"Mama?"Puspita membeku. Kata itu bergema di telinganya, menyisakan denyut rasa bersalah yang tak tertahankan. Ia menunduk menatap Prily, anak kecil yang memeluk kakinya erat, menangis penuh keputusasaan.“Mama, Ii mau Mama!” Prily meratap dengan isakan terputus-putus, sementara Puspita masih terlalu terkejut untuk bergerak.Di hadapannya, Haidar berdiri mematung. Sorot matanya penuh tanya. Ia menatap Puspita, lalu Pram, sebelum akhirnya kembali memusatkan pandangannya pada Puspita.“Mama?” ulang Haidar dengan suara rendah, mencoba memastikan apa yang baru saja ia dengar.Puspita mengerjapkan mata, mulutnya terbuka untuk menjawab, tetapi tak satu pun kata berhasil keluar. Jantungnya berdetak kencang, hampir tak bisa bernapas. Ia tahu pertanyaan itu akan datang, tetapi tidak pernah membayangkan harus menjawabnya di saat seperti ini.Pram yang sedari tadi mengamati situasi itu dengan tajam, memanfaatkan kebisuan Puspita. Ia melangkah maju, berdiri di antara mereka dengan tubuh tegap, tat
Last Updated : 2024-11-24 Read more