya yang dipaksa mencerna pelajaran setelah lama tak bersentuhan, membuat kepalanya berdenyut.Puspita berjalan lunglai menuju halte terdekat. Angin kencang yang membawa serta daun kering dan debu seolah ingin menerbangkan tubuhnya. Wanita itu duduk di bangku halte, di mana hanya ada beb

    Last Updated : 2024-11-18
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   29. RENCANA HAIDAR

    Puspita menutup pintu kost, lalu bersandar di baliknya. Matanya terpejam, wajahnya menengadah. Tangannya memeluk buket bunga yang diberikan Haidar tadi siang. Hatinya berbunga-bunga, tapi juga diliputi kegundahan.Terbayang semua yang dikatakan Haidar di mobil saat mengantarnya barusan.“Akang, maaf. Aku mau meminta penjelasan yang tadi,” ucapnya setelah mobil mulai meninggalkan kampus dan berbaur dengan kendaraan lain di jalanan. Tadi, ia terpaksa menahan rasa penasaran karena harus bekerja. Kini, dalam perjalanan pulang, rasa penasaran itu harus terbayarkan.“Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu?” lanjutnya sambil menatap lekat.Haidar tersenyum kecil, kedua tangannya mantap menggenggam kemudi. “Kenapa?” Ia balik bertanya sambil menoleh.“Tidak mau Akang kenalkan sebagai calon menantu?” Haidar menjeda kalimatnya. “Kalau kamu tidak mau dikenalkan sebagai calon menantu, Akang kenalkan sebagai calon istri saja, ya?” Kedua alis Haidar turun-naik.Puspita memejam sebentar, lalu memperbaik

    Last Updated : 2024-11-18
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   30. KALAH

    Puspita masih berdiri mematung di depan gerbang kampus. Kakinya seolah tertanam ke dalam tanah. Jantungnya berhenti bekerja untuk beberapa saat, sebelum akhirnya justru memacu lebih dari yang seharusnya.“Mama …!” Seruan riang itu semakin terdengar jelas dan dekat. Hingga sebuah pelukan kecil terasa di kaki Puspita. Pelukan yang sangat familier hingga rasanya tidak pernah ia lupakan.“Mama ….” Kali ini panggilan itu terdengar dari bawah tubuh Puspita disertai tarikan kecil di ujung kaus panjangnya. “Mama … Ii kangen ….”Tarikan di ujung kaus Puspita semakin bertambah kuat. Sementara pandangan Puspita masih ke depan. Menatap kosong wajah Pram yang masih berdiri di dekat mobilnya dengan tatapan penuh harap.Puspita masih di sini. Mematung di tempatnya tanpa menundukkan wajahnya meski panggilan di bawah sana sudah berubah menjadi rengekan. Ia tidak mau kalah. Bayangan perlakuan Pramudya selama pernikahan mereka, lalu tuduhan kejam dan talak yang jatuh tidak di tempat layak yang disertai p

    Last Updated : 2024-11-19
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   31. PENYESALAN VS MASA DEPAN

    Mobil Pram melaju dengan kecepatan sedang di tengah jalan yang mulai sepi. Tidak ada suara apa pun yang terdengar di dalam mobil selain deru mesin. Pram tidak memegang kemudi karena sengaja membawa sopir dan pengasuh untuk rencana mempertemukan Prily dengan Puspita ini.Pandangan pria yang duduk di samping sopir itu terpaku lurus ke depan, tetapi pikirannya melayang jauh ke tempat lain. Kepergian Puspita tanpa basa-basi dari restoran tadi masih membekas di benaknya.“Prily punya ayah kaya yang—dengan uangnya bisa melakukan apa pun untuk membahagiakannya.”Kalimat itu berulang-ulang bergema di telinganya. Nadanya dingin, tapi penuh luka. Pram mengepalkan tangan. Kenapa kalimat sederhana itu menusuknya lebih dalam dari apa pun yang pernah ia dengar?Karena ia tahu itu sindiran telak. Sebab, ia pernah menuduh Puspita hanya ingin uangnya. Lebih dari itu, ia bahkan menuduh Puspita rela melakukan apa pun demi bisa menjadi istri pria kaya meski harus menjadi istri kedua, ketiga, bahkan keemp

    Last Updated : 2024-11-20
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   32. BUKU ITU....

    Pram yang sudah tiba di rumah, melangkahkan kakinya dengan berat memasuki ruang tamu yang kosong. Rumahnya memang selalu terasa sepi, tetapi malam ini terasa lebih mencekam.Ia duduk di sofa setelah tiba di kamarnya. Kepalanya bersandar, dan matanya menatap langit-langit. Lagi-lagi, bayangan Puspita memenuhi pikirannya. Tangan kanannya memijat pelipis, sementara hati dan pikirannya semakin kacau. Ia memejamkan mata, mencoba menenangkan diri, tetapi malah ingatan lebih banyak menyeruak.Semua pengabaian dan tuduhan yang pernah ia lontarkan kepada Puspita seperti senjata yang kini menusuk balik ke dadanya sendiri. Ia sadar, wanita itu mungkin tidak akan pernah memaafkannya.Namun, lebih dari rasa bersalah, ada ketakutan besar yang kini mulai tumbuh di hatinya. Ketakutan kehilangan Puspita selamanya.Pram berdiri tiba-tiba, lalu melangkah ke meja di sudut kamar. Ia berniat membuka-buka album kenangannya dengan Soraya, siapa tahu dengan begitu kegundahan hatinya sedikit terobati. Rasanya

    Last Updated : 2024-11-20
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   33. PAPA JANJI

    Pagi ini, kepala Pram terasa berat seperti dihantam palu berkali-kali. Malam yang ia habiskan tanpa tidur membuat tubuhnya lunglai, sementara pikirannya penuh sesak dengan bayangan Puspita dan tulisan Soraya di buku harian itu.Pram membuka matanya perlahan, berusaha bangkit dari tempat tidur. Ketukan di pintu dan suara tangisan yang berbaur membuatnya terlonjak."Papa! Papa …!" teriak suara kecil Prily dari luar pintu di antara tangisnya.Pram buru-buru berjalan dan membuka pintu. Pintu terbuka, menampilkan Prily yang berdiri dengan mata merah, wajah kusut, napasnya tersengal, dan tangan kecilnya menggenggam boneka lusuh pemberian Puspita."Papa, Mama di mana?" tanya Prily dengan suara cadelnya yang bercampur tangisan. Wajahnya menengadah, mata merahnya yang basah membuat hati Pram mencelos.Pria itu berlutut, menatap putrinya yang tampak rapuh. Ia yakin saat terbangun tadi, sang anak langsung mencari Puspita yang dikiranya akan kembali ke rumah itu seperti dulu.Pram memegang kedua

    Last Updated : 2024-11-21
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   34. JAWABAN PUSPITA

    Pagi itu, fajar baru menyingsing di ufuk timur. Mengantar matahari yang akan segera hadir menyapa alam semesta. Namun, seperti pagi-pagi sebelumnya, Puspita sudah siap untuk pergi bekerja. Walaupun kosnya kini lebih dekat dengan kampus, kebiasaan bangun pagi dan beres-beres sudah terjalin sejak ia masih di kos Tika.Puspita duduk di tepi ranjang, memandangi layar ponselnya. Ada semacam rasa lega di dadanya. Bahkan, semalam ia bisa tidur dengan nyenyak karena sudah punya keputusan untuk hidupnya. Ia mulai mengetik pesan dengan penuh keyakinan, jemarinya bergerak cepat.[Assalamualaikum, Kang, kalau ada waktu luang, temui aku jam tiga sore, ya. Sebelum aku pergi ke kelas kesetaraan.]Ia menekan tombol "kirim" dengan senyum tipis tersungging. Wajahnya berseri-seri. Ada perasaan ringan di hatinya—sebuah keyakinan bahwa keputusan ini adalah jalan terbaik untuk melangkah maju.Belakangan ini, Haidar selalu ada untuknya, mendengarkan keluh kesahnya tanpa menghakimi, menawarkan dukungan tanpa

    Last Updated : 2024-11-22

Latest chapter

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   286

    “Kok, pergi?” Prabu bergumam heran, tubuhnya otomatis bangkit berdiri dari belakang meja.Tanpa menghiraukan panggilan sekretarisnya yang terdengar risih, Prabu segera melangkah cepat ke arah pintu.“Pak Prabu, ini belum selesai tanda tangannya—”Tapi Prabu tidak mendengarkan. Langkahnya mantap, menyusul sosok wanita yang baru saja keluar dengan wajah dingin dan sorot mata menusuk.“Andini!” panggilnya dari belakang.Namun wanita itu tak menoleh. Ia terus berjalan cepat melewati lorong kantor yang dipenuhi aktivitas siang hari. Tumit sneakers-nya berdetak keras melawan lantai marmer, berpacu dengan degup jantungnya yang tak kalah gaduh.“Andini! Tunggu!”Panggilan itu tak dihiraukan. Perasaan aneh mulai bercokol di dada Andini. Ia menyesal datang. Menyesal membawa sesuatu yang bahkan sekarang terasa konyol. Di tangannya tergenggam kotak makan berisi grilled salmon, makanan kesukaan Prabu. Ia tahu dari Oma tadi pagi.Andini sengaja memasak sendiri. Ia ingin memberi kejutan dengan tiba-

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   285.

    Andini menghela napas pelan sambil merapikan kerudung kemarin yang dipakainya lagi. Kemeja putih Prabu yang kebesaran kini sudah terganti dengan satu yang sedikit lebih pas—setidaknya tidak membuatnya terlihat seperti memakai daster laki-laki. Ia menemukan kemeja berwarna biru tua di dalam lemari, mungkin milik Prabu saat masih bujangan. Untuk bawahannya, ia beruntung menemukan celana jeans yang tampaknya sudah lama tidak dipakai.“Lumayan…” gumamnya pelan sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Meski masih kebesaran di beberapa bagian, setidaknya ia tidak terlihat seperti peserta lomba kostum paling nyeleneh pagi itu.Di belakangnya, Prabu bersandar di pintu sambil melipat tangan di dada. Kepalanya menggeleng pelan.Mereka keluar kamar setelah Andini merasa rapi, dan belum sempat mereka melangkah, mereka berpapasan dengan Puspita dan Pram yang juga sepertinya baru keluar kamar. Tangan keduanya yang saling mengait mesra menandakan bahwa mereka pasangan yang paling bahagia pagi ini.

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   284. TIDAK APA-APA

    Andini menahan napas, seluruh tubuhnya kaku seperti patung lilin. Jari-jarinya masih menempel di pipi Prabu, sementara matanya tak berkedip memandang lelaki itu yang kini membuka mata.Waktu seperti berhenti. Detik terasa seperti menit.Prabu menatapnya dalam diam. Tak ada ekspresi. Tak ada teguran. Tapi juga… tak ada senyum.Andini panik. Apa Prabu marah karena ia sudah lancang? Ah, ia sudah siap jika saja pria itu akan memarahinya.Namun tepat ketika ia hendak membuka mulut untuk meminta maaf atau sekadar mencari alasan, mata Prabu perlahan terpejam lagi. Tubuhnya bergeser sedikit, dan suara napasnya kembali terdengar pelan.“…Din…” gumamnya lirih, nyaris seperti bisikan dari alam mimpi.Andini menegakkan tubuhnya perlahan. “Mas?” tanyanya pelan, ragu.Tak ada jawaban. Hanya dengkuran lembut sebagai balasan.Andini mematung beberapa detik sebelum menjatuhkan diri ke kasur, punggungnya menghantam ranjang dengan lemas.“Ya Allah…” desahnya lega. “Dia cuma mengigau. Ya ampun, aku kira

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   283. BALADA BAJU DINAS

    Prabu mengangkat alis, meluaskan matanya. “Hmm… ya, ini Oma yang menyiapkan. Kamu bisa pilih salah satunya untuk malam ini,” ujarnya tanpa menoleh. Matanya masih menyapu seluruh koleksi baju di dalam lemari sambil menahan senyum.Andini mendesah frustrasi. Tangannya bersedekap di depan dada. “Aku tidak ganti baju saja,” ujarnya akhirnya, lalu berjalan pelan dan duduk di tepi ranjang. Ada rasa kesal, malu, dan bingung bercampur jadi satu di dalam hatinya. Situasi ini sungguh di luar dugaan.Prabu menutup pintu lemari perlahan, lalu berjalan mendekat ke arah Andini. Tatapannya lembut, tetapi suaranya mengandung ketegasan yang halus. “Ganti saja, tidak apa-apa. Itu sudah Oma siapkan buat kamu.”Andini mendongak, menatapnya sejenak lalu membuang pandangan lagi. “Aku tidak mungkin memakai pakaian seperti itu, Mas.”“Kenapa?” tanya Prabu, mengangkat satu tangannya, seolah benar-benar tidak mengerti.Wajah Andini memerah. Bibirnya mengatup rapat, mencoba menahan jawaban yang sebetulnya sudah

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   282. ADA KECOA?

    “Prilly sudah tidur?” tanya Andini dengan berbisik saat melihat Puspita bangkit dari ranjang Prilly. Mereka kini berada di dalam kamar di mana Chiara dan Prilly berbagi kamar. Ada dua tempat tidur kecil yang berdampingan di sana. Sengaja disediakan seperti itu agar saat kedua anak itu menginap mereka bisa menghabiskan waktu berdua.Puspita mengangguk. “Sudah, Mbak. Chiara bagaimana?” tanya Puspita balik, juga dengan berbisik.“Sudah,” Andini menjawab pelan sebelum bangkit dan merapikan selimut Chiara.Keduanya lalu keluar dari kamar itu setelah memastikan anak-anak lelap. Mereka baru saja membacakan dongeng pengantar tidur.“Chiara biasa dibacakan buku, ya?” tanya Andini setelah menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati agar anak-anak tidak terganggu dengan suaranya.“Iya, Mbak. Sejak lahir kan, Prilly memang sama aku, jadi setiap mau tidur aku biasakan baca dongeng biar gampang tidurnya. Waktu dia baru lahir aku malah tidur sekamar sama dia, biar gampang kalau dia nangis.”“Ibunya?

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   281. BERARTI

    Suara lembut gesekan sendok dan garpu berpadu harmonis dengan dentingan piano klasik yang dimainkan langsung oleh seorang pianis profesional di sudut ruangan. Lampu gantung kristal berkilau di atas meja makan panjang berlapis taplak renda putih gading, menambah kesan megah di ruang makan utama kediaman keluarga Bimantara.Andini nyaris tak bisa memercayai semua ini. Ia berada di antara keluarga suaminya yang merupakan salah satu konglomerat negeri ini. Opa Rangga—pemilik kerajaan bisnis Bimantara Group—menyambutnya dengan pelukan dan senyum tulus sejak mereka tiba tadi sore. Bahkan Chiara dipeluk hangat oleh Oma, sebelum seorang pelayan membawanya menuju ruang bermain yang diisi segala jenis mainan edukatif impor.Benar-benar penyambutan sempurna untuk seseorang yang menjadi bagian keluarga itu pun tidak sengaja dan tanpa rencana. Sesuatu yang tidak pernah dirasakan oleh kakaknya dulu, kini justru didapatkan secara utuh olehnya. Rasa haru dan syukur membuncah di dada Andini, namun tet

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   280. BAJU DINAS

    Mungkin Prabu memang beruntung pernah memperistri Irena, tapi dirinya … ah, rasanya itu tidak mungkin. Tak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Bahkan menyiapkan sarapan pagi saja masih kerepotan.Andini tersenyum kaku sebelum akhirnya membuka suara lagi. “Kamu udah lama nikah, ya?”Puspita yang saat itu sedang menekuri ponselnya karena baru saja ada pesan masuk, menoleh sekilas. “Belum sampai dua tahun, Mbak,” jawabnya, tangan masih sibuk membalas pesan.“Jadi, kamu nikah umur dua puluh?”“Iya.”“Wah, hebat. Kamu nikah usia muda, tapi langsung bisa ngurus rumah tangga. Ngurus suami, ngurus anak sambung.”Puspita melirik lagi sedikit, lalu kembali pada ponselnya. Bibirnya menahan senyum. “Aku kan, dulu pembantu sebelum nikah sama Mas Pram, Mbak. Jadi, hal seperti itu sudah biasa kulakukan.”“Apa? Pembantu?” suara Andini terdengar sedikit lebih keras dari sebelumnya.“Hmmm…” Puspita mengangguk dan tersenyum lembut. “Aku pembantu di rumah Mas Pram. Bu Soraya, istri pertama Mas Pram y

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   279. IPAR

    Andini melangkah perlahan menyusuri lorong rumah sakit, aroma disinfektan menyambut tiap hembusan napasnya. Dari balik kaca besar ruang NICU, matanya tertuju pada satu inkubator kecil yang menampung makhluk mungil bernama Raja. Ia berdiri dalam diam, menatap dengan tatapan sendu dan penuh rindu. Setiap hari, ada rasa khawatir sekaligus harapan yang bertarung dalam dadanya.Entah sampai kapan Raja akan di sana, karena sampai saat ini pihak rumah sakit belum melaporkan perkembangan signifikan. Menurut mereka, butuh waktu berbulan-bulan hingga ia tumbuh normal seperti bayi yang lahir cukup bulan.Namun, ia dan Prabu akan menunggu waktu itu tiba. Waktu di mana Raja bisa mereka peluk dan bawa pulang. Untuk saat ini, Raja mungkin masih betah di sini karena merasakan ibunya setiap saat. Secara, ini rumah sakit tempat sang ibu bekerja.“Masih tidur, ya?” suara lembut menyapa dari sampingnya.Andini menoleh. Puspita berdiri di sana tanpa ia sadari kedatangannya. Adik iparnya itu tampak begitu

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   278. HATI YANG MENGHANGAT

    Prabu dan Chiara bersiap-siap berangkat. Andini membantu membetulkan dasi kecil di leher Chiara yang kini berseragam rapi. Prabu berdiri di dekat pintu, menggenggam tas kerja dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menggandeng jemari mungil Chiara.“Hati-hati di jalan, ya,” ucap Andini sambil tersenyum lembut, berdiri di ambang pintu. Ia melambaikan tangan kecilnya—kebiasaan yang mulai terasa hangat setiap pagi.Prabu tersenyum, dan Chiara balas melambaikan tangan. “Kami berangkat dulu, Onti, eh maaf … Mama ….” Chiara menutup mulut dengan lima jari mungilnya.Andini berkedip lembut seraya mengulum senyum. Semua hanya butuh waktu saja sampai mereka terbiasa, karena sejatinya ia pun sedang beradaptasi. Anak sekecil Chiara sudah bagus bisa cepat tanggap.Prabu dan Chiara akhirnya berjalan menyusuri lorong apartemen. Suara ketukan sepatu mereka yang bergema bagai simfoni yang mengalun lembut, membelai dada Andini.Wanita itu masih berdiri di sana, memandangi punggung keduanya yang p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status