Share

Mediasi Kedua

Author: Fafafe 36
last update Last Updated: 2024-11-20 07:09:42

Setelah beberapa hari mencari tempat konseling yang baru, Rania dan Yoga akhirnya bertemu dengan konselor yang mereka anggap benar-benar netral. Konseling tersebut berlangsung selama beberapa sesi, di mana keduanya diminta untuk mengungkapkan segala perasaan dan keluh kesah yang selama ini terpendam. Konselor membantu mereka mendalami akar masalah, memberikan sudut pandang baru, dan mencoba membangun kembali komunikasi yang rusak di antara mereka.

Namun, meskipun konselor membantu mereka memahami masalah dari berbagai sudut pandang, Rania dan Yoga masih merasa bahwa hubungan mereka belum menemukan titik terang. Ada banyak luka dan kesalahpahaman yang belum terselesaikan, dan mereka berdua sadar bahwa pernikahan ini mungkin sudah berada di ujung tanduk.

Pada sesi terakhir konseling, mereka duduk berhadapan di ruangan yang sejuk. Konselor mengamati wajah keduanya yang menunjukkan kelelahan emosional setelah sekian lama mencoba menemukan solusi.

"Aku rasa... kita butuh waktu," kata Rania
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Jebakan Elena

    Yoga akhirnya tak kuasa menahan tekanan yang dilancarkan Elena. Setelah ancaman dari telepon itu, hati kecilnya diliputi kecemasan. Meskipun dia tahu bahwa Elena sering menggunakan manipulasi emosional untuk menarik perhatiannya, rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap keselamatan Elena memaksa Yoga untuk menyerah dan datang ke apartemen.Malam itu, Yoga akhirnya memutuskan untuk pergi, berharap bisa meredakan situasi dan menyelesaikan masalah sekali untuk selamanya. Ia tiba di apartemen Elena, mengetuk pintu dengan perasaan bercampur aduk antara marah, cemas, dan perasaan bersalah terhadap Rania.Elena membuka pintu dengan ekspresi seolah-olah ia sedang dalam krisis. Mata sembabnya dan sikapnya yang terlihat rapuh membuat Yoga terhenti di ambang pintu. "Yoga, aku nggak tahu harus bagaimana lagi..." Suaranya serak dan penuh kesedihan, membuat Yoga semakin merasa terjebak.Yoga melangkah masuk dengan ragu-ragu. "Elena, kamu nggak seharusnya melakukan ini. Kita harus bicara, tapi in

    Last Updated : 2024-11-21
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Keputusan Sulit

    Malam itu begitu sunyi. Langit tampak kelabu, seperti menggambarkan suasana hati Yoga yang kacau balau. Duduk di sudut kamarnya, Yoga menatap kosong ke arah jendela. Bayangan kejadian di apartemen Elena terus menghantui pikirannya. Rasanya begitu hampa, penuh penyesalan yang menghimpit dadanya."Bagaimana bisa aku begitu bodoh?" bisiknya pada dirinya sendiri, nadanya penuh rasa kecewa.Di sekelilingnya, suasana begitu sunyi. Namun, dalam benaknya, ada suara-suara yang terus bergema, menghukum dirinya sendiri atas kelemahannya. Yoga tahu bahwa jebakan Elena telah berhasil, dan sekarang, hubungan yang ia bangun bersama Rania selama ini berada di ambang kehancuran. Foto-foto yang dikirimkan Elena telah membuat jurang besar di antara mereka, jurang yang tampaknya terlalu dalam untuk dijembatani."Kenapa harus begini?" gumam Yoga lagi, matanya mulai berkaca-kaca. Rasa bersalah itu begitu berat, membuatnya ingin berteriak, tapi tak ada suara yang keluar.Ia teringat akan momen-momen bahagia

    Last Updated : 2024-11-22
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Luka Mendalam

    Pagi itu, Rania terbangun dengan perasaan hampa. Langit di luar jendela mendung, seakan mencerminkan hatinya yang tak menentu. Ia menatap cermin di kamarnya, memperhatikan wajahnya yang sembab karena kurang tidur. Matanya masih sembap akibat menangis sepanjang malam. Pikiran tentang foto-foto yang dikirimkan Elena terus menghantui dirinya.Yoga suaminya, pria yang pernah ia cintai sepenuh hati, kini terasa begitu jauh. Meski ada niat dari Yoga untuk memperbaiki hubungan, Rania tak bisa mengabaikan rasa sakit yang begitu mendalam. Foto-foto itu adalah bukti nyata pengkhianatan, bukti yang terus merongrong pikirannya, meremukkan hatinya sedikit demi sedikit.Rania terisak pelan saat memikirkan itu semua. Ia merasa bagaikan terperangkap di dalam sangkar perasaannya sendiri. Meski ada bagian dari dirinya yang ingin memaafkan dan melanjutkan hidup, bayangan tentang kejadian itu masih terlalu kuat untuk diabaikan.Tiba-tiba, ponselnya berdering. Yura, sahabat terbaiknya, menelepon. Rania ta

    Last Updated : 2024-11-23
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Rendy Datang Lagi

    Pagi itu terasa begitu berat bagi Rania. Hatinya masih terasa sakit setiap kali mengingat foto-foto yang dikirim Elena. Meskipun Yoga terus berusaha menunjukkan perubahannya, berusaha memperbaiki keadaan, Rania belum bisa sepenuhnya percaya. Setiap kali Yoga mengucapkan kata-kata manis, Rania merasa perih di dadanya, seolah ada jarak yang tak terjembatani di antara mereka.Rania duduk di ruang tamu sendirian, menatap kosong ke luar jendela. Ia merasakan ketidakpastian yang besar mengenai masa depan pernikahannya. Dalam hati, dia bertanya-tanya apakah semua usaha ini sia-sia.Suara telepon berbunyi, mengalihkan perhatiannya dari lamunannya. Saat melihat nama di layar, hatinya terasa sedikit lebih ringan, itu Rendy."Hei, Ran. Aku lagi dekat sini, kamu mau ketemu buat makan siang?" suara Rendy terdengar hangat dan menenangkan.Rania terdiam sejenak, memikirkan apa yang harus dijawab. Sejujurnya, ia butuh seseorang untuk mendengarkan, untuk berada di sampingnya. Dia lelah merasa sendiria

    Last Updated : 2024-11-24
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Pilihan

    Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Rania tahu bahwa keputusan yang akan ia buat hari ini akan menentukan masa depannya. Pikirannya terus berputar tentang segala hal yang telah terjadi, pertengkaran dengan Yoga, perasaannya terhadap Rendy, dan harapan akan kehidupan yang lebih bahagia. Di satu sisi, ia tak bisa mengabaikan hubungan emosional yang telah ia bangun dengan Rendy, namun di sisi lain, sejarah dan cinta yang pernah ia bagikan dengan Yoga tak bisa begitu saja dihapus.Rania berdiri di depan cermin di kamar tidurnya, menatap bayangannya dengan tatapan kosong. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum pertemuan penting yang akan segera berlangsung. "Aku harus memutuskan hari ini," bisiknya kepada dirinya sendiri. "Dan apa pun yang kupilih, itu harus kutanggung dengan sepenuh hati."Saat Rania tiba di kafe tempat dia dan Rendy sering bertemu, suasana terasa lebih berat dari biasanya. Rendy sudah duduk di sana, menatap kosong pada cangkir kopinya. Ketika

    Last Updated : 2024-11-25
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Titik Kritis

    Pagi itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Rania duduk di ruang tamu, memandang secangkir teh hangat di hadapannya. Pikirannya berputar, terus terjebak antara dua pilihan yang semakin menghimpitnya. Yoga atau Rendy? Suaminya, yang pernah menjadi cinta dalam hidupnya, atau Rendy, yang menawarkan rasa nyaman dan kebebasan yang ia rindukan?Yoga mulai merasakan ada yang berubah. Beberapa hari terakhir, Rania sering pulang larut dan terlihat lebih sibuk dengan urusannya sendiri. Dia sudah lama mencium aroma kehadiran Rendy kembali, dan itu membuatnya semakin gelisah. Hari ini, Yoga merasa waktunya sudah tiba untuk membicarakan hal yang terus mengganjal di pikirannya.Rania terdiam di sofa, ketika tiba-tiba suara pintu terbuka. Yoga masuk dengan langkah cepat, wajahnya tegang. Ada ketegangan di udara yang tidak bisa diabaikan."Rania, kita perlu bicara," kata Yoga dengan nada datar, tapi ada kemarahan yang tersembunyi di balik suaranya.Rania mendongak, mencoba menyembunyikan rasa

    Last Updated : 2024-11-26
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Keretakan yang Semakin Dalam

    Rania duduk termenung di sudut ruang tamu. Pikirannya berkelana jauh, memikirkan segala yang telah terjadi dalam hidupnya. Meski Yoga baru saja berangkat kerja, bayangan Rendy terus menghantui pikirannya. Hatinya kacau, terbelah antara perasaan bersalah pada Yoga dan kenyamanan yang ia rasakan saat bersama Rendy. Setiap kali Rendy tersenyum, memberikan perhatian yang Yoga tak pernah berikan, Rania merasa hangat. Namun, ada suara kecil di dalam dirinya yang selalu mengingatkan bahwa semua ini salah.Sementara itu, di tempat lain, Yoga tengah duduk di kantor dengan tumpukan dokumen di hadapannya. Namun pikirannya tidak tertuju pada pekerjaan. Hari-hari belakangan ini terasa berbeda. Sikap dingin Rania, keheningan yang semakin lama semakin menyiksa, membuat Yoga berpikir keras. "Apa yang salah dariku? Apa aku terlalu sibuk? Terlalu jauh?" Yoga merenung dalam-dalam. Ia mulai menyadari bahwa selama ini dia terjebak dalam rutinitas, lupa memberi perhatian yang cukup pada istrinya. Ia tahu,

    Last Updated : 2024-11-27
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Rania Terpuruk

    Malam itu, Rania duduk sendirian di tepi ranjang, memandangi jendela dengan pikiran yang kacau. Semuanya terasa semakin berat. Hatinya seperti terpecah, terombang-ambing antara pernikahan yang kian rapuh dengan Yoga dan perasaan nyaman yang terus tumbuh bersama Rendy. Setiap kali Yoga mencoba mendekatinya, Rania hanya merasa semakin jauh. Rasa bersalah yang dia pendam kian menyiksanya.Teleponnya bergetar lagi, pesan dari Rendy masuk, mengingatkannya bahwa dia selalu ada untuk mendengarkan. Rania terdiam sejenak, mempertimbangkan pilihan yang dia punya. Akhirnya, tanpa banyak berpikir, dia mengetik balasan singkat."Aku butuh bicara. Bisa ketemu sekarang?"Tak butuh waktu lama bagi Rendy untuk merespons, setuju dengan segera. Dalam hatinya, Rania tahu ini bukan keputusan yang bijak, tapi dia sudah terlalu lelah menahan semuanya sendiri.---Mereka bertemu di sebuah kafe kecil yang sepi, jauh dari keramaian kota. Suasana dingin malam itu seakan mencerminkan kegundahan hati Rania. Duduk

    Last Updated : 2024-11-27

Latest chapter

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Perpisahan yang Menyembuhkan

    Malam itu, hujan turun dengan deras. Raka duduk di balik meja kerjanya dengan wajah yang kusut. Berkas-berkas hasil penyelidikan Rey berserakan di hadapannya. Semua petunjuk, semua bukti, mengarah pada satu hal yang tak pernah ia duga, Elina.Rey masuk dengan jas basah kuyup, napasnya terengah-engah. "Raka, gue udah nemuin semuanya. Tapi lo harus siap denger ini."Raka menatap Rey dengan mata penuh kecemasan. "Katakan, Rey."Rey menarik napas panjang sebelum berbicara. "Elina bukan orang yang lo kira. Dia bukan sekadar gadis biasa yang lo temui di restoran itu. Dia… adalah adik kandung dari seseorang yang selama ini lo hindari. Dia adik kandung Rian."Raka terdiam. Kepalanya terasa berputar, jantungnya berdegup kencang. "Apa maksud lo, Rey? Rian udah lama pergi. Kenapa Elina nggak pernah bilang apa-apa sama gue?""Karena Rian meninggalkan pesan untuk Elina sebelum dia pergi. Pesan itu adalah… untuk mendekati lo. Untuk memastikan lo tidak pernah menemukan satu kebenaran penting yang Ri

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Jejak

    Langit malam masih pekat ketika Raka tiba di salah satu kafe kecil di pinggiran kota. Tempat itu jauh dari keramaian, cocok untuk sebuah pertemuan yang bersifat rahasia. Lampu temaram dan musik jazz pelan menambah kesan misterius pada suasana malam itu.Seorang pria dengan jaket kulit hitam duduk di sudut ruangan, wajahnya sedikit tertutup oleh topi. Raka langsung mengenalinya dan berjalan mendekat."Rey?" panggil Raka pelan.Pria itu menoleh, senyum kecil terukir di wajahnya. "Raka. Lama kita nggak ketemu, ya."Rey, sahabat lama Raka saat SMA, kini adalah seorang detektif swasta. Raka tahu jika ada seseorang yang bisa ia percaya untuk mengusut masalah ini, orang itu adalah Rey.Mereka bersalaman erat sebelum duduk berhadapan."Gue nggak nyangka lo bakal jadi detektif, Rey," ucap Raka dengan senyum kecil.Rey mengangkat bahu santai. "Hidup membawa gue ke jalan ini. Jadi, masalah apa yang bikin lo sampai manggil gue jam segini, Raka?"Raka mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Bayangan

    Malam itu, Raka baru saja keluar dari kantor setelah lembur menyelesaikan proyek besar yang sudah mendekati tenggat waktu. Jalanan sudah lengang, hanya beberapa mobil berlalu lalang di depan gedung kantor tempatnya bekerja.Ia berjalan menuju mobilnya di area parkir basement. Langkahnya terhenti sejenak ketika mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Raka menoleh, namun hanya melihat barisan mobil yang terparkir rapi."Mungkin cuma perasaanku," gumamnya sambil membuka pintu mobil.Namun, sebelum ia masuk, matanya menangkap sesuatu yang aneh di kaca spion, sebuah amplop kecil terselip di wiper mobilnya. Raka meraihnya dengan hati-hati dan membuka amplop itu di dalam mobil."Berhati-hatilah, Raka. Tidak semua orang yang tersenyum padamu benar-benar tulus. Aku selalu memperhatikanmu."Raka mengernyit. Tulisan tangan itu tampak rapi tapi memberi kesan misterius. Siapa yang menulis ini? Kenapa ada kesan mengancam?Ia meletakkan surat itu di dashboard dan menyalakan mesin mobil, mencoba

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Malam Itu

    Sore itu, Raka mengantar Elina pulang. Mereka berpisah dengan senyum di wajah masing-masing, tanpa menyadari bayang-bayang misterius yang terus mengawasi mereka.Raka melajukan mobilnya menuju rumah dengan pikiran yang dipenuhi kehangatan dari pertemuannya dengan Elina. Namun, di persimpangan jalan, sebuah motor besar melaju cepat dan memotong jalannya secara tiba-tiba. Raka terpaksa menginjak rem mendadak, tubuhnya terdorong ke depan bersama suara decitan ban yang memekakkan telinga.Pengendara motor itu berhenti sejenak di depan mobil Raka. Helm hitam pekatnya menutupi wajahnya, membuat Raka tidak bisa melihat siapa sosok di balik helm tersebut. Mereka saling berhadapan beberapa detik sebelum motor itu melaju kencang dan menghilang di tikungan."Apa-apaan itu?" gumam Raka sambil memukul setirnya pelan. Jantungnya masih berdetak cepat akibat kejadian barusan.---Sesampainya di rumah, Rania menyambut Raka dengan wajah penuh kekhawatiran."Raka, kamu kenapa? Mukamu pucat banget!" ujar

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Awan Gelap

    Suasana pusat perbelanjaan siang itu cukup ramai. Elina berjalan santai di lorong toko, ditemani seorang pria bertubuh tinggi dengan kemeja biru muda yang tampak rapi. Mereka sesekali tertawa kecil sambil berbincang.Di sudut lain, Raka yang kebetulan datang untuk membeli hadiah ulang tahun Adam berhenti sejenak. Pandangannya terpaku pada sosok Elina yang sedang tersenyum cerah di hadapan pria asing itu. Detak jantungnya berpacu lebih cepat."Siapa dia…?" gumam Raka lirih.Pria itu tampak mengambil tas belanjaan Elina dengan sigap, lalu berjalan bersamanya menuju kafe terdekat. Raka mengepalkan tangannya, napasnya terasa berat. Ia ingin mendekat, tapi kakinya seperti terpaku di tempat."Elina… Kenapa kamu nggak pernah cerita tentang dia?" desisnya dengan nada kecewa.Tanpa pikir panjang, Raka berbalik arah dan melangkah pergi dengan cepat.---Elina duduk sambil menyeruput segelas kopi di hadapan pria bernama Rendi, seorang sepupunya yang baru saja pulang dari luar negeri. Mereka memb

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Akhir Sebuah Rahasia

    Ruang tamu rumah keluarga Raka terasa lebih hangat malam itu. Semua anggota keluarga telah berkumpul, termasuk orang tua Elina. Yoga dan Rania duduk berdampingan, sementara ayah dan ibu Elina, Pak Arman dan Bu Ratna, duduk di seberang mereka. Raka dan Elina duduk di tengah, keduanya tampak cemas namun saling menggenggam tangan untuk saling menenangkan.Suasana terasa tegang sebelum akhirnya Pak Arman memecah keheningan."Terima kasih sudah mengundang kami malam ini, Yoga. Aku pikir ini memang saatnya kita bicara terbuka."Yoga mengangguk pelan, sorot matanya tajam namun penuh kehati-hatian. "Terima kasih sudah datang, Arman. Kita sudah terlalu lama membiarkan rahasia ini membebani kita. Ini saatnya kita biarkan anak-anak kita berjalan di jalan yang mereka pilih sendiri."Rania menatap suaminya dengan penuh dukungan. Sementara itu, Elina menatap ayahnya dengan wajah bingung. "Papa, maksudnya apa? Apa yang sebenarnya terjadi antara keluarga kita dan keluarga Raka?"Pak Arman menarik nap

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Rahasia yang Tersembunyi

    Sudah lewat tengah malam ketika Raka duduk di balkon kamarnya. Angin malam dingin menerpa wajahnya, tapi pikirannya terlalu penuh untuk merasakan udara yang menusuk tulang. Ponselnya bergetar pelan di genggaman tangannya, pesan dari Elina."[Kita harus bicara. Aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku.]"Raka memejamkan mata. Ia tahu momen ini akan tiba. Hubungannya dengan Elina selama ini berjalan di antara rahasia besar yang membentang seperti jurang di antara mereka.---Keesokan Harinya, di Sebuah Taman Kota, Raka menunggu di bangku kayu di tengah taman yang sepi. Daun-daun berguguran, menandakan musim berganti. Elina datang dengan langkah cepat dan wajah penuh tanda tanya."Raka... apa sebenarnya yang kamu sembunyikan? Aku merasa ada sesuatu yang belum kamu katakan."Raka menatap mata Elina dengan dalam, mencoba mencari kekuatan di sana."Elina, mungkin setelah ini kamu akan membenciku, atau mungkin malah pergi meninggalkanku. Tapi aku harus jujur."Elina menggigit bibirn

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Jejak Masa Lalu

    Raka terdiam sejenak, mencoba mencerna ucapan Elina. Nama ayahnya, Yoga, disebut dengan begitu santai dalam cerita Elina. Apakah ini hanya kebetulan, atau ada sesuatu yang lebih besar di baliknya?"Pak Yoga? Maksudmu... ayahmu mengenal Papa-ku?" tanya Raka dengan hati-hati.Elina mengangguk pelan sambil mengaduk kopinya. "Iya. Aku tidak tahu detailnya, tapi dulu waktu aku kecil, aku pernah dengar percakapan antara Papa dan Mama tentang bisnis mereka dengan seseorang bernama Yoga. Tapi setelah itu, nama itu jarang disebut lagi."Raka mencoba tetap tenang meskipun pikirannya berkecamuk. "Apakah ada masalah di antara mereka?"Elina menggeleng. "Aku nggak yakin. Papa jarang cerita hal-hal seperti itu. Tapi... sepertinya hubungan mereka tidak berjalan baik di akhir-akhir."Percakapan mereka berlanjut dengan topik yang lebih ringan, tetapi Raka tidak bisa mengabaikan fakta bahwa ayah Elina ternyata memiliki hubungan dengan ayahnya. Sebuah pertanyaan besar menggantung di benaknya. Apakah ada

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Setelah Beberapa Tahun

    Waktu berlalu begitu cepat, hujan rintik-rintik menyambut sore itu. Rania sibuk di dapur, memastikan makanan kesukaan Raka tersedia, sementara Yoga duduk di ruang tamu bersama Adam dan Arka, yang kini sudah remaja."Kak Raka pasti kaget lihat rumah kita nggak banyak berubah," Arka berkomentar sambil melirik Adam.Adam mengangguk. "Tapi mungkin dia lebih kangen sama kamar lamanya."Terdengar deru mobil di halaman. Semua serentak berdiri, bersiap menyambut sosok yang selama ini hanya bisa mereka lihat melalui panggilan video.Pintu depan terbuka, dan Raka masuk dengan senyuman lebar, mengenakan kemeja hitam rapi. "Aku pulang."Rania langsung memeluknya erat. "Akhirnya, Nak. Kamu nggak tahu betapa Mama kangen sama kamu."Yoga menepuk bahu Raka dengan bangga. "Selamat datang kembali, Nak. Kami semua bangga sama kamu."Adam dan Arka langsung merangkul kakaknya bergantian. "Kak Raka, gimana rasanya tinggal di luar negeri? Kamu bawa oleh-oleh, kan?" goda Adam, membuat suasana menjadi lebih r

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status