Share

33. PAPA JANJI

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2024-11-21 16:37:43

Pagi ini, kepala Pram terasa berat seperti dihantam palu berkali-kali. Malam yang ia habiskan tanpa tidur membuat tubuhnya lunglai, sementara pikirannya penuh sesak dengan bayangan Puspita dan tulisan Soraya di buku harian itu.

Pram membuka matanya perlahan, berusaha bangkit dari tempat tidur. Ketukan di pintu dan suara tangisan yang berbaur membuatnya terlonjak.

"Papa! Papa …!" teriak suara kecil Prily dari luar pintu di antara tangisnya.

Pram buru-buru berjalan dan membuka pintu. Pintu terbuka, menampilkan Prily yang berdiri dengan mata merah, wajah kusut, napasnya tersengal, dan tangan kecilnya menggenggam boneka lusuh pemberian Puspita.

"Papa, Mama di mana?" tanya Prily dengan suara cadelnya yang bercampur tangisan. Wajahnya menengadah, mata merahnya yang basah membuat hati Pram mencelos.

Pria itu berlutut, menatap putrinya yang tampak rapuh. Ia yakin saat terbangun tadi, sang anak langsung mencari Puspita yang dikiranya akan kembali ke rumah itu seperti dulu.

Pram memegang kedua
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Saulina Simbolon
janji ya pram..
goodnovel comment avatar
Kenzo Nova Yandi
gemes dah am biang kerok..pke nguping sgala
goodnovel comment avatar
Fahriani Bidaria
dari awal bc part ini ikut mewek trs
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   34. JAWABAN PUSPITA

    Pagi itu, fajar baru menyingsing di ufuk timur. Mengantar matahari yang akan segera hadir menyapa alam semesta. Namun, seperti pagi-pagi sebelumnya, Puspita sudah siap untuk pergi bekerja. Walaupun kosnya kini lebih dekat dengan kampus, kebiasaan bangun pagi dan beres-beres sudah terjalin sejak ia masih di kos Tika.Puspita duduk di tepi ranjang, memandangi layar ponselnya. Ada semacam rasa lega di dadanya. Bahkan, semalam ia bisa tidur dengan nyenyak karena sudah punya keputusan untuk hidupnya. Ia mulai mengetik pesan dengan penuh keyakinan, jemarinya bergerak cepat.[Assalamualaikum, Kang, kalau ada waktu luang, temui aku jam tiga sore, ya. Sebelum aku pergi ke kelas kesetaraan.]Ia menekan tombol "kirim" dengan senyum tipis tersungging. Wajahnya berseri-seri. Ada perasaan ringan di hatinya—sebuah keyakinan bahwa keputusan ini adalah jalan terbaik untuk melangkah maju.Belakangan ini, Haidar selalu ada untuknya, mendengarkan keluh kesahnya tanpa menghakimi, menawarkan dukungan tanpa

    Last Updated : 2024-11-22
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   35. CARA LAIN

    Pukul lima sore Pram turun dari mobilnya bersama Prily di depan gerbang kampus seperti kemarin. Meski sangat lelah sepulang kantor ditambah istirahat yang kurang, sang pria tetap menunaikan janjinya. Ia sudah tak lagi memikirkan dirinya sendiri, yang terpenting baginya adalah kebahagiaan sang putri.Pria itu menatap bangunan kantin dengan penuh harap. Belum banyak yang bisa ia lakukan untuk memenuhi keinginan Prily selain membawa sang anak ke sana lagi. Pikirannya saat ini sangat buntu. Jadwal istirahat dan makan yang berantakan, penyesalan mendalam, juga kekhawatiran akan pertumbuhan Prily membuatnya hanya mampu melakukan ini. Ia berharap bisa mempertemukan Prily dengan Puspita seperti kemarin.Prily menggenggam tangan ayahnya erat, wajah kecilnya penuh harap. Ia bahkan tidak mau digendong agar saat bertemu Puspita bisa langsung berlari memeluknya."Papa, mana Mama?" tanyanya sambil menengadah karena setelah sekian lama, orang yang dinantinya tidak kunjung kelihatan."Kita tunggu seb

    Last Updated : 2024-11-22
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   36. DUNIA SEMPIT

    Prily masih menangis di dalam mobil, suara tangisannya memenuhi kabin dengan nada melengking yang semakin memukul hati Pram. Pengasuhnya mencoba menenangkan dengan menyodorkan botol susu, tetapi bocah itu menepisnya dengan keras hingga botol terlempar ke lantai."Mama … Ii mau Mama …!" jeritnya, tubuh kecilnya mulai gemetar karena kelelahan.Pram mengusap wajahnya, berusaha menahan kesabaran yang kian tipis. Dengan nada lembut, ia mencoba menenangkan, "Sayang, nanti Papa cari Mama, ya? Sekarang kita pulang dulu. Sudah mau malam.""Ii nggak mau pulang! Ii mau Mama …!" teriak Prily, tangisnya berubah menjadi tantrum yang lebih parah. Tubuh mungil itu mulai menendang-nendang jok mobil dengan keras hingga sang pengasuh kewalahan.Tiba-tiba, suara Prily hilang. Anak itu memegangi perutnya, lalu tanpa aba-aba, sesuatu menyembur dari mulutnya. Ia muntah. Pram dan pengasuhnya terkejut.Sang pengasuh langsung berusaha membersihkan anak itu sebisa mungkin. Sopir menoleh ke belakang dengan wajah

    Last Updated : 2024-11-23
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   37. IBU YANG TEGA

    "Mama?"Puspita membeku. Kata itu bergema di telinganya, menyisakan denyut rasa bersalah yang tak tertahankan. Ia menunduk menatap Prily, anak kecil yang memeluk kakinya erat, menangis penuh keputusasaan.“Mama, Ii mau Mama!” Prily meratap dengan isakan terputus-putus, sementara Puspita masih terlalu terkejut untuk bergerak.Di hadapannya, Haidar berdiri mematung. Sorot matanya penuh tanya. Ia menatap Puspita, lalu Pram, sebelum akhirnya kembali memusatkan pandangannya pada Puspita.“Mama?” ulang Haidar dengan suara rendah, mencoba memastikan apa yang baru saja ia dengar.Puspita mengerjapkan mata, mulutnya terbuka untuk menjawab, tetapi tak satu pun kata berhasil keluar. Jantungnya berdetak kencang, hampir tak bisa bernapas. Ia tahu pertanyaan itu akan datang, tetapi tidak pernah membayangkan harus menjawabnya di saat seperti ini.Pram yang sedari tadi mengamati situasi itu dengan tajam, memanfaatkan kebisuan Puspita. Ia melangkah maju, berdiri di antara mereka dengan tubuh tegap, tat

    Last Updated : 2024-11-24
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   38. KENYATAAN ITU

    Haidar menatap Puspita dengan sorot tak terbaca. Kata-kata terakhir Pram seolah memukulnya tepat di dada. Tubuhnya tegang, rahangnya mengeras, tetapi ia masih berusaha tetap tenang. Bagaimanapun, ia belum mendengar penjelasan apa pun dari Puspita. Semua baru dari versi pengakuan Pram saja.Meski terlihat jelas apa yang terjadi—melihat Prily yang begitu menempel—ia tak lekas menelan mentah informasi yang Pram sampaikan."Pita, apa arti semua ini?" tanyanya, suaranya berat, penuh kekecewaan. Tatapan Haidar sulit dibaca, tetapi jelas menunjukkan rasa dikhianati.Puspita menelan ludah. Wajahnya memucat, tetapi ia memaksa dirinya tetap tenang. "Aku bisa jelaskan, Kang," katanya, memandang Haidar penuh harap. "Ini tidak seperti yang Akang pikirkan."Pram yang melihat itu tersenyum miring. Ia sangat yakin Haidar akan shock mengetahui kenyataan ini. Seperti dugaannya, Puspita tidak pernah menceritakan yang sebenarnya. Pram bahkan yakin sebentar lagi Haidar akan meninggalkan Puspita.“Akang per

    Last Updated : 2024-11-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   39. KERESAHAN PUSPITA

    Suasana mobil terasa sangat panas, padahal pendingin dinyalakan. Kabin mobil juga terasa lebih sempit dirasakan Puspita seiring kalimat Haidar barusan. Mungkin karena dadanya yang sesak.Puspita tertegun. Kalimat Haidar memang datar, tapi sangat tajam. Jantungnya seperti tertikam ribuan duri. Ia tahu Haidar sedang mencoba memahami situasi, tetapi pertanyaan itu tetap menyayat hatinya.“Apa Akang pikir Prily ini anakku?” Puspita balik bertanya dengan hati perih.Haidar hanya mengerjap tanpa menanggapi. Memang janggal jika Prily adalah anak kandung Puspita. Puspita baru dua puluh tahun, sedangkan Prily sudah lebih dari dua tahun. Lagipula, Puspita mengatakan hanya menikah selama satu tahun. Namun, segala sesuatu bisa saja terjadi."Prily bukan anak kandungku, Kang." Puspita menjelaskan lirih, memandang Haidar yang akhirnya menoleh padanya, menunggu penjelasan lebih lanjut. "Dia anak Pak Pram dan... istrinya yang sudah meninggal."Haidar masih diam, hanya menatapnya sekilas dengan ekspres

    Last Updated : 2024-11-26
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   40. APA INI?

    "Kalau Akang merasa keberatan atau ragu, Pita tidak akan memaksa. Semua keputusan ada di tangan Akang," ujar Puspita lirih sebelum turun dari mobil, suaranya nyaris tenggelam dalam desau angin yang masuk dari jendela yang sedikit terbuka.Haidar diam, tatapannya kosong ke depan. Puspita tersenyum tipis, lebih kepada dirinya sendiri, mencoba menguatkan hati. Ia melangkah turun, meninggalkan Haidar yang masih terpaku di belakang kemudi.**Di kamar kosnya, Puspita duduk bersandar pada dinding. Matanya menatap kosong ke arah lemari kecil yang setengah terbuka. Sebuah cermin kecil menggantung di pintu lemari itu, memperlihatkan bayangan dirinya yang terlihat lebih tua dari usianya. Wajahnya tampak lelah, seakan bertahun-tahun masalah telah melumat energinya.Puspita menghela napas panjang, lalu menyandarkan kepalanya ke lutut yang terlipat. "Mungkin dia memang tidak ingin melanjutkan," gumamnya pada diri sendiri, suaranya hampir tak terdengar.Bayangan perbincangan di mobil tadi kembali m

    Last Updated : 2024-11-27
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   41. FITNAH KEJI

    Puspita berdiri mematung, darahnya terasa mengalir deras ke kepala. Tubuhnya kaku, sementara pikirannya berkecamuk. Apa yang baru saja ia dengar? Fitnah itu terlalu kejam untuk diterima akal sehat.Wanita itu meremas tas kecil yang ia bawa, jemarinya gemetar menahan marah, bingung, sekaligus sakit hati. Suara sindiran dari Santi dan Rina terngiang-ngiang di telinganya.Apakah semua orang benar-benar percaya pada fitnah keji tersebut? Puspita tidak pernah merebut suami siapa pun! Pernikahannya dengan Pram hanya untuk memenuhi permintaan terakhir Soraya sebelum meninggal. Tidak ada cinta, tidak ada romansa. Dan sekarang, setelah bertahan dengan semua kepahitan itu, dirinya justru dihujat sebagai perusak rumah tangga.Ini lebih mengerikan daripada kabar tentang status dirinya sebagai janda tersebar.Dulu, ia kira jika statusnya sebagai janda tersebar, ia tidak akan punya muka lagi di depan umum. Namun kini, hal yang lebih mengerikan terjadi. Seseorang menyebar fitnah bahwa dirinya adalah

    Last Updated : 2024-11-27

Latest chapter

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   285.

    Andini menghela napas pelan sambil merapikan kerudung kemarin yang dipakainya lagi. Kemeja putih Prabu yang kebesaran kini sudah terganti dengan satu yang sedikit lebih pas—setidaknya tidak membuatnya terlihat seperti memakai daster laki-laki. Ia menemukan kemeja berwarna biru tua di dalam lemari, mungkin milik Prabu saat masih bujangan. Untuk bawahannya, ia beruntung menemukan celana jeans yang tampaknya sudah lama tidak dipakai.“Lumayan…” gumamnya pelan sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Meski masih kebesaran di beberapa bagian, setidaknya ia tidak terlihat seperti peserta lomba kostum paling nyeleneh pagi itu.Di belakangnya, Prabu bersandar di pintu sambil melipat tangan di dada. Kepalanya menggeleng pelan.Mereka keluar kamar setelah Andini merasa rapi, dan belum sempat mereka melangkah, mereka berpapasan dengan Puspita dan Pram yang juga sepertinya baru keluar kamar. Tangan keduanya yang saling mengait mesra menandakan bahwa mereka pasangan yang paling bahagia pagi ini.

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   284. TIDAK APA-APA

    Andini menahan napas, seluruh tubuhnya kaku seperti patung lilin. Jari-jarinya masih menempel di pipi Prabu, sementara matanya tak berkedip memandang lelaki itu yang kini membuka mata.Waktu seperti berhenti. Detik terasa seperti menit.Prabu menatapnya dalam diam. Tak ada ekspresi. Tak ada teguran. Tapi juga… tak ada senyum.Andini panik. Apa Prabu marah karena ia sudah lancang? Ah, ia sudah siap jika saja pria itu akan memarahinya.Namun tepat ketika ia hendak membuka mulut untuk meminta maaf atau sekadar mencari alasan, mata Prabu perlahan terpejam lagi. Tubuhnya bergeser sedikit, dan suara napasnya kembali terdengar pelan.“…Din…” gumamnya lirih, nyaris seperti bisikan dari alam mimpi.Andini menegakkan tubuhnya perlahan. “Mas?” tanyanya pelan, ragu.Tak ada jawaban. Hanya dengkuran lembut sebagai balasan.Andini mematung beberapa detik sebelum menjatuhkan diri ke kasur, punggungnya menghantam ranjang dengan lemas.“Ya Allah…” desahnya lega. “Dia cuma mengigau. Ya ampun, aku kira

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   283. BALADA BAJU DINAS

    Prabu mengangkat alis, meluaskan matanya. “Hmm… ya, ini Oma yang menyiapkan. Kamu bisa pilih salah satunya untuk malam ini,” ujarnya tanpa menoleh. Matanya masih menyapu seluruh koleksi baju di dalam lemari sambil menahan senyum.Andini mendesah frustrasi. Tangannya bersedekap di depan dada. “Aku tidak ganti baju saja,” ujarnya akhirnya, lalu berjalan pelan dan duduk di tepi ranjang. Ada rasa kesal, malu, dan bingung bercampur jadi satu di dalam hatinya. Situasi ini sungguh di luar dugaan.Prabu menutup pintu lemari perlahan, lalu berjalan mendekat ke arah Andini. Tatapannya lembut, tetapi suaranya mengandung ketegasan yang halus. “Ganti saja, tidak apa-apa. Itu sudah Oma siapkan buat kamu.”Andini mendongak, menatapnya sejenak lalu membuang pandangan lagi. “Aku tidak mungkin memakai pakaian seperti itu, Mas.”“Kenapa?” tanya Prabu, mengangkat satu tangannya, seolah benar-benar tidak mengerti.Wajah Andini memerah. Bibirnya mengatup rapat, mencoba menahan jawaban yang sebetulnya sudah

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   282. ADA KECOA?

    “Prilly sudah tidur?” tanya Andini dengan berbisik saat melihat Puspita bangkit dari ranjang Prilly. Mereka kini berada di dalam kamar di mana Chiara dan Prilly berbagi kamar. Ada dua tempat tidur kecil yang berdampingan di sana. Sengaja disediakan seperti itu agar saat kedua anak itu menginap mereka bisa menghabiskan waktu berdua.Puspita mengangguk. “Sudah, Mbak. Chiara bagaimana?” tanya Puspita balik, juga dengan berbisik.“Sudah,” Andini menjawab pelan sebelum bangkit dan merapikan selimut Chiara.Keduanya lalu keluar dari kamar itu setelah memastikan anak-anak lelap. Mereka baru saja membacakan dongeng pengantar tidur.“Chiara biasa dibacakan buku, ya?” tanya Andini setelah menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati agar anak-anak tidak terganggu dengan suaranya.“Iya, Mbak. Sejak lahir kan, Prilly memang sama aku, jadi setiap mau tidur aku biasakan baca dongeng biar gampang tidurnya. Waktu dia baru lahir aku malah tidur sekamar sama dia, biar gampang kalau dia nangis.”“Ibunya?

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   281. BERARTI

    Suara lembut gesekan sendok dan garpu berpadu harmonis dengan dentingan piano klasik yang dimainkan langsung oleh seorang pianis profesional di sudut ruangan. Lampu gantung kristal berkilau di atas meja makan panjang berlapis taplak renda putih gading, menambah kesan megah di ruang makan utama kediaman keluarga Bimantara.Andini nyaris tak bisa memercayai semua ini. Ia berada di antara keluarga suaminya yang merupakan salah satu konglomerat negeri ini. Opa Rangga—pemilik kerajaan bisnis Bimantara Group—menyambutnya dengan pelukan dan senyum tulus sejak mereka tiba tadi sore. Bahkan Chiara dipeluk hangat oleh Oma, sebelum seorang pelayan membawanya menuju ruang bermain yang diisi segala jenis mainan edukatif impor.Benar-benar penyambutan sempurna untuk seseorang yang menjadi bagian keluarga itu pun tidak sengaja dan tanpa rencana. Sesuatu yang tidak pernah dirasakan oleh kakaknya dulu, kini justru didapatkan secara utuh olehnya. Rasa haru dan syukur membuncah di dada Andini, namun tet

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   280. BAJU DINAS

    Mungkin Prabu memang beruntung pernah memperistri Irena, tapi dirinya … ah, rasanya itu tidak mungkin. Tak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Bahkan menyiapkan sarapan pagi saja masih kerepotan.Andini tersenyum kaku sebelum akhirnya membuka suara lagi. “Kamu udah lama nikah, ya?”Puspita yang saat itu sedang menekuri ponselnya karena baru saja ada pesan masuk, menoleh sekilas. “Belum sampai dua tahun, Mbak,” jawabnya, tangan masih sibuk membalas pesan.“Jadi, kamu nikah umur dua puluh?”“Iya.”“Wah, hebat. Kamu nikah usia muda, tapi langsung bisa ngurus rumah tangga. Ngurus suami, ngurus anak sambung.”Puspita melirik lagi sedikit, lalu kembali pada ponselnya. Bibirnya menahan senyum. “Aku kan, dulu pembantu sebelum nikah sama Mas Pram, Mbak. Jadi, hal seperti itu sudah biasa kulakukan.”“Apa? Pembantu?” suara Andini terdengar sedikit lebih keras dari sebelumnya.“Hmmm…” Puspita mengangguk dan tersenyum lembut. “Aku pembantu di rumah Mas Pram. Bu Soraya, istri pertama Mas Pram y

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   279. IPAR

    Andini melangkah perlahan menyusuri lorong rumah sakit, aroma disinfektan menyambut tiap hembusan napasnya. Dari balik kaca besar ruang NICU, matanya tertuju pada satu inkubator kecil yang menampung makhluk mungil bernama Raja. Ia berdiri dalam diam, menatap dengan tatapan sendu dan penuh rindu. Setiap hari, ada rasa khawatir sekaligus harapan yang bertarung dalam dadanya.Entah sampai kapan Raja akan di sana, karena sampai saat ini pihak rumah sakit belum melaporkan perkembangan signifikan. Menurut mereka, butuh waktu berbulan-bulan hingga ia tumbuh normal seperti bayi yang lahir cukup bulan.Namun, ia dan Prabu akan menunggu waktu itu tiba. Waktu di mana Raja bisa mereka peluk dan bawa pulang. Untuk saat ini, Raja mungkin masih betah di sini karena merasakan ibunya setiap saat. Secara, ini rumah sakit tempat sang ibu bekerja.“Masih tidur, ya?” suara lembut menyapa dari sampingnya.Andini menoleh. Puspita berdiri di sana tanpa ia sadari kedatangannya. Adik iparnya itu tampak begitu

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   278. HATI YANG MENGHANGAT

    Prabu dan Chiara bersiap-siap berangkat. Andini membantu membetulkan dasi kecil di leher Chiara yang kini berseragam rapi. Prabu berdiri di dekat pintu, menggenggam tas kerja dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menggandeng jemari mungil Chiara.“Hati-hati di jalan, ya,” ucap Andini sambil tersenyum lembut, berdiri di ambang pintu. Ia melambaikan tangan kecilnya—kebiasaan yang mulai terasa hangat setiap pagi.Prabu tersenyum, dan Chiara balas melambaikan tangan. “Kami berangkat dulu, Onti, eh maaf … Mama ….” Chiara menutup mulut dengan lima jari mungilnya.Andini berkedip lembut seraya mengulum senyum. Semua hanya butuh waktu saja sampai mereka terbiasa, karena sejatinya ia pun sedang beradaptasi. Anak sekecil Chiara sudah bagus bisa cepat tanggap.Prabu dan Chiara akhirnya berjalan menyusuri lorong apartemen. Suara ketukan sepatu mereka yang bergema bagai simfoni yang mengalun lembut, membelai dada Andini.Wanita itu masih berdiri di sana, memandangi punggung keduanya yang p

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   277. PERAN BARU

    “Din … kamu lihat dasiku yang navy ada titik kecil putih, tidak?” Suara Prabu terdengar dari kamar, sedikit meninggi karena jarak kamar tidur dan dapur lumayan jauh.Andini sedang berkutat di dapur. Tangannya sibuk mengaduk telur orak-arik sambil sesekali melirik roti yang mulai kecokelatan di toaster. Aroma kopi menguar dari cangkir di sebelahnya. Pagi ini seperti medan perang baginya. Mbak Sri—ART mereka—kebetulan sedang cuti.Kompor menyala, toaster bunyi klik, air galon tinggal sedikit, dan... kakinya hampir terpeleset karena butter yang tadi tumpah dari spatula.Sebagai ibu rumah tangga baru yang belum berpengalaman—karena tiba-tiba menjadi seorang istri dan ibu—tentu saja ini perjuangan tersendiri bagi Andini. Ia yang terbiasa hanya mengurus dirinya sendiri, kini harus membagi tenaga untuk mengurus dan menyiapkan keperluan orang lain.Keadaan jadi sangat riweuh karena Prabu yang sudah terbiasa segala dilayani, dan juga Chiara yang belum bisa mengurus dirinya sendiri—minta dilaya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status