Share

Keputusan

Penulis: Fafafe 36
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-16 15:41:30

Beberapa hari telah berlalu sejak Yoga sembuh dari sakit, tapi suasana di rumah terasa berbeda. Meski Yoga sudah kembali beraktivitas seperti biasa, ada jarak yang semakin nyata antara dirinya dan Rania. Keduanya jarang berbicara, dan jika pun ada percakapan, hanya sekadar basa-basi tentang hal-hal sepele.

Rania berusaha menahan diri dan tetap menjalankan perannya sebagai istri dengan baik. Namun, di dalam hatinya, rasa sakit dan keraguan masih membayangi. Pertemuan dengan Elena telah meninggalkan luka yang belum sembuh, dan setiap kali Rania melihat Yoga, ia teringat bahwa ada bagian dari suaminya yang masih terikat dengan wanita lain.

Suatu malam, ketika mereka sedang makan malam bersama, Rania memutuskan untuk membuka pembicaraan. Ia sudah terlalu lama memendam perasaannya. "Mas Yoga," panggilnya dengan lembut, suaranya penuh ketenangan yang dipaksakan. "Kita perlu bicara."

Yoga menghentikan sendoknya di tengah-tengah suapan, menatap Rania sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Pisah Sementara

    Malam itu terasa begitu panjang dan penuh keheningan yang menyakitkan. Setelah percakapan penuh emosi di kamar mereka, Rania dan Yoga terpaksa mengambil keputusan yang tak terhindarkan untuk tidur terpisah malam itu. Meski mereka berada di bawah atap yang sama, tapi jarak emosional yang semakin besar di antara mereka membuat segalanya tampak jauh.Rania, dengan hati yang masih terluka, mengambil selimut dan bantal dari tempat tidur mereka, lalu dengan langkah pelan menuju ruang tamu. Ia merasa dadanya sesak, penuh oleh berbagai emosi yang saling bertabrakan, kesedihan, marah, dan rasa tak berdaya. Saat ia merebahkan diri di sofa, air mata yang sejak tadi tertahan akhirnya tumpah. Ia terisak dalam diam, tidak ingin Yoga mendengar tangisannya. Meski sudah memutuskan untuk memberikan jarak, hatinya masih sakit oleh kenyataan bahwa pria yang kini menjadi suaminya belum sepenuhnya miliknya.Sementara itu, di kamar, Yoga duduk di tepi ranjang, menatap ke arah pintu yang baru saja ditinggalk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Introspeksi Diri

    Rania tiba di rumah orang tuanya dengan perasaan campur aduk. Setelah meninggalkan Yoga dan rumah mereka, ia merasakan campuran antara kelegaan dan kesedihan yang mendalam. Keputusan untuk pulang ke rumah orang tuanya bukanlah hal yang mudah, tetapi ia tahu bahwa ia membutuhkan waktu dan jarak untuk berpikir jernih. Hubungan mereka sudah berada di titik kritis, dan Rania tidak bisa lagi menunggu dalam ketidakpastian.Saat tiba di depan pintu rumah, Rania menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk. Pintu dibuka oleh ibunya, yang tampak terkejut melihat putrinya muncul tanpa pemberitahuan sebelumnya. Namun, satu pandangan pada wajah Rania sudah cukup untuk memberi tahu ibunya bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Rania, ada apa sayang?" tanya ibunya dengan suara penuh kekhawatiran.Rania mencoba tersenyum, tetapi air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh juga. Ia langsung masuk ke pelukan ibunya, menangis dalam diam. Ia merasa rapuh, bingung, dan penuh dengan pertanyaan tentang ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Salah Paham

    Sore itu, Yoga mengemudi dengan perasaan berdebar. Setelah mengirim pesan kepada Rania beberapa hari yang lalu, ia tidak mendapatkan jawaban yang jelas, dan ketidakpastian membuatnya semakin gelisah. Dia memutuskan untuk menjemput Rania di rumah orang tuanya, berharap bisa berbicara langsung dan menunjukkan bahwa ia benar-benar ingin memperbaiki semuanya.Namun, saat Yoga melintasi jalan menuju rumah orang tua Rania, pandangannya tidak sengaja tertuju pada sebuah mobil di sebelahnya. Mobil itu terlihat begitu familiar, mobil orang tua Rania. Hatinya berdebar kencang saat ia menyadari bahwa Rania duduk di kursi penumpang, berbicara dengan seseorang di dalam mobil.Di lampu merah, mobil mereka kebetulan berhenti sejajar. Yoga memperlambat laju mobilnya dan melihat ke arah mobil tersebut. Jantungnya serasa berhenti sejenak ketika ia melihat Rania, tampak tenang, duduk di samping seorang pria. Pria itu sepertinya mengemudikan mobil dengan nyaman sambil sesekali berbicara dengan Rania.Yog

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Mulai Oleng

    Esok harinya, Rania memutuskan untuk berbicara dengan ibunya. Mereka duduk bersama di meja makan, dengan Rania perlahan menceritakan perasaannya. Ibunya mendengarkan dengan tenang, memberikan nasihat tanpa menghakimi. "Nak, kepercayaan itu memang sulit dibangun kembali setelah dirusak," ucap ibunya lembut. "Tapi kamu harus bertanya pada dirimu sendiri, apakah kamu masih ingin memberikan kesempatan pada pernikahan ini? Atau apakah kamu merasa lebih baik jika kalian berpisah dan masing-masing memulai lembaran baru?"Rania terdiam, merenungkan kata-kata ibunya. Di satu sisi, ia merasa sudah terlalu lelah untuk terus berjuang sendirian. Namun di sisi lain, ia masih ingin percaya bahwa pernikahan mereka bisa diperbaiki. "Aku tidak tahu, Bu," jawab Rania akhirnya. "Aku ingin memberinya kesempatan, tapi aku takut. Aku takut kalau semua ini hanya sementara, dan nanti aku akan terluka lagi."Ibunya tersenyum lembut dan meraih tangan Rania. "Itu wajar, Nak. Tidak ada yang salah dengan meragu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Mencari Solusi

    Malam itu, setelah berhari-hari menghindari satu sama lain, Yoga dan Rania akhirnya terlibat dalam pembicaraan yang lama tertunda. Suasana rumah yang sunyi terasa semakin tegang ketika Yoga, yang sudah lelah mengabaikan masalah, akhirnya duduk di meja makan menunggu Rania. Rania tahu, ini adalah saatnya mereka berbicara dari hati ke hati, meskipun ia tidak siap dengan apa yang akan terjadi.Rania memulai percakapan, suaranya tenang namun jelas menyimpan banyak emosi. "Mas, kenapa kita jadi seperti ini? Aku sudah berusaha sabar, tapi kamu semakin menjauh. Aku butuh penjelasan, kenapa kamu berubah? Apa karena Elena?"Yoga, yang tadinya tenang, langsung tegang mendengar nama itu. Elena adalah masa lalunya, seseorang yang pernah dekat sejak sebelum menikah dengan Rania. Meski hubungan itu sudah lama berakhir, Rania selalu merasa ada bayangan Elena yang masih menghantui pernikahan mereka. "Elena?" Yoga mendengus. "Rania, itu sudah lama selesai. Kamu tahu aku nggak ada urusan lagi dengan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Konseling

    Malam itu, setelah Yoga dan Rania sepakat untuk memberi waktu bagi diri masing-masing, suasana di antara mereka masih terasa tegang. Keduanya duduk di ruang tamu, terdiam dalam pikiran masing-masing. Namun, di tengah kebisuan itu, Rania akhirnya angkat bicara."Mas...," panggil Rania dengan suara lembut tapi sedikit ragu, matanya menatap ke lantai seolah mencari keberanian. "Aku pikir, kalau kita mau benar-benar mencoba memperbaiki hubungan ini... kita butuh bantuan."Yoga yang sedang termenung, mengangkat wajahnya, menatap Rania dengan serius. "Maksud kamu bantuan dari siapa, Ran?"Rania menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Aku rasa, kita nggak bisa selesaikan ini sendiri. Mungkin kita bisa... coba konseling pernikahan? Aku dengar banyak pasangan yang terbantu dengan konselor. Dia bisa bantu kita untuk bicara lebih terbuka, tanpa harus saling menyalahkan."Yoga terdiam sejenak, memikirkan usul Rania. Ada keraguan di hatinya. Sebagai lelaki, ia selalu merasa bahwa masalah p

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Mediasi Kedua

    Setelah beberapa hari mencari tempat konseling yang baru, Rania dan Yoga akhirnya bertemu dengan konselor yang mereka anggap benar-benar netral. Konseling tersebut berlangsung selama beberapa sesi, di mana keduanya diminta untuk mengungkapkan segala perasaan dan keluh kesah yang selama ini terpendam. Konselor membantu mereka mendalami akar masalah, memberikan sudut pandang baru, dan mencoba membangun kembali komunikasi yang rusak di antara mereka.Namun, meskipun konselor membantu mereka memahami masalah dari berbagai sudut pandang, Rania dan Yoga masih merasa bahwa hubungan mereka belum menemukan titik terang. Ada banyak luka dan kesalahpahaman yang belum terselesaikan, dan mereka berdua sadar bahwa pernikahan ini mungkin sudah berada di ujung tanduk.Pada sesi terakhir konseling, mereka duduk berhadapan di ruangan yang sejuk. Konselor mengamati wajah keduanya yang menunjukkan kelelahan emosional setelah sekian lama mencoba menemukan solusi."Aku rasa... kita butuh waktu," kata Rania

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Jebakan Elena

    Yoga akhirnya tak kuasa menahan tekanan yang dilancarkan Elena. Setelah ancaman dari telepon itu, hati kecilnya diliputi kecemasan. Meskipun dia tahu bahwa Elena sering menggunakan manipulasi emosional untuk menarik perhatiannya, rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap keselamatan Elena memaksa Yoga untuk menyerah dan datang ke apartemen.Malam itu, Yoga akhirnya memutuskan untuk pergi, berharap bisa meredakan situasi dan menyelesaikan masalah sekali untuk selamanya. Ia tiba di apartemen Elena, mengetuk pintu dengan perasaan bercampur aduk antara marah, cemas, dan perasaan bersalah terhadap Rania.Elena membuka pintu dengan ekspresi seolah-olah ia sedang dalam krisis. Mata sembabnya dan sikapnya yang terlihat rapuh membuat Yoga terhenti di ambang pintu. "Yoga, aku nggak tahu harus bagaimana lagi..." Suaranya serak dan penuh kesedihan, membuat Yoga semakin merasa terjebak.Yoga melangkah masuk dengan ragu-ragu. "Elena, kamu nggak seharusnya melakukan ini. Kita harus bicara, tapi in

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21

Bab terbaru

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Perpisahan yang Menyembuhkan

    Malam itu, hujan turun dengan deras. Raka duduk di balik meja kerjanya dengan wajah yang kusut. Berkas-berkas hasil penyelidikan Rey berserakan di hadapannya. Semua petunjuk, semua bukti, mengarah pada satu hal yang tak pernah ia duga, Elina.Rey masuk dengan jas basah kuyup, napasnya terengah-engah. "Raka, gue udah nemuin semuanya. Tapi lo harus siap denger ini."Raka menatap Rey dengan mata penuh kecemasan. "Katakan, Rey."Rey menarik napas panjang sebelum berbicara. "Elina bukan orang yang lo kira. Dia bukan sekadar gadis biasa yang lo temui di restoran itu. Dia… adalah adik kandung dari seseorang yang selama ini lo hindari. Dia adik kandung Rian."Raka terdiam. Kepalanya terasa berputar, jantungnya berdegup kencang. "Apa maksud lo, Rey? Rian udah lama pergi. Kenapa Elina nggak pernah bilang apa-apa sama gue?""Karena Rian meninggalkan pesan untuk Elina sebelum dia pergi. Pesan itu adalah… untuk mendekati lo. Untuk memastikan lo tidak pernah menemukan satu kebenaran penting yang Ri

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Jejak

    Langit malam masih pekat ketika Raka tiba di salah satu kafe kecil di pinggiran kota. Tempat itu jauh dari keramaian, cocok untuk sebuah pertemuan yang bersifat rahasia. Lampu temaram dan musik jazz pelan menambah kesan misterius pada suasana malam itu.Seorang pria dengan jaket kulit hitam duduk di sudut ruangan, wajahnya sedikit tertutup oleh topi. Raka langsung mengenalinya dan berjalan mendekat."Rey?" panggil Raka pelan.Pria itu menoleh, senyum kecil terukir di wajahnya. "Raka. Lama kita nggak ketemu, ya."Rey, sahabat lama Raka saat SMA, kini adalah seorang detektif swasta. Raka tahu jika ada seseorang yang bisa ia percaya untuk mengusut masalah ini, orang itu adalah Rey.Mereka bersalaman erat sebelum duduk berhadapan."Gue nggak nyangka lo bakal jadi detektif, Rey," ucap Raka dengan senyum kecil.Rey mengangkat bahu santai. "Hidup membawa gue ke jalan ini. Jadi, masalah apa yang bikin lo sampai manggil gue jam segini, Raka?"Raka mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Bayangan

    Malam itu, Raka baru saja keluar dari kantor setelah lembur menyelesaikan proyek besar yang sudah mendekati tenggat waktu. Jalanan sudah lengang, hanya beberapa mobil berlalu lalang di depan gedung kantor tempatnya bekerja.Ia berjalan menuju mobilnya di area parkir basement. Langkahnya terhenti sejenak ketika mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Raka menoleh, namun hanya melihat barisan mobil yang terparkir rapi."Mungkin cuma perasaanku," gumamnya sambil membuka pintu mobil.Namun, sebelum ia masuk, matanya menangkap sesuatu yang aneh di kaca spion, sebuah amplop kecil terselip di wiper mobilnya. Raka meraihnya dengan hati-hati dan membuka amplop itu di dalam mobil."Berhati-hatilah, Raka. Tidak semua orang yang tersenyum padamu benar-benar tulus. Aku selalu memperhatikanmu."Raka mengernyit. Tulisan tangan itu tampak rapi tapi memberi kesan misterius. Siapa yang menulis ini? Kenapa ada kesan mengancam?Ia meletakkan surat itu di dashboard dan menyalakan mesin mobil, mencoba

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Malam Itu

    Sore itu, Raka mengantar Elina pulang. Mereka berpisah dengan senyum di wajah masing-masing, tanpa menyadari bayang-bayang misterius yang terus mengawasi mereka.Raka melajukan mobilnya menuju rumah dengan pikiran yang dipenuhi kehangatan dari pertemuannya dengan Elina. Namun, di persimpangan jalan, sebuah motor besar melaju cepat dan memotong jalannya secara tiba-tiba. Raka terpaksa menginjak rem mendadak, tubuhnya terdorong ke depan bersama suara decitan ban yang memekakkan telinga.Pengendara motor itu berhenti sejenak di depan mobil Raka. Helm hitam pekatnya menutupi wajahnya, membuat Raka tidak bisa melihat siapa sosok di balik helm tersebut. Mereka saling berhadapan beberapa detik sebelum motor itu melaju kencang dan menghilang di tikungan."Apa-apaan itu?" gumam Raka sambil memukul setirnya pelan. Jantungnya masih berdetak cepat akibat kejadian barusan.---Sesampainya di rumah, Rania menyambut Raka dengan wajah penuh kekhawatiran."Raka, kamu kenapa? Mukamu pucat banget!" ujar

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Awan Gelap

    Suasana pusat perbelanjaan siang itu cukup ramai. Elina berjalan santai di lorong toko, ditemani seorang pria bertubuh tinggi dengan kemeja biru muda yang tampak rapi. Mereka sesekali tertawa kecil sambil berbincang.Di sudut lain, Raka yang kebetulan datang untuk membeli hadiah ulang tahun Adam berhenti sejenak. Pandangannya terpaku pada sosok Elina yang sedang tersenyum cerah di hadapan pria asing itu. Detak jantungnya berpacu lebih cepat."Siapa dia…?" gumam Raka lirih.Pria itu tampak mengambil tas belanjaan Elina dengan sigap, lalu berjalan bersamanya menuju kafe terdekat. Raka mengepalkan tangannya, napasnya terasa berat. Ia ingin mendekat, tapi kakinya seperti terpaku di tempat."Elina… Kenapa kamu nggak pernah cerita tentang dia?" desisnya dengan nada kecewa.Tanpa pikir panjang, Raka berbalik arah dan melangkah pergi dengan cepat.---Elina duduk sambil menyeruput segelas kopi di hadapan pria bernama Rendi, seorang sepupunya yang baru saja pulang dari luar negeri. Mereka memb

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Akhir Sebuah Rahasia

    Ruang tamu rumah keluarga Raka terasa lebih hangat malam itu. Semua anggota keluarga telah berkumpul, termasuk orang tua Elina. Yoga dan Rania duduk berdampingan, sementara ayah dan ibu Elina, Pak Arman dan Bu Ratna, duduk di seberang mereka. Raka dan Elina duduk di tengah, keduanya tampak cemas namun saling menggenggam tangan untuk saling menenangkan.Suasana terasa tegang sebelum akhirnya Pak Arman memecah keheningan."Terima kasih sudah mengundang kami malam ini, Yoga. Aku pikir ini memang saatnya kita bicara terbuka."Yoga mengangguk pelan, sorot matanya tajam namun penuh kehati-hatian. "Terima kasih sudah datang, Arman. Kita sudah terlalu lama membiarkan rahasia ini membebani kita. Ini saatnya kita biarkan anak-anak kita berjalan di jalan yang mereka pilih sendiri."Rania menatap suaminya dengan penuh dukungan. Sementara itu, Elina menatap ayahnya dengan wajah bingung. "Papa, maksudnya apa? Apa yang sebenarnya terjadi antara keluarga kita dan keluarga Raka?"Pak Arman menarik nap

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Rahasia yang Tersembunyi

    Sudah lewat tengah malam ketika Raka duduk di balkon kamarnya. Angin malam dingin menerpa wajahnya, tapi pikirannya terlalu penuh untuk merasakan udara yang menusuk tulang. Ponselnya bergetar pelan di genggaman tangannya, pesan dari Elina."[Kita harus bicara. Aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku.]"Raka memejamkan mata. Ia tahu momen ini akan tiba. Hubungannya dengan Elina selama ini berjalan di antara rahasia besar yang membentang seperti jurang di antara mereka.---Keesokan Harinya, di Sebuah Taman Kota, Raka menunggu di bangku kayu di tengah taman yang sepi. Daun-daun berguguran, menandakan musim berganti. Elina datang dengan langkah cepat dan wajah penuh tanda tanya."Raka... apa sebenarnya yang kamu sembunyikan? Aku merasa ada sesuatu yang belum kamu katakan."Raka menatap mata Elina dengan dalam, mencoba mencari kekuatan di sana."Elina, mungkin setelah ini kamu akan membenciku, atau mungkin malah pergi meninggalkanku. Tapi aku harus jujur."Elina menggigit bibirn

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Jejak Masa Lalu

    Raka terdiam sejenak, mencoba mencerna ucapan Elina. Nama ayahnya, Yoga, disebut dengan begitu santai dalam cerita Elina. Apakah ini hanya kebetulan, atau ada sesuatu yang lebih besar di baliknya?"Pak Yoga? Maksudmu... ayahmu mengenal Papa-ku?" tanya Raka dengan hati-hati.Elina mengangguk pelan sambil mengaduk kopinya. "Iya. Aku tidak tahu detailnya, tapi dulu waktu aku kecil, aku pernah dengar percakapan antara Papa dan Mama tentang bisnis mereka dengan seseorang bernama Yoga. Tapi setelah itu, nama itu jarang disebut lagi."Raka mencoba tetap tenang meskipun pikirannya berkecamuk. "Apakah ada masalah di antara mereka?"Elina menggeleng. "Aku nggak yakin. Papa jarang cerita hal-hal seperti itu. Tapi... sepertinya hubungan mereka tidak berjalan baik di akhir-akhir."Percakapan mereka berlanjut dengan topik yang lebih ringan, tetapi Raka tidak bisa mengabaikan fakta bahwa ayah Elina ternyata memiliki hubungan dengan ayahnya. Sebuah pertanyaan besar menggantung di benaknya. Apakah ada

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Setelah Beberapa Tahun

    Waktu berlalu begitu cepat, hujan rintik-rintik menyambut sore itu. Rania sibuk di dapur, memastikan makanan kesukaan Raka tersedia, sementara Yoga duduk di ruang tamu bersama Adam dan Arka, yang kini sudah remaja."Kak Raka pasti kaget lihat rumah kita nggak banyak berubah," Arka berkomentar sambil melirik Adam.Adam mengangguk. "Tapi mungkin dia lebih kangen sama kamar lamanya."Terdengar deru mobil di halaman. Semua serentak berdiri, bersiap menyambut sosok yang selama ini hanya bisa mereka lihat melalui panggilan video.Pintu depan terbuka, dan Raka masuk dengan senyuman lebar, mengenakan kemeja hitam rapi. "Aku pulang."Rania langsung memeluknya erat. "Akhirnya, Nak. Kamu nggak tahu betapa Mama kangen sama kamu."Yoga menepuk bahu Raka dengan bangga. "Selamat datang kembali, Nak. Kami semua bangga sama kamu."Adam dan Arka langsung merangkul kakaknya bergantian. "Kak Raka, gimana rasanya tinggal di luar negeri? Kamu bawa oleh-oleh, kan?" goda Adam, membuat suasana menjadi lebih r

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status