All Chapters of Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat: Chapter 1 - Chapter 10

27 Chapters

Babak Baru

Rania menatap bayangannya di cermin, memperhatikan setiap detail penampilannya yang kini terlihat berbeda dari biasanya. Gaun putih sederhana dengan sulaman halus membalut tubuhnya, namun matanya memancarkan keraguan yang dalam. Hari ini adalah hari yang mengubah hidupnya, ia akan menikah dengan seorang laki-laki yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Hatinya bergejolak, antara menerima takdir dan ketidakpastian masa depan."Apa aku bisa melewati semua ini?" bisiknya dalam hati, sambil menyentuh ringan riasannya. Ini bukan pernikahan impiannya, tidak ada cinta, tidak ada persahabatan, hanya komitmen yang disusun oleh keluarga. Rania menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya, dan melangkah keluar dari kamar dengan langkah yang terasa semakin berat.Sedetik kemudian, Mama Rania datang menghampiri dengan langkah pelan. Matanya berkaca-kaca, menahan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Tanpa bicara, beliau meraih tangan putrinya dan menggenggamnya erat."Rania, Nak ...
Read more

Sungkem

Setelah acara ijab kabul selesai, suasana haru memenuhi ruangan. Rania dan Yoga melangkah perlahan mendekati orang tua mereka untuk sungkem. Rania menundukkan kepala, air mata tertahan di pelupuk mata, mencium tangan kedua orang tuanya dengan penuh takzim. Sementara Yoga, meskipun melakukan hal yang sama, ekspresinya tetap datar. Ia tampak menjalani prosesi ini dengan enggan, tanpa ada perasaan yang terpancar di wajahnya. Rania sudah memasrahkan semuanya. Meskipun pernikahan ini tidak dilandasi cinta, ia bertekad untuk menjalani tanggung jawab barunya sebagai seorang istri. Dalam hatinya, ia berharap bisa menemukan kekuatan dan kebijaksanaan untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian ini. Saat tiba gilirannya untuk sungkem, Rania berlutut di depan Mamanya dengan air mata yang tak lagi bisa ditahan. Ia menggenggam erat tangan sang mama, merasakan kehangatan yang selama ini selalu menemaninya. Suara Rania bergetar, mencerminkan pergulatan batinnya."Ma, maafkan Rania atas s
Read more

Pesan Kakek

Kata-kata Yoga sungguh sulit di cerna, Rania tidak memungkiri bahwa sosok Yoga adalah laki-laki yang tampan dan berkharisma, dia juga dilahirkan dari keluarga berada sehingga membuatnya semakin dielu-elukan perempuan gila harta diluar sana. Keduanya akhirnya mengikuti serentetan acara hingga selesai, sebelum pulang Kakek Yoga menyerahkan sebuah kunci rumah baru sebagai kado ulang tahun mereka berduaKakek, Rania, dan Yoga masih berada di tempat resepsi, para tamu sudah banyak yang pamitan pulang dan menyisakan keluarga inti saja saat pemberian hadiah pernikahan. Suasana malam itu terasa begitu hangat. Angin lembut berhembus dari jendela yang terbuka, membawa aroma harum bunga yang bertebaran di tempat resepsi. Rania dan Yoga duduk berdampingan di sofa, masih mengenakan baju pengantin seusai resepsi. Kakek berdiri dengan tongkatnya, senyumnya lembut tapi penuh arti. Mata tuanya menatap mereka dengan kasih sayang, seolah ingin memastikan bahwa pesan yang akan disampaikan bisa dipahami
Read more

Terpuruk

Rania memang menikmati fasilitas rumah barunya, tapi tetap merasakan kekosongan tanpa perhatian dari suaminya, walaupun sudah menikah, Yoga tidak membatasi aktivitasnya, ia masih diijinkan bekerja di luar rumah, seperti biasanya,Yoga selalu berangkat lebih dulu setiap pagi, meninggalkan Rania dalam kesendiriannya.Pagi itu, Rania sedang bersiap-siap di depan cermin kamarnya ketika Yoga melewatinya dengan cepat, mengenakan setelan kerja yang rapi.Yoga, dengan nada terburu-buru, berkata, "Aku duluan ya. Ada meeting penting pagi ini."Rania yang masih duduk di meja rias, mencoba tersenyum tipis. "Iya, hati-hati di jalan," balasnya lembut, berharap setidaknya Yoga menoleh atau menunda sebentar kepergiannya.Namun, Yoga hanya meraih tas kerjanya dan berkata singkat, "Iya, kamu juga jangan telat."Pintu rumah pun tertutup dengan suara yang terdengar pelan tapi jelas di telinga Rania. Ia menarik napas panjang, menatap bayangannya di cermin, dan bergumam lirih, "Seandainya kamu lebih memper
Read more

Orang di Masa Lalu

Rania dibaringkan perlahan di ranjang oleh laki-laki itu, sosok yang hampir menabraknya beberapa saat yang lalu. Wajahnya tampak pucat, membuat laki-laki tersebut semakin cemas. Ia merasa bertanggung jawab atas keadaan Rania. Tanpa membuang waktu, laki-laki itu segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang."Bisa cepat datang ke sini? Ada yang perlu kamu cek ... dia tampaknya butuh bantuan medis. Aku hampir menabraknya tadi, dan sekarang dia terlihat lemah," suaranya terdengar tegang saat berbicara.Laki-laki itu menunggu di sisi ranjang Rania, berharap sahabat yang dihubunginya segera datang untuk memastikan keadaan Rania. Waktu terasa berjalan lambat, dan ia terus memantau keadaan Rania yang semakin membuatnya khawatir.Beberapa menit kemudian, dokter yang dihubungi akhirnya tiba. Dengan langkah cepat dan tenang, beliau menghampiri Rania yang masih terbaring lemah di ranjang. Laki-laki itu berdiri di sudut ruangan, gelisah menunggu perkembangan.Dokter segera memeriksa kondis
Read more

Curahan Hati

Setelah dipaksa, Rania akhirnya menyerah dan mulai menyendok bubur ayamnya. Di sela-sela suapannya, Rendy menatapnya penuh perhatian lalu bertanya, "Gimana kabarmu selama ini, Ran? Apa aja yang kamu lakuin belakangan?"Rania menahan napas sejenak, mencoba menata kata-katanya. "Ya... begitulah. Sibuk kerja, pulang-pergi kantor. Nggak banyak yang berubah, Ren. Kegiatan sehari-hari masih sama."Rendy mengangguk pelan, seolah memahami. "Kerja di tempat yang sama ya? Apa masih sesibuk dulu?" tanyanya lagi, berusaha mencairkan suasana.Rania hanya tersenyum tipis, mengaduk buburnya tanpa berkata apa-apa. Pertanyaan sederhana itu terasa berat untuk dijawabnya, seolah memantik banyak kenangan yang selama ini ia coba hindari.Rendy menatap Rania sejenak sebelum melanjutkan pertanyaannya dengan nada hati-hati. "Ran, tadi malam kamu kayak ... nggak seperti biasanya. Ada apa? Kamu kelihatan nggak terkontrol. Ada masalah di keluarga?"Rania mendadak berhenti mengaduk buburnya, tangannya gemetar se
Read more

Pulang

Siang harinya, Rendy mengantarkan Rania pulang, di dalam mobil, suasana sedikit canggung di antara Rania dan Rendy. Setelah beberapa saat hening, Rendy mencoba membuka percakapan."Kamu yakin nggak apa-apa aku nganter kamu, Ran? Takutnya malah bikin masalah nanti."Rania menoleh, tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, Ren. Toh, Yoga juga nggak pernah terlalu peduli soal siapa yang nganter aku."Rendy menatap Rania sekilas, "Aku cuma nggak mau bikin situasi jadi ribet. Kamu udah bersuami, aku ngerti posisinya."Rania tertawa kecil, tapi ada nada getir di suaranya. "Yoga terlalu sibuk untuk tahu apa yang terjadi, Ren. Aku bahkan nggak yakin dia bakal sadar kalau aku pulang sama kamu."Rendy menatap sendu dan berucap berhati-hati, "Tapi kamu baik-baik aja, kan? Maksudku, di rumah ..."Rania menunduk, tangannya meremas tas di pangkuannya. "Baik? Aku nggak tahu, Ren. Semua ini terasa kosong."Rendy menggenggam setir lebih erat, ragu-ragu sebelum berbicara lagi. "Kamu masih punya aku kalau butuh
Read more

Perintah Kakek

Pagi itu terasa berbeda bagi Rania. Yoga, yang biasanya sudah lebih dulu meninggalkan rumah, hari ini sarapan bersamanya di meja makan. Suasana hening, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Rania merasa canggung, namun tetap fokus menikmati sarapannya. Yoga tampak tenang, tanpa kata, hanya sesekali memeriksa ponselnya.Tiba-tiba, suasana tenang itu pecah oleh suara video call dari Kakek Yoga. Yoga menatap layar sejenak sebelum mengangkat panggilan itu. Wajah Kakek muncul di layar, tersenyum lebar. "Selamat pagi, Yoga, Rania!" sapanya hangat, "Bagaimana kabar kalian? Rumah barunya nyaman, kan?"Rania berusaha tersenyum, meski hatinya merasa sedikit kaku, sementara Yoga menjawab dengan nada datar, "Baik, Kek. Rumahnya nyaman, terima kasih."Pagi itu, Kakek muncul di layar ponsel Yoga dengan senyuman hangat, wajahnya terlihat bersemangat meski sudah lanjut usia. Rania yang sedang menyuap sarapannya, melirik sekilas ke layar ponsel Yoga, merasa sedikit canggung."Selamat pagi, Yog
Read more

Pesta

Di Pagi itu terasa berbeda bagi Rania. Yoga, Pagi itu terasa berbeda bagi Rania. Yoga, yang biasanya sudah lebih dulu meninggalkan rumah, hari ini sarapan bersamanya di meja makan. Suasana hening, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Rania merasa canggung, namun tetap fokus menikmati sarapannya. Yoga tampak tenang, tanpa kata, hanya sesekali memeriksa ponselnya.Tiba-tiba, suasana tenang itu pecah oleh suara video call dari Kakek Yoga. Yoga menatap layar sejenak sebelum mengangkat panggilan itu. Wajah Kakek muncul di layar, tersenyum lebar. "Selamat pagi, Yoga, Rania!" sapanya hangat, "Bagaimana kabar kalian? Rumah barunya nyaman, kan?"Rania berusaha tersenyum, meski hatinya merasa sedikit kaku, sementara Yoga menjawab dengan nada datar, "Baik, Kek. Rumahnya nyaman, terima kasih."Pagi itu, Kakek muncul di layar ponsel Yoga dengan senyuman hangat, wajahnya terlihat bersemangat meski sudah lanjut usia. Rania yang sedang menyuap sarapannya, melirik sekilas ke layar ponsel Yoga
Read more

Bertemu Lagi

Di tengah pesta kapal yang meriah, Rania berusaha tetap tersenyum meski hatinya dipenuhi kemelut yang tak tertahankan. Matanya sesekali melirik ke arah Yoga yang tampak asyik berbicara dengan seorang wanita cantik di sudut ruangan, senyumnya begitu lebar, sesuatu yang jarang ia lihat ketika bersama dirinya. Perasaan sakit mulai menyeruak, dan Rania hanya bisa menahan air matanya agar tidak jatuh di depan semua orang.Namun, di tengah kesedihannya, tiba-tiba seseorang tak sengaja menumpahkan minuman ke gaunnya. Gelas anggur merah tumpah membasahi kain lembut yang ia kenakan dengan susah payah. "Astaga! Maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja!" suara seorang pria terdengar jelas, diikuti oleh gerakan cepatnya mengambil serbet untuk membersihkan noda di gaun Rania.Rania menatap pria itu, hendak mengatakan sesuatu, tapi suaranya tertahan. Ia mengenal suara itu. Tubuhnya menegang seketika. Saat pria itu menoleh dan wajah mereka bertemu, Rania langsung terdiam, terkejut."Rendy?" ucap
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status