All Chapters of Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat: Chapter 11 - Chapter 20

68 Chapters

Pulang

Siang harinya, Rendy mengantarkan Rania pulang, di dalam mobil, suasana sedikit canggung di antara Rania dan Rendy. Setelah beberapa saat hening, Rendy mencoba membuka percakapan."Kamu yakin nggak apa-apa aku nganter kamu, Ran? Takutnya malah bikin masalah nanti."Rania menoleh, tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, Ren. Toh, Yoga juga nggak pernah terlalu peduli soal siapa yang nganter aku."Rendy menatap Rania sekilas, "Aku cuma nggak mau bikin situasi jadi ribet. Kamu udah bersuami, aku ngerti posisinya."Rania tertawa kecil, tapi ada nada getir di suaranya. "Yoga terlalu sibuk untuk tahu apa yang terjadi, Ren. Aku bahkan nggak yakin dia bakal sadar kalau aku pulang sama kamu."Rendy menatap sendu dan berucap berhati-hati, "Tapi kamu baik-baik aja, kan? Maksudku, di rumah ..."Rania menunduk, tangannya meremas tas di pangkuannya. "Baik? Aku nggak tahu, Ren. Semua ini terasa kosong."Rendy menggenggam setir lebih erat, ragu-ragu sebelum berbicara lagi. "Kamu masih punya aku kalau butuh
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

Pertengkaran

Setelah momen dansa selesai, para tamu mulai menuju meja hidangan yang telah tertata rapi. Namun, Yoga tidak bisa menahan amarahnya lagi. Di sudut ruangan, wajahnya memerah, tangan menggenggam erat, dan matanya tak pernah lepas memandangi Rania yang tampak tersenyum canggung saat berdansa dengan pria lain tadi. Rasa cemburu dan geram berkecamuk dalam dirinya.Dengan langkah cepat dan tegas, Yoga mendekati Rania yang tengah berbicara dengan seorang tamu. Tanpa banyak bicara, ia menggenggam lengan Rania dengan kuat, menariknya menjauh dari kerumunan. Rania terkejut dan berusaha melepaskan diri, tapi kekuatan genggaman Yoga membuatnya tak bisa berbuat apa-apa.Setelah berada di tempat yang lebih sepi, Yoga menatap Rania dengan penuh emosi. "Berani-beraninya kamu berdansa dengan pria lain di depanku," ucapnya dengan nada dingin dan tajam. "Kamu pikir ini pantas?" Rania, yang awalnya ketakutan, mencoba menjelaskan. "Itu hanya dansa, tidak ada yang lebih dari itu, Mas Yoga. Kamu tahu aku t
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Pasrah

Yoga menatap Rania, amarah yang tadi berkobar mulai mereda, digantikan oleh rasa bersalah yang perlahan merayap ke dalam hatinya. Ia mulai menyadari bahwa selama ini ia terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, terlalu sibuk membenarkan tindakannya, tanpa menyadari betapa besar pengorbanan yang Rania lakukan untuk menjaga pernikahan mereka tetap utuh."Aku ..." Yoga memulai, tapi suaranya tertahan. Ia menghela napas panjang, menundukkan kepalanya. "Aku tidak pernah bermaksud menyakiti kamu, Rania. Aku hanya ... tidak tahu bagaimana cara menyeimbangkan semuanya. Pekerjaan, tanggung jawab, pernikahan ... semuanya terasa berat."Rania menyeka air mata yang mulai mengalir di pipinya. "Aku mengerti, Mas. Tapi bukankah kita harus menghadapinya bersama? Bukannya malah membuat jarak di antara kita?"Yoga terdiam lama, berusaha mencerna kata-kata itu. Dalam hatinya, ia tahu Rania benar. Ia terlalu banyak menuntut tanpa memberi, terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, sehingga melupakan apa yang seh
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Yoga Sakit

Pagi itu, Rania merasa ada yang tidak biasa. Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, tetapi Yoga masih saja terbaring di tempat tidur dengan mata terpejam. Padahal, biasanya suaminya sudah bangun, rapi, dan siap berangkat ke kantor. Karena khawatir, Rania mendekat dan menyentuh dahi Yoga. Ternyata tubuhnya terasa hangat, tanda-tanda demam."Mas, kamu sakit?" Rania bertanya dengan nada cemas, sementara Yoga hanya mengerang pelan dan memalingkan wajahnya. Rania pun segera mengambil termometer dan setelah memeriksa suhu tubuhnya, ia mendapati bahwa Yoga memang mengalami demam. Tanpa berpikir panjang, Rania segera menyiapkan kompres dingin dan obat penurun panas, berharap suaminya segera membaik. "Mas, kamu istirahat saja di rumah hari ini, ya. Aku urus semuanya," ujar Rania sambil meletakkan kompres di kening Yoga, berusaha memberikan perhatian terbaik untuk suaminya yang jarang sakit itu.Yoga hanya membuka mata setengah, merasa terlalu lemah untuk menolak perhatian dari Rania. "Nggak usah
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Elena Datang

Pagi itu, Rania sudah memutuskan untuk mengambil cuti penuh demi menjaga Yoga. Dia menghabiskan waktu menyiapkan makan siang ringan dan memeriksa suhu tubuh suaminya secara berkala. Meskipun Yoga masih terlihat lemah, keadaannya sudah sedikit membaik setelah pagi yang sulit. Rania berharap suaminya segera pulih sepenuhnya.Namun, ketika siang hari menjelang dan Rania sedang membereskan dapur, tiba-tiba terdengar ketukan keras di pintu. Rania menghentikan pekerjaannya dan berjalan menuju pintu depan. Ketika ia membuka pintu, wajahnya langsung berubah kaget melihat sosok wanita yang berdiri di hadapannya, Elena.Dengan tatapan tajam, Elena langsung bertanya, "Yoga ada di rumah?"Rania merasa kaget dan pura-pura tidak mengenal wanita di hadapannya. "Maaf, Mbak, ada keperluan apa ya?"Tanpa menunggu jawaban, Elena melangkah masuk begitu saja, seolah tidak peduli pada keberadaan Rania. "Aku harus bertemu Yoga. Di mana dia?" Elena berkata dengan nada tegas, membuat Rania semakin cemas. Tida
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Keputusan

Beberapa hari telah berlalu sejak Yoga sembuh dari sakit, tapi suasana di rumah terasa berbeda. Meski Yoga sudah kembali beraktivitas seperti biasa, ada jarak yang semakin nyata antara dirinya dan Rania. Keduanya jarang berbicara, dan jika pun ada percakapan, hanya sekadar basa-basi tentang hal-hal sepele.Rania berusaha menahan diri dan tetap menjalankan perannya sebagai istri dengan baik. Namun, di dalam hatinya, rasa sakit dan keraguan masih membayangi. Pertemuan dengan Elena telah meninggalkan luka yang belum sembuh, dan setiap kali Rania melihat Yoga, ia teringat bahwa ada bagian dari suaminya yang masih terikat dengan wanita lain.Suatu malam, ketika mereka sedang makan malam bersama, Rania memutuskan untuk membuka pembicaraan. Ia sudah terlalu lama memendam perasaannya. "Mas Yoga," panggilnya dengan lembut, suaranya penuh ketenangan yang dipaksakan. "Kita perlu bicara."Yoga menghentikan sendoknya di tengah-tengah suapan, menatap Rania sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan.
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Pisah Sementara

Malam itu terasa begitu panjang dan penuh keheningan yang menyakitkan. Setelah percakapan penuh emosi di kamar mereka, Rania dan Yoga terpaksa mengambil keputusan yang tak terhindarkan untuk tidur terpisah malam itu. Meski mereka berada di bawah atap yang sama, tapi jarak emosional yang semakin besar di antara mereka membuat segalanya tampak jauh.Rania, dengan hati yang masih terluka, mengambil selimut dan bantal dari tempat tidur mereka, lalu dengan langkah pelan menuju ruang tamu. Ia merasa dadanya sesak, penuh oleh berbagai emosi yang saling bertabrakan, kesedihan, marah, dan rasa tak berdaya. Saat ia merebahkan diri di sofa, air mata yang sejak tadi tertahan akhirnya tumpah. Ia terisak dalam diam, tidak ingin Yoga mendengar tangisannya. Meski sudah memutuskan untuk memberikan jarak, hatinya masih sakit oleh kenyataan bahwa pria yang kini menjadi suaminya belum sepenuhnya miliknya.Sementara itu, di kamar, Yoga duduk di tepi ranjang, menatap ke arah pintu yang baru saja ditinggalk
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Introspeksi Diri

Rania tiba di rumah orang tuanya dengan perasaan campur aduk. Setelah meninggalkan Yoga dan rumah mereka, ia merasakan campuran antara kelegaan dan kesedihan yang mendalam. Keputusan untuk pulang ke rumah orang tuanya bukanlah hal yang mudah, tetapi ia tahu bahwa ia membutuhkan waktu dan jarak untuk berpikir jernih. Hubungan mereka sudah berada di titik kritis, dan Rania tidak bisa lagi menunggu dalam ketidakpastian.Saat tiba di depan pintu rumah, Rania menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk. Pintu dibuka oleh ibunya, yang tampak terkejut melihat putrinya muncul tanpa pemberitahuan sebelumnya. Namun, satu pandangan pada wajah Rania sudah cukup untuk memberi tahu ibunya bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Rania, ada apa sayang?" tanya ibunya dengan suara penuh kekhawatiran.Rania mencoba tersenyum, tetapi air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh juga. Ia langsung masuk ke pelukan ibunya, menangis dalam diam. Ia merasa rapuh, bingung, dan penuh dengan pertanyaan tentang ma
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Salah Paham

Sore itu, Yoga mengemudi dengan perasaan berdebar. Setelah mengirim pesan kepada Rania beberapa hari yang lalu, ia tidak mendapatkan jawaban yang jelas, dan ketidakpastian membuatnya semakin gelisah. Dia memutuskan untuk menjemput Rania di rumah orang tuanya, berharap bisa berbicara langsung dan menunjukkan bahwa ia benar-benar ingin memperbaiki semuanya.Namun, saat Yoga melintasi jalan menuju rumah orang tua Rania, pandangannya tidak sengaja tertuju pada sebuah mobil di sebelahnya. Mobil itu terlihat begitu familiar, mobil orang tua Rania. Hatinya berdebar kencang saat ia menyadari bahwa Rania duduk di kursi penumpang, berbicara dengan seseorang di dalam mobil.Di lampu merah, mobil mereka kebetulan berhenti sejajar. Yoga memperlambat laju mobilnya dan melihat ke arah mobil tersebut. Jantungnya serasa berhenti sejenak ketika ia melihat Rania, tampak tenang, duduk di samping seorang pria. Pria itu sepertinya mengemudikan mobil dengan nyaman sambil sesekali berbicara dengan Rania.Yog
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Mulai Oleng

Esok harinya, Rania memutuskan untuk berbicara dengan ibunya. Mereka duduk bersama di meja makan, dengan Rania perlahan menceritakan perasaannya. Ibunya mendengarkan dengan tenang, memberikan nasihat tanpa menghakimi. "Nak, kepercayaan itu memang sulit dibangun kembali setelah dirusak," ucap ibunya lembut. "Tapi kamu harus bertanya pada dirimu sendiri, apakah kamu masih ingin memberikan kesempatan pada pernikahan ini? Atau apakah kamu merasa lebih baik jika kalian berpisah dan masing-masing memulai lembaran baru?"Rania terdiam, merenungkan kata-kata ibunya. Di satu sisi, ia merasa sudah terlalu lelah untuk terus berjuang sendirian. Namun di sisi lain, ia masih ingin percaya bahwa pernikahan mereka bisa diperbaiki. "Aku tidak tahu, Bu," jawab Rania akhirnya. "Aku ingin memberinya kesempatan, tapi aku takut. Aku takut kalau semua ini hanya sementara, dan nanti aku akan terluka lagi."Ibunya tersenyum lembut dan meraih tangan Rania. "Itu wajar, Nak. Tidak ada yang salah dengan meragu
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status