Share

36. DUNIA SEMPIT

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2024-11-23 23:57:56

Prily masih menangis di dalam mobil, suara tangisannya memenuhi kabin dengan nada melengking yang semakin memukul hati Pram. Pengasuhnya mencoba menenangkan dengan menyodorkan botol susu, tetapi bocah itu menepisnya dengan keras hingga botol terlempar ke lantai.

"Mama … Ii mau Mama …!" jeritnya, tubuh kecilnya mulai gemetar karena kelelahan.

Pram mengusap wajahnya, berusaha menahan kesabaran yang kian tipis. Dengan nada lembut, ia mencoba menenangkan, "Sayang, nanti Papa cari Mama, ya? Sekarang kita pulang dulu. Sudah mau malam."

"Ii nggak mau pulang! Ii mau Mama …!" teriak Prily, tangisnya berubah menjadi tantrum yang lebih parah. Tubuh mungil itu mulai menendang-nendang jok mobil dengan keras hingga sang pengasuh kewalahan.

Tiba-tiba, suara Prily hilang. Anak itu memegangi perutnya, lalu tanpa aba-aba, sesuatu menyembur dari mulutnya. Ia muntah. Pram dan pengasuhnya terkejut.

Sang pengasuh langsung berusaha membersihkan anak itu sebisa mungkin. Sopir menoleh ke belakang dengan wajah
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Fahriani Bidaria
up LG dong kak
goodnovel comment avatar
Kenzo Nova Yandi
nah kan mama puspita
goodnovel comment avatar
Saulina Simbolon
pulang yuk mama pita..!!! lanjut kak 2 bab ya kak. thks..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   37. IBU YANG TEGA

    "Mama?"Puspita membeku. Kata itu bergema di telinganya, menyisakan denyut rasa bersalah yang tak tertahankan. Ia menunduk menatap Prily, anak kecil yang memeluk kakinya erat, menangis penuh keputusasaan.“Mama, Ii mau Mama!” Prily meratap dengan isakan terputus-putus, sementara Puspita masih terlalu terkejut untuk bergerak.Di hadapannya, Haidar berdiri mematung. Sorot matanya penuh tanya. Ia menatap Puspita, lalu Pram, sebelum akhirnya kembali memusatkan pandangannya pada Puspita.“Mama?” ulang Haidar dengan suara rendah, mencoba memastikan apa yang baru saja ia dengar.Puspita mengerjapkan mata, mulutnya terbuka untuk menjawab, tetapi tak satu pun kata berhasil keluar. Jantungnya berdetak kencang, hampir tak bisa bernapas. Ia tahu pertanyaan itu akan datang, tetapi tidak pernah membayangkan harus menjawabnya di saat seperti ini.Pram yang sedari tadi mengamati situasi itu dengan tajam, memanfaatkan kebisuan Puspita. Ia melangkah maju, berdiri di antara mereka dengan tubuh tegap, tat

    Last Updated : 2024-11-24
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   38. KENYATAAN ITU

    Haidar menatap Puspita dengan sorot tak terbaca. Kata-kata terakhir Pram seolah memukulnya tepat di dada. Tubuhnya tegang, rahangnya mengeras, tetapi ia masih berusaha tetap tenang. Bagaimanapun, ia belum mendengar penjelasan apa pun dari Puspita. Semua baru dari versi pengakuan Pram saja.Meski terlihat jelas apa yang terjadi—melihat Prily yang begitu menempel—ia tak lekas menelan mentah informasi yang Pram sampaikan."Pita, apa arti semua ini?" tanyanya, suaranya berat, penuh kekecewaan. Tatapan Haidar sulit dibaca, tetapi jelas menunjukkan rasa dikhianati.Puspita menelan ludah. Wajahnya memucat, tetapi ia memaksa dirinya tetap tenang. "Aku bisa jelaskan, Kang," katanya, memandang Haidar penuh harap. "Ini tidak seperti yang Akang pikirkan."Pram yang melihat itu tersenyum miring. Ia sangat yakin Haidar akan shock mengetahui kenyataan ini. Seperti dugaannya, Puspita tidak pernah menceritakan yang sebenarnya. Pram bahkan yakin sebentar lagi Haidar akan meninggalkan Puspita.“Akang per

    Last Updated : 2024-11-25
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   39. KERESAHAN PUSPITA

    Suasana mobil terasa sangat panas, padahal pendingin dinyalakan. Kabin mobil juga terasa lebih sempit dirasakan Puspita seiring kalimat Haidar barusan. Mungkin karena dadanya yang sesak.Puspita tertegun. Kalimat Haidar memang datar, tapi sangat tajam. Jantungnya seperti tertikam ribuan duri. Ia tahu Haidar sedang mencoba memahami situasi, tetapi pertanyaan itu tetap menyayat hatinya.“Apa Akang pikir Prily ini anakku?” Puspita balik bertanya dengan hati perih.Haidar hanya mengerjap tanpa menanggapi. Memang janggal jika Prily adalah anak kandung Puspita. Puspita baru dua puluh tahun, sedangkan Prily sudah lebih dari dua tahun. Lagipula, Puspita mengatakan hanya menikah selama satu tahun. Namun, segala sesuatu bisa saja terjadi."Prily bukan anak kandungku, Kang." Puspita menjelaskan lirih, memandang Haidar yang akhirnya menoleh padanya, menunggu penjelasan lebih lanjut. "Dia anak Pak Pram dan... istrinya yang sudah meninggal."Haidar masih diam, hanya menatapnya sekilas dengan ekspres

    Last Updated : 2024-11-26
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   40. APA INI?

    "Kalau Akang merasa keberatan atau ragu, Pita tidak akan memaksa. Semua keputusan ada di tangan Akang," ujar Puspita lirih sebelum turun dari mobil, suaranya nyaris tenggelam dalam desau angin yang masuk dari jendela yang sedikit terbuka.Haidar diam, tatapannya kosong ke depan. Puspita tersenyum tipis, lebih kepada dirinya sendiri, mencoba menguatkan hati. Ia melangkah turun, meninggalkan Haidar yang masih terpaku di belakang kemudi.**Di kamar kosnya, Puspita duduk bersandar pada dinding. Matanya menatap kosong ke arah lemari kecil yang setengah terbuka. Sebuah cermin kecil menggantung di pintu lemari itu, memperlihatkan bayangan dirinya yang terlihat lebih tua dari usianya. Wajahnya tampak lelah, seakan bertahun-tahun masalah telah melumat energinya.Puspita menghela napas panjang, lalu menyandarkan kepalanya ke lutut yang terlipat. "Mungkin dia memang tidak ingin melanjutkan," gumamnya pada diri sendiri, suaranya hampir tak terdengar.Bayangan perbincangan di mobil tadi kembali m

    Last Updated : 2024-11-27
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   41. FITNAH KEJI

    Puspita berdiri mematung, darahnya terasa mengalir deras ke kepala. Tubuhnya kaku, sementara pikirannya berkecamuk. Apa yang baru saja ia dengar? Fitnah itu terlalu kejam untuk diterima akal sehat.Wanita itu meremas tas kecil yang ia bawa, jemarinya gemetar menahan marah, bingung, sekaligus sakit hati. Suara sindiran dari Santi dan Rina terngiang-ngiang di telinganya.Apakah semua orang benar-benar percaya pada fitnah keji tersebut? Puspita tidak pernah merebut suami siapa pun! Pernikahannya dengan Pram hanya untuk memenuhi permintaan terakhir Soraya sebelum meninggal. Tidak ada cinta, tidak ada romansa. Dan sekarang, setelah bertahan dengan semua kepahitan itu, dirinya justru dihujat sebagai perusak rumah tangga.Ini lebih mengerikan daripada kabar tentang status dirinya sebagai janda tersebar.Dulu, ia kira jika statusnya sebagai janda tersebar, ia tidak akan punya muka lagi di depan umum. Namun kini, hal yang lebih mengerikan terjadi. Seseorang menyebar fitnah bahwa dirinya adalah

    Last Updated : 2024-11-27
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   42. BERTEMAN BADAI

    Sore harinya, Puspita berjalan lunglai menuju ruangan kecil di belakang kantin. Kantin hampir tutup, semua pengunjung sudah bubar, dan karyawan lainnya sudah pulang satu per satu. Ibu pemilik kantin memanggil Puspita setelah suasana sepi.Wanita paruh baya itu sudah menunggunya di sana. Duduk di kursi kayu tua, ia menatap Puspita yang baru datang dengan wajah berat, seolah-olah tengah memikul beban besar. Satu tarikan napas panjang mengawali kalimatnya."Puspita, bagaimana kondisimu seharian ini?" tanya wanita itu begitu Puspita duduk di hadapannya. Tatapan wanita paruh baya itu sayu.Puspita tidak menjawab. Hanya bisa menundukkan wajahnya. Ia sangat yakin bosnya itu tahu persis apa yang ia rasakan. Suasana kerja hari ini sangat tidak nyaman. Semua orang menggunjing, menghujat, dan memberinya berbagai predikat buruk. Bukan hanya sesama karyawan, tetapi hampir semua orang yang berkunjung ke sana.Pelakor, janda gatal, wanita materialistis, dan entah apa lagi tuduhan yang disematkan pad

    Last Updated : 2024-11-28
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   43. HIDUP TERUS BERJALAN

    Puspita menyeka air mata entah untuk ke berapa kalinya.Kaca helm sengaja ia tutup agar tangisnya samar, meski desau angin sebenarnya sudah menyamarkannya. Walaupun sudah kenyang dengan berbagai kepahitan hidup sejak kecil, nyatanya hatinya tak cukup kebal untuk tidak menitikkan air mata setiap kali menerima ketidakadilan.Ia tetap saja gadis rapuh yang cengeng. Air mata menjadi teman setianya sejak lama.Ia pikir setelah keluar dari rumah Pramudya, tidak akan ada lagi air mata yang tumpah berkaitan dengan pria itu. Nyatanya, kini yang ia rasakan lebih sakit dari sebelumnya. Jika dulu hanya sikap Pram yang membuat hatinya sakit, kini tentu lebih parah karena dunia seolah memusuhinya.Sekali lagi Puspita mengusap air mata yang tidak mau mengering. Langit malam mulai menyelimuti kota ketika ia turun dari ojek online di depan rumah kosnya. Pikirannya melayang jauh. Ia tidak tahu lagi harus melangkah ke mana.Saking tidak fokus, ia tidak menyadari jika di teras kamarnya duduk seseorang ya

    Last Updated : 2024-11-29
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   44. TERIAK SAJA

    Puspita mematung. Jeritannya terhenti di tenggorokan saat matanya bertemu dengan wajah laki-laki yang masih duduk di lantai, tepat di bawah kakinya. Pramudya.Apa yang dia lakukan di sini? Bagaimana bisa dia berada di teras kosnya, tempat yang seharusnya aman karena gerbang dikunci setiap malam?“Kau sudah bangun?” Pram bersuara serak, menatapnya dengan mata yang sedikit sembab, seolah ia tidak tidur semalaman. “Kebiasaanmu tidak berubah,” lanjutnya. Tentu saja ia tahu karena tiga tahun Puspita tinggal di rumahnya dan satu tahun menjadi istrinya. Meski tidak memperhatikan, tetapi karena terus berulang ia jadi hapal dengan sendirinya.Puspita mundur selangkah. Masih berusaha menetralkan jantungnya yang berdebar keras. Kekagetan kini berubah kekesalan.“Apa yang Anda lakukan di sini?!” tanyanya, suaranya bergetar, setengah antara marah dan bingung.Pram bangkit perlahan, membersihkan debu di celananya. “Aku menunggumu,” jawabnya datar.“Nunggu aku? Di sini? Bagaimana bisa?” Puspita mem

    Last Updated : 2024-11-30

Latest chapter

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   200. SULIT DIGAPAI

    Pram mondar-mandir di kamarnya. Kalimat-kalimat Prabu yang tidak dimengertinya terus terngiang-ngiang. Ia masih tidak bisa menyimpulkan arti ucapan itu, tetapi satu hal yang ia yakini—Prabu sedang tidak baik-baik saja.Pram menengadah, lalu meremas rambutnya. Ia ingin bertanya lebih lanjut, tetapi sejak awal Prabu memang bicara tersendat-sendat dan terdengar ragu. Tidak mungkin ia memaksa kakak iparnya itu untuk bicara lebih jelas.Lalu, ia harus bagaimana?Ingin memberi solusi? Bagaimana bisa, jika masalah yang sebenarnya saja ia tidak tahu. Prabu langsung pamit setelah mengatakan itu, dan ia tidak bisa mencegahnya.Andai berada di tanah air, mungkin ia bisa sedikit membantu. Masalahnya, jika pulang pun, bagaimana dengan Puspita?Untuk mengatakan bahwa kakaknya ada masalah saja, rasanya Pram tidak tega. Ia yakin itu hanya akan menjadi beban pikiran bagi istrinya. Pram takut Puspita tidak fokus pada pengobatannya. Belum lagi jika benar-benar ingin berpisah. Lalu, apa yang harus dilaku

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   199. BERSIAPLAH!

    Pram sedang mengemas beberapa barang ke dalam ransel di kamarnya. Ia hanya sedang bersiap jika tiba-tiba Puspita mengatakan ia harus pergi.Bukannya menyerah jika ia melakukan ini sejak dini. Sekali lagi, ia hanya sedang bersiap jika suatu saat Puspita benar-benar tak menginginkannya lagi, karena setelah dua hari semenjak ia bertanya, wanita itu belum juga memberikan jawaban.Puspita seolah menggantung hubungan mereka, membuatnya berada dalam ketidakpastian. Namun, Pram sama sekali tak marah atau menyalahkan istrinya karena ia pun dulu pernah melakukan hal yang sama. Mengabaikan Puspita dalam ketidakjelasan hubungan sejak Soraya meninggal. Membuat Puspita tenggelam dalam pusaran keputusasaan. Mungkin, ini juga yang dirasakan Puspita saat itu.Semua yang terjadi padanya saat ini seolah pantulan cahaya dalam cermin. Semua berbalik padanya. Apa yang pernah ia lakukan pada Puspita dulu, kini berbalik dirinya yang harus merasakan semua ini.Pram mengembuskan napas panjang. Kini Puspita sed

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   198. KELUARGA BIMANTARA

    "Duduklah," ujar Ny. Bimantara akhirnya, sambil menunjuk kursi di seberang mereka.Irena duduk dengan tangan terkepal di pangkuannya. Perutnya terasa mual, bukan karena makanan, tapi karena suasana kaku yang menyesakkan.Pelayan datang dan mulai menyajikan makanan. Namun, bahkan setelah hidangan tersaji, tidak ada obrolan yang mengalir. Prabu sesekali mencoba mencairkan suasana dengan bertanya tentang kesehatan Opa dan Oma, tetapi jawaban yang didapat hanya sekadarnya."Jadi bagaimana, Opa, Oma? Pendapat kalian tentang rencana kami ke depannya?" Prabu terpaksa bertanya lebih dulu karena kedua orang tua itu tak kunjung bertanya sesuatu tentang mereka.Hening beberapa saat, membuat Prabu yang menunggu menjadi tidak sabar.Irena mencuri pandang ke arah Opa Rangga. Lelaki tua itu duduk dengan postur tegak, sorot matanya masih tajam meski usianya sudah senja. Lalu, tiba-tiba, pria itu meletakkan garpunya, membuat dentingan kecil yang menarik perhatian semua orang."Prabu," suaranya terdeng

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   197. IRENA

    Irena menatap dirinya di depan cermin. Seorang wanita empat puluh tahun terpampang di sana dengan wajah yang sudah dipoles make-up flawless. Garis kerutan memang jauh darinya karena ia selalu menjaga pola makan dan olahraga yang teratur. Tapi rasanya, senyum sudah jarang ia sunggingkan dalam kehidupan pribadinya.Jika pun selama ini terkesan ramah dan selalu ceria, itu hanya untuk para pasien dan siapa pun yang ia temui di rumah sakit. Selebihnya, bibirnya jarang sekali tersenyum. Perpisahan dengan Radit yang berbuntut perebutan hak asuh Chiara membuat hari-harinya seolah suram.Memang ia masih bisa menemui sang anak selama Chiara dalam pengasuhan mantan suaminya itu, tetapi dalam waktu yang sangat terbatas dan tentu saja harus mengikuti aturan Radit. Tidak bisa bertemu dan menumpahkan rindu dengan leluasa.Irena sangat menyesali hari-hari yang telah lewat. Ia terlalu sibuk bekerja hingga waktu untuk bersama Chiara sangat sedikit. Dan itu ternyata membuat Chiara lebih dekat dengan aya

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   196. PASRAH

    Pram mengganjal kepalanya dengan kedua tangan. Kini ia berbaring di sofa dengan tatapan lurus ke langit-langit. Ada banyak hal berputar-putar di kepalanya. Entah apa yang akan terjadi setelah ini.Puspita tidak memberikan jawaban apa pun. Dan ia memang sengaja memberikan waktu untuk istrinya itu untuk memikirkan masak-masak keputusannya. Dan apa pun nanti yang akan dikatakan wanita itu, ia harus siap. Bahkan hal terburuk sekalipun.Pram tidak ingin lagi menyakiti hati wanita itu. Sudah terlalu sering ia membuat Puspita terluka. Dan jika dengan menjauh darinya bisa membuat wanita itu bahagia, akan ia lakukan. Tidak ada lagi paksaan, tidak akan ada lagi drama. Ia juga tak akan menggunakan Prily sebagai alasan untuk menahan Puspita tetap di sisinya.Prily harus bisa tanpa Puspita jika wanita itu sudah tak lagi menghendaki mereka di sisinya. Dan tugasnya adalah membuat Prily mengerti, walaupun ia belum tahu apa yang harus ia lakukan nanti untuk membuat anak itu lepas.Entah sudah berapa b

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   195. APA YANG KAMU INGINKAN?

    Pramudya berjongkok di hadapan Prily, tangannya mengelus lembut punggung gadis kecil itu yang terus memeluk Puspita erat. Wajahnya berusaha menampilkan kelembutan, tapi sorot matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam. Rasa bersalah.Selama perjalanan mereka menuju unit, Prily bahkan terus berjalan di samping kursi roda Puspita, seolah merasakan firasat yang kurang baik. Lalu, setelah mereka tiba, ia sama sekali tak ingin melepaskan wanita yang sudah dianggapnya ibu kandung itu."Sayang, sama Mbak Sari dulu, ya? Mama mau istirahat dulu biar cepat sembuh," bujuk Pram dengan suara selembut mungkin.Prily bukannya melepaskan pelukan di pinggang Puspita, tetapi justru semakin erat. Kepalanya menggeleng dan menyuruk."Lily butuh tidur siang supaya nanti bisa main lagi, ya. Ayo ikut Mbak Sari, ganti baju dulu, keringatan," lanjut Pram.Prily menggeleng semakin kuat, wajah mungilnya menekan perut Puspita. "Nggak mau. Lily mau tidur sama Mama."Puspita mengusap kepala Prily dengan tatapan l

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   194. SALAH FAHAM ITU

    Puspita merasakan dunianya berguncang. Kata-kata Haidar seperti pukulan telak yang mengusik keyakinannya selama ini. Ia selalu berpikir bahwa Haidar pergi meninggalkannya begitu saja, tetapi jika yang dikatakan pria itu benar, maka ada seseorang yang dengan sengaja menjauhkan mereka.“Ini tidak mungkin,” gumamnya lirih, matanya menatap tajam ke arah Haidar. “Bukannya selama ini Akang yang ninggalin aku? Akang yang membatalkan rencana kita? Akang yang mundur karena orang tua Akang tidak setuju karena aku seorang janda dan hanya wanita miskin?”“Itu tidak benar. Orang tua Akang bahkan terus menanyakan janji Akang yang akan membawa kamu pada mereka. Mereka sangat ingin bertemu kamu, Pita. Mereka mengira Akang sedang berhalusinasi tentang kamu karena kenyataannya kamu tidak ada.” Haidar menjelaskan dengan suaranya yang serak.Puspita menggeleng keras. Matanya memanas. “Ini tidak mungkin, Kang. Tidak mungkin … Akang yang ninggalin aku.”Haidar mengembuskan napas panjang. "Tapi kenyataannya

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   193. DINGIN

    Malam ini, kamar yang biasanya terasa hangat oleh percakapan ringan dan tawa kecil kini diselimuti kesunyian yang menyesakkan. Puspita sudah lebih dulu berbaring, membelakangi Pramudya, seolah menutup dirinya dari segala bentuk interaksi. Biasanya, sebelum tidur, ia akan menunggu Pram mendekat, mengusap punggungnya yang lelah, lalu mereka akan bercanda—entah soal hal-hal kecil yang terjadi hari itu atau tentang Prily yang selalu meminta perhatian berlebihan padahal Puspita belum pulih. Tapi malam ini berbeda.Pramudya berdiri di ambang tempat tidur, menatap punggung Puspita yang tak bergerak. Napasnya teratur, tapi Pram tahu istrinya belum tidur. Sejenak, ia ingin mengulurkan tangan, menyentuh bahunya, mengembalikan kebiasaan mereka yang telah terbangun begitu lama. Namun, sesuatu yang tak kasatmata menghalangi langkahnya. Ada dinding tak terlihat yang kini memisahkan mereka.Tanpa suara, Pram naik ke tempat tidur, berbaring dengan posisi yang berlawanan. Biasanya, ia akan langsung me

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   192. BERBEDA

    Puspita memejamkan matanya, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan sesaat setelah pintu kamarnya tertutup. Tadi, Prily memeluk pinggangnya erat. Tidak mau melepaskannya, tetapi Pram terus membujuk anak itu hingga akhirnya berhasil membawanya keluar dari sana.Entahlah, kenapa situasi kembali seperti ini. Padahal hidupnya sudah terasa tenang meski belum sepenuhnya pulih. Bersama Pram dan Prily ia bahagia di sini meski sedang menjalani pengobatan. Siapa sangka kehadiran Haidar membuat semuanya berbeda.Puspita memijat pelipisnya. Mencoba mengingat kejadian sebelum ia kehilangan kontak dengan pemuda satu kampungnya itu. Benar-benar tidak ada perpisahan di antara mereka, hingga ia sempat masih berharap.Lalu setelah lama tidak ada kabar dari pemuda itulah ia mulai membuka hati untuk Pram. Saat itu ia mengira orang tua Haidar tidak menyetujui hubungan mereka karena dirinya hanya seorang wanita miskin, janda pula. Tentu saja Haidar yang anak pemilik perkebunan dan pabrik teh di sana diha

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status