Share

Introspeksi Diri

Author: Fafafe 36
last update Last Updated: 2024-11-17 09:27:48

Rania tiba di rumah orang tuanya dengan perasaan campur aduk. Setelah meninggalkan Yoga dan rumah mereka, ia merasakan campuran antara kelegaan dan kesedihan yang mendalam. Keputusan untuk pulang ke rumah orang tuanya bukanlah hal yang mudah, tetapi ia tahu bahwa ia membutuhkan waktu dan jarak untuk berpikir jernih. Hubungan mereka sudah berada di titik kritis, dan Rania tidak bisa lagi menunggu dalam ketidakpastian.

Saat tiba di depan pintu rumah, Rania menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk. Pintu dibuka oleh ibunya, yang tampak terkejut melihat putrinya muncul tanpa pemberitahuan sebelumnya. Namun, satu pandangan pada wajah Rania sudah cukup untuk memberi tahu ibunya bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

"Rania, ada apa sayang?" tanya ibunya dengan suara penuh kekhawatiran.

Rania mencoba tersenyum, tetapi air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh juga. Ia langsung masuk ke pelukan ibunya, menangis dalam diam. Ia merasa rapuh, bingung, dan penuh dengan pertanyaan tentang ma
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Salah Paham

    Sore itu, Yoga mengemudi dengan perasaan berdebar. Setelah mengirim pesan kepada Rania beberapa hari yang lalu, ia tidak mendapatkan jawaban yang jelas, dan ketidakpastian membuatnya semakin gelisah. Dia memutuskan untuk menjemput Rania di rumah orang tuanya, berharap bisa berbicara langsung dan menunjukkan bahwa ia benar-benar ingin memperbaiki semuanya.Namun, saat Yoga melintasi jalan menuju rumah orang tua Rania, pandangannya tidak sengaja tertuju pada sebuah mobil di sebelahnya. Mobil itu terlihat begitu familiar, mobil orang tua Rania. Hatinya berdebar kencang saat ia menyadari bahwa Rania duduk di kursi penumpang, berbicara dengan seseorang di dalam mobil.Di lampu merah, mobil mereka kebetulan berhenti sejajar. Yoga memperlambat laju mobilnya dan melihat ke arah mobil tersebut. Jantungnya serasa berhenti sejenak ketika ia melihat Rania, tampak tenang, duduk di samping seorang pria. Pria itu sepertinya mengemudikan mobil dengan nyaman sambil sesekali berbicara dengan Rania.Yog

    Last Updated : 2024-11-17
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Mulai Oleng

    Esok harinya, Rania memutuskan untuk berbicara dengan ibunya. Mereka duduk bersama di meja makan, dengan Rania perlahan menceritakan perasaannya. Ibunya mendengarkan dengan tenang, memberikan nasihat tanpa menghakimi. "Nak, kepercayaan itu memang sulit dibangun kembali setelah dirusak," ucap ibunya lembut. "Tapi kamu harus bertanya pada dirimu sendiri, apakah kamu masih ingin memberikan kesempatan pada pernikahan ini? Atau apakah kamu merasa lebih baik jika kalian berpisah dan masing-masing memulai lembaran baru?"Rania terdiam, merenungkan kata-kata ibunya. Di satu sisi, ia merasa sudah terlalu lelah untuk terus berjuang sendirian. Namun di sisi lain, ia masih ingin percaya bahwa pernikahan mereka bisa diperbaiki. "Aku tidak tahu, Bu," jawab Rania akhirnya. "Aku ingin memberinya kesempatan, tapi aku takut. Aku takut kalau semua ini hanya sementara, dan nanti aku akan terluka lagi."Ibunya tersenyum lembut dan meraih tangan Rania. "Itu wajar, Nak. Tidak ada yang salah dengan meragu

    Last Updated : 2024-11-17
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Mencari Solusi

    Malam itu, setelah berhari-hari menghindari satu sama lain, Yoga dan Rania akhirnya terlibat dalam pembicaraan yang lama tertunda. Suasana rumah yang sunyi terasa semakin tegang ketika Yoga, yang sudah lelah mengabaikan masalah, akhirnya duduk di meja makan menunggu Rania. Rania tahu, ini adalah saatnya mereka berbicara dari hati ke hati, meskipun ia tidak siap dengan apa yang akan terjadi.Rania memulai percakapan, suaranya tenang namun jelas menyimpan banyak emosi. "Mas, kenapa kita jadi seperti ini? Aku sudah berusaha sabar, tapi kamu semakin menjauh. Aku butuh penjelasan, kenapa kamu berubah? Apa karena Elena?"Yoga, yang tadinya tenang, langsung tegang mendengar nama itu. Elena adalah masa lalunya, seseorang yang pernah dekat sejak sebelum menikah dengan Rania. Meski hubungan itu sudah lama berakhir, Rania selalu merasa ada bayangan Elena yang masih menghantui pernikahan mereka. "Elena?" Yoga mendengus. "Rania, itu sudah lama selesai. Kamu tahu aku nggak ada urusan lagi dengan d

    Last Updated : 2024-11-18
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Konseling

    Malam itu, setelah Yoga dan Rania sepakat untuk memberi waktu bagi diri masing-masing, suasana di antara mereka masih terasa tegang. Keduanya duduk di ruang tamu, terdiam dalam pikiran masing-masing. Namun, di tengah kebisuan itu, Rania akhirnya angkat bicara."Mas...," panggil Rania dengan suara lembut tapi sedikit ragu, matanya menatap ke lantai seolah mencari keberanian. "Aku pikir, kalau kita mau benar-benar mencoba memperbaiki hubungan ini... kita butuh bantuan."Yoga yang sedang termenung, mengangkat wajahnya, menatap Rania dengan serius. "Maksud kamu bantuan dari siapa, Ran?"Rania menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Aku rasa, kita nggak bisa selesaikan ini sendiri. Mungkin kita bisa... coba konseling pernikahan? Aku dengar banyak pasangan yang terbantu dengan konselor. Dia bisa bantu kita untuk bicara lebih terbuka, tanpa harus saling menyalahkan."Yoga terdiam sejenak, memikirkan usul Rania. Ada keraguan di hatinya. Sebagai lelaki, ia selalu merasa bahwa masalah p

    Last Updated : 2024-11-19
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Mediasi Kedua

    Setelah beberapa hari mencari tempat konseling yang baru, Rania dan Yoga akhirnya bertemu dengan konselor yang mereka anggap benar-benar netral. Konseling tersebut berlangsung selama beberapa sesi, di mana keduanya diminta untuk mengungkapkan segala perasaan dan keluh kesah yang selama ini terpendam. Konselor membantu mereka mendalami akar masalah, memberikan sudut pandang baru, dan mencoba membangun kembali komunikasi yang rusak di antara mereka.Namun, meskipun konselor membantu mereka memahami masalah dari berbagai sudut pandang, Rania dan Yoga masih merasa bahwa hubungan mereka belum menemukan titik terang. Ada banyak luka dan kesalahpahaman yang belum terselesaikan, dan mereka berdua sadar bahwa pernikahan ini mungkin sudah berada di ujung tanduk.Pada sesi terakhir konseling, mereka duduk berhadapan di ruangan yang sejuk. Konselor mengamati wajah keduanya yang menunjukkan kelelahan emosional setelah sekian lama mencoba menemukan solusi."Aku rasa... kita butuh waktu," kata Rania

    Last Updated : 2024-11-20
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Jebakan Elena

    Yoga akhirnya tak kuasa menahan tekanan yang dilancarkan Elena. Setelah ancaman dari telepon itu, hati kecilnya diliputi kecemasan. Meskipun dia tahu bahwa Elena sering menggunakan manipulasi emosional untuk menarik perhatiannya, rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap keselamatan Elena memaksa Yoga untuk menyerah dan datang ke apartemen.Malam itu, Yoga akhirnya memutuskan untuk pergi, berharap bisa meredakan situasi dan menyelesaikan masalah sekali untuk selamanya. Ia tiba di apartemen Elena, mengetuk pintu dengan perasaan bercampur aduk antara marah, cemas, dan perasaan bersalah terhadap Rania.Elena membuka pintu dengan ekspresi seolah-olah ia sedang dalam krisis. Mata sembabnya dan sikapnya yang terlihat rapuh membuat Yoga terhenti di ambang pintu. "Yoga, aku nggak tahu harus bagaimana lagi..." Suaranya serak dan penuh kesedihan, membuat Yoga semakin merasa terjebak.Yoga melangkah masuk dengan ragu-ragu. "Elena, kamu nggak seharusnya melakukan ini. Kita harus bicara, tapi in

    Last Updated : 2024-11-21
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Keputusan Sulit

    Malam itu begitu sunyi. Langit tampak kelabu, seperti menggambarkan suasana hati Yoga yang kacau balau. Duduk di sudut kamarnya, Yoga menatap kosong ke arah jendela. Bayangan kejadian di apartemen Elena terus menghantui pikirannya. Rasanya begitu hampa, penuh penyesalan yang menghimpit dadanya."Bagaimana bisa aku begitu bodoh?" bisiknya pada dirinya sendiri, nadanya penuh rasa kecewa.Di sekelilingnya, suasana begitu sunyi. Namun, dalam benaknya, ada suara-suara yang terus bergema, menghukum dirinya sendiri atas kelemahannya. Yoga tahu bahwa jebakan Elena telah berhasil, dan sekarang, hubungan yang ia bangun bersama Rania selama ini berada di ambang kehancuran. Foto-foto yang dikirimkan Elena telah membuat jurang besar di antara mereka, jurang yang tampaknya terlalu dalam untuk dijembatani."Kenapa harus begini?" gumam Yoga lagi, matanya mulai berkaca-kaca. Rasa bersalah itu begitu berat, membuatnya ingin berteriak, tapi tak ada suara yang keluar.Ia teringat akan momen-momen bahagia

    Last Updated : 2024-11-22
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Luka Mendalam

    Pagi itu, Rania terbangun dengan perasaan hampa. Langit di luar jendela mendung, seakan mencerminkan hatinya yang tak menentu. Ia menatap cermin di kamarnya, memperhatikan wajahnya yang sembab karena kurang tidur. Matanya masih sembap akibat menangis sepanjang malam. Pikiran tentang foto-foto yang dikirimkan Elena terus menghantui dirinya.Yoga suaminya, pria yang pernah ia cintai sepenuh hati, kini terasa begitu jauh. Meski ada niat dari Yoga untuk memperbaiki hubungan, Rania tak bisa mengabaikan rasa sakit yang begitu mendalam. Foto-foto itu adalah bukti nyata pengkhianatan, bukti yang terus merongrong pikirannya, meremukkan hatinya sedikit demi sedikit.Rania terisak pelan saat memikirkan itu semua. Ia merasa bagaikan terperangkap di dalam sangkar perasaannya sendiri. Meski ada bagian dari dirinya yang ingin memaafkan dan melanjutkan hidup, bayangan tentang kejadian itu masih terlalu kuat untuk diabaikan.Tiba-tiba, ponselnya berdering. Yura, sahabat terbaiknya, menelepon. Rania ta

    Last Updated : 2024-11-23

Latest chapter

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Akhir Sebuah Rahasia

    Ruang tamu rumah keluarga Raka terasa lebih hangat malam itu. Semua anggota keluarga telah berkumpul, termasuk orang tua Elina. Yoga dan Rania duduk berdampingan, sementara ayah dan ibu Elina, Pak Arman dan Bu Ratna, duduk di seberang mereka. Raka dan Elina duduk di tengah, keduanya tampak cemas namun saling menggenggam tangan untuk saling menenangkan.Suasana terasa tegang sebelum akhirnya Pak Arman memecah keheningan."Terima kasih sudah mengundang kami malam ini, Yoga. Aku pikir ini memang saatnya kita bicara terbuka."Yoga mengangguk pelan, sorot matanya tajam namun penuh kehati-hatian. "Terima kasih sudah datang, Arman. Kita sudah terlalu lama membiarkan rahasia ini membebani kita. Ini saatnya kita biarkan anak-anak kita berjalan di jalan yang mereka pilih sendiri."Rania menatap suaminya dengan penuh dukungan. Sementara itu, Elina menatap ayahnya dengan wajah bingung. "Papa, maksudnya apa? Apa yang sebenarnya terjadi antara keluarga kita dan keluarga Raka?"Pak Arman menarik nap

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Rahasia yang Tersembunyi

    Sudah lewat tengah malam ketika Raka duduk di balkon kamarnya. Angin malam dingin menerpa wajahnya, tapi pikirannya terlalu penuh untuk merasakan udara yang menusuk tulang. Ponselnya bergetar pelan di genggaman tangannya, pesan dari Elina."[Kita harus bicara. Aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku.]"Raka memejamkan mata. Ia tahu momen ini akan tiba. Hubungannya dengan Elina selama ini berjalan di antara rahasia besar yang membentang seperti jurang di antara mereka.---Keesokan Harinya, di Sebuah Taman Kota, Raka menunggu di bangku kayu di tengah taman yang sepi. Daun-daun berguguran, menandakan musim berganti. Elina datang dengan langkah cepat dan wajah penuh tanda tanya."Raka... apa sebenarnya yang kamu sembunyikan? Aku merasa ada sesuatu yang belum kamu katakan."Raka menatap mata Elina dengan dalam, mencoba mencari kekuatan di sana."Elina, mungkin setelah ini kamu akan membenciku, atau mungkin malah pergi meninggalkanku. Tapi aku harus jujur."Elina menggigit bibirn

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Jejak Masa Lalu

    Raka terdiam sejenak, mencoba mencerna ucapan Elina. Nama ayahnya, Yoga, disebut dengan begitu santai dalam cerita Elina. Apakah ini hanya kebetulan, atau ada sesuatu yang lebih besar di baliknya?"Pak Yoga? Maksudmu... ayahmu mengenal Papa-ku?" tanya Raka dengan hati-hati.Elina mengangguk pelan sambil mengaduk kopinya. "Iya. Aku tidak tahu detailnya, tapi dulu waktu aku kecil, aku pernah dengar percakapan antara Papa dan Mama tentang bisnis mereka dengan seseorang bernama Yoga. Tapi setelah itu, nama itu jarang disebut lagi."Raka mencoba tetap tenang meskipun pikirannya berkecamuk. "Apakah ada masalah di antara mereka?"Elina menggeleng. "Aku nggak yakin. Papa jarang cerita hal-hal seperti itu. Tapi... sepertinya hubungan mereka tidak berjalan baik di akhir-akhir."Percakapan mereka berlanjut dengan topik yang lebih ringan, tetapi Raka tidak bisa mengabaikan fakta bahwa ayah Elina ternyata memiliki hubungan dengan ayahnya. Sebuah pertanyaan besar menggantung di benaknya. Apakah ada

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Setelah Beberapa Tahun

    Waktu berlalu begitu cepat, hujan rintik-rintik menyambut sore itu. Rania sibuk di dapur, memastikan makanan kesukaan Raka tersedia, sementara Yoga duduk di ruang tamu bersama Adam dan Arka, yang kini sudah remaja."Kak Raka pasti kaget lihat rumah kita nggak banyak berubah," Arka berkomentar sambil melirik Adam.Adam mengangguk. "Tapi mungkin dia lebih kangen sama kamar lamanya."Terdengar deru mobil di halaman. Semua serentak berdiri, bersiap menyambut sosok yang selama ini hanya bisa mereka lihat melalui panggilan video.Pintu depan terbuka, dan Raka masuk dengan senyuman lebar, mengenakan kemeja hitam rapi. "Aku pulang."Rania langsung memeluknya erat. "Akhirnya, Nak. Kamu nggak tahu betapa Mama kangen sama kamu."Yoga menepuk bahu Raka dengan bangga. "Selamat datang kembali, Nak. Kami semua bangga sama kamu."Adam dan Arka langsung merangkul kakaknya bergantian. "Kak Raka, gimana rasanya tinggal di luar negeri? Kamu bawa oleh-oleh, kan?" goda Adam, membuat suasana menjadi lebih r

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Kebersamaan

    Hari-hari berlalu, dan suasana di rumah Yoga perlahan berubah. Rania yang semula canggung dengan kehadiran Raka kini mulai terbiasa. Bocah itu, meski pendiam, memiliki pesona yang tak bisa diabaikan. Kelembutannya mulai mengisi celah-celah dalam hati Rania yang sempat tertutup oleh rasa bimbang.Pagi itu, Rania sedang menyiapkan sarapan di dapur ketika Raka datang menghampiri."Mama, aku bantu ambil piring, ya," ucap Raka sambil tersenyum.Rania tertegun sejenak. Kata "Mama" terdengar begitu alami keluar dari mulut bocah itu. Ia berusaha menahan air mata yang tiba-tiba muncul, lalu mengangguk sambil tersenyum."Terima kasih, sayang. Kamu bisa letakkan piringnya di meja, ya," balas Rania dengan suara lembut.Di ruang makan, Adam dan Arka sudah duduk menunggu. Ketika melihat Raka membawa piring-piring, Arka berseru, "Wah, Kak Raka sudah jadi bagian tim, nih!"Raka tertawa kecil. "Iya dong. Tim kita harus kompak."Yoga yang baru turun dari tangga menyaksikan pemandangan itu dengan hati y

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Langkah Menuju Kebenaran

    Malam terasa dingin ketika Yoga tiba di rumah. Keheningan menyelimuti ruang tamu, hanya suara jam dinding yang terdengar seperti detak jantungnya yang tak beraturan. Rania belum kembali, dan ia tahu alasan kepergiannya adalah dirinya sendiri.Di kamar, anak-anak sudah tertidur. Namun, di meja makan, Raka masih duduk dengan wajah bingung, menatap segelas susu yang sudah dingin."Om Yoga, kenapa Tante Rania pergi?" suara Raka memecah keheningan.Yoga terdiam sesaat, mencoba meredakan kekacauan di pikirannya. Ia berjalan mendekati Raka, duduk di samping keponakannya, atau mungkin, anak kandungnya."Raka, dengar ya," suara Yoga pelan, tetapi mengandung kepedihan yang sulit disembunyikan. "Kadang orang dewasa harus menghadapi sesuatu yang sulit dimengerti. Tapi kamu nggak perlu khawatir. Tante Rania pasti kembali."Raka memiringkan kepalanya, mencoba memahami. "Om, tadi aku dengar Tante Rania bilang ‘kamu harus jujur sama anak-anak’. Maksudnya apa?"Yoga menelan ludah. Ia tahu, cepat atau

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Penjelasan yang Lembut

    Yoga menarik napas panjang sebelum mendekati Adam dan Arka yang berdiri di ambang pintu. Rania masih terduduk di lantai, memeluk map cokelat erat-erat. Ia menatap Yoga dengan mata yang mengisyaratkan dukungan, meskipun hatinya masih bergejolak."Adam, Arka, duduk sini dulu sama Papa," kata Yoga dengan suara selembut mungkin, sambil mengulurkan tangannya.Kedua anak kembar itu berjalan mendekat dengan raut bingung, lalu duduk di sofa kecil di ruang tamu. Mata mereka masih melirik Rania, seakan mencari jawaban dari wajah ibunya.Yoga berjongkok di depan mereka, sehingga pandangannya sejajar dengan anak-anaknya. "Kalian tahu, Papa dulu punya adik laki-laki yang namanya Om Fandy, kan?"Adam mengangguk cepat. "Om Fandy yang suka cerita lucu pas kita kecil, kan, Pa? Tapi dia udah lama nggak kelihatan."Arka menambahkan dengan suara kecil, "Kakek bilang Om Fandy tinggal di surga sekarang."Yoga tersenyum tipis mendengar ingatan polos mereka. "Betul sekali. Om Fandy sudah di surga. Dan sebelu

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Menjaga Rahasia

    Pagi itu terasa lebih berat dari biasanya. Yoga duduk di meja makan, memandangi secangkir kopi yang sudah dingin. Di sampingnya, Rania sibuk menyiapkan sarapan untuk anak-anak. Namun, suasana di antara mereka terasa dingin, bahkan canggung."Mas Yoga, kamu baik-baik saja?" tanya Rania sambil menyiapkan bekal untuk Adam dan Arka.Yoga tersentak dari lamunannya. "Iya, aku baik. Hanya... sedikit kepikiran pekerjaan," jawabnya dengan senyum tipis yang dipaksakan.Rania mengerutkan dahi. "Kamu sering terlihat melamun belakangan ini. Kalau ada sesuatu, lebih baik kamu cerita."Namun, Yoga tidak menjawab. Ia hanya menunduk, mencari keberanian untuk menghadapi kenyataan.Setelah Rania berangkat mengantar anak-anak ke sekolah, Yoga menerima telepon dari Armand."Yo, aku tahu kamu pasti masih bingung, tapi kita harus bicara lagi," kata Armand di ujung telepon."Aku nggak tahu harus mulai dari mana, Mand. Rania bahkan sudah curiga," jawab Yoga dengan suara lelah."Kamu nggak bisa terus menyembun

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Persimpangan Hati

    Rania duduk termenung di ruang kerjanya, membiarkan suara ketukan jam yang berulang menjadi satu-satunya suara di ruangan itu. Perkataan Yoga tadi malam terus menghantui pikirannya, menimbulkan perasaan bersalah yang sulit diabaikan.Sementara itu, Yoga mencoba melanjutkan hari-harinya seperti biasa, tapi ia tak bisa menghilangkan kegelisahan yang kini membebani hatinya. Adam dan Arka, meskipun belum benar-benar memahami permasalahan di antara orang tua mereka, mulai menyadari perubahan kecil dalam rutinitas sehari-hari yang sering kali mereka abaikan. Mereka bahkan sempat bertanya pada Rania, "Mama, kenapa Papa sedih?"Pertanyaan sederhana itu membuat hati Rania makin teriris. Anak-anak mereka mulai merasakan dampaknya, dan itu adalah hal terakhir yang ia inginkan. Keputusan untuk mengejar impiannya terasa begitu egois, tetapi di saat yang sama, ia tak bisa sepenuhnya mengabaikan perasaan yang perlahan-lahan menggerogoti jiwanya.Rania memutuskan untuk mencari jalan keluar. Ia tahu b

DMCA.com Protection Status