All Chapters of Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api : Chapter 1 - Chapter 10

45 Chapters

Chapter 1: SENDIRI

Suara teriakan Karna menggema di tengah hutan akibat tamparan yang pria itu terima dari adiknya, Sisupala. Kekuatan penuh tenaga dalam itu membuat tubuh Karna terhuyung ke depan dan memuntahkan seteguk darah dari mulutnya. Kepalanya terasa berputar dan tubuhnya lemas. Berburu di hutan merupakan kegiatan rutin yang dimaksudkan untuk berlibur dari latihan ketat para murid. Namun, Karna tak menyangka kalau dia akan dijadikan sebagai samsak hidup oleh adiknya sendiri.Karna berusaha melawan dengan menggerakkan tangannya ke sana kemari, tapi tubuhnya terkunci dan tak bisa melakukan apa-apa. Sebab, beberapa rekan seperguruannya yang juga teman dekat Sisupala memegangi tangan dan pundaknya dengan tenaga dalam yang mereka kuasai.“Lepas!!” Tak adanya hasil membuat Karna menggeram.Meski dia bisa membela diri dengan kekuatan fisik yang mumpuni, tapi dia tetap tak bisa mengimbangi kekuatan mereka yang masing-masing sudah mencapai tingkat kanuragan menengah.Di saat-saat seperti ini, Karna
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Chapter 2 : TUBUH EMAS

Setelah melewati gerbang Istana dan berjalan mendekati perbatasan ibu kota, Karna terus menutupi kepalanya dengan jubah yang diberikan seorang pelayan kepadanya.Dengan langkah yang terseok-seok dia melewati tanah yang tidak rata. Sekuat tenaga ia terus berjalan melewati hari yang sudah mulai gelap. Semenjak meninggalkan istana, Karna sama sekali belum minum dan istirahat, tapi dia terus memaksakan diri untuk berjalan. Sebab, akan gawat apabila ada pendekar yang bertemu dengannya.Di tengah kondisi seperti ini, Karna tak mau menambah masalah yang tak perlu. Namun, tiba-tiba saja dirinya tertegun karena langkah kakinya ternyata membawanya ke hutan terlarang. .Hutan itu dihuni oleh iblis-iblis dan juga mahkluk-makhluk yang belum ditaklukkan oleh prajurit istana. Oleh karena itu, di peta, daerah itu diberi warna merah.Tak hanya itu, Karna juga pernah dengar bahwa para iblis itu dilindungi oleh sosok Dewa Perang yang masih simpang siur keberadaannya.Selangkah demi selangkah Karna berj
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Chapter 3 : KARYSAN PAWITRA

Tubuh baru yang dia miliki membuat Karna bisa bergerak kesana-kemari dengan tenaga yang luar biasa melimpah. Saat hendak beranjak pergi, tiba-tiba saja sebuah bola terang yang melayang mendekat dan menarik perhatian Karna. Sebelum Karna bisa menyentuhnya, bola cahaya itu tiba-tiba membesar dan menelan tubuhnya seutuhnya. Saat Karna membuka mata dia sudah berada di tempat lain, tempatnya di sebuah tanah lapang yang dikelilingi bukit yang indah dan hijau.“Dimana ini?” Karna bertanya-tanya. Sebab, hutan terlarang yang ia tinggali tadi jelas gelap gulita, karena hari masih tengah malam.“Akhirnya kita bertemu, Pangeran Karna!” Suara dari belakang punggung Karna membuat pria itu menoleh. Di belakangnya, berdiri seorang kakek tua dengan jenggot panjang. Kakek itu berwajah tegas, mengenakan surjan hijau, dan blangkon hitam. Karna menaikkan alis dan berkata pelan, “Kakek siapa? Apa maksud kakek?”Pertanyaan Karna membuat Kakek itu tersenyum tipis dan melangkah membelakanginya. ”Pertemu
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Chapter 4 : KEMBALI KE KERAJAAN

Masih dengan jubah yang menutupi kepalanya, Karna dengan percaya diri berada di depan gerbang timur Istana Karmapura. Suasana di sekitar istana terlihat ramai dan pengamanannya benar-benar ketat. Pengawal dan prajurit terlihat di mana-mana. Jika biasanya mereka berpatroli dalam formasi dua orang, kini semua regu minimal memiliki empat orang.Melihat itu, Karna mengangguk-angguk dan terus menggenggam erat jubah yang ia pakai. Sebab, dia tidak ingin ketahuan sebelum bisa mendekati gerbang istana.Setelah berjalan beberapa langkah, Karna melihat sosok pamannya, Adipati Situmba yang berdiri di dekat gerbang. Dengan matanya yang tajam, pria itu mengamati setiap orang yang masuk dengan seksama. Tampaknya, Raja Durwasa memberi pamannya itu tugas untuk memastikan keamanan di bagian terluar istana. Wajah Adipati itu terus datar dan beberapa kali terlihat galak, apalagi saat beberapa orang ketahuan membawa berbagai senjata yang tak berhubungan dengan sayembara.Raut wajah pria itu kembali da
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Chapter 5: MENGANGKAT PEDANG API

Waktu dimulainya sayembara pengangkatan pedang api telah tiba.Sambil bersembunyi dari para prajurit yang mengejarnya, Karna berdiri di balik patung yang berada tepat di atas balkon stadium. Masih dengan jubah yang menutupi kepalanya, Karna mengamati sayembara dengan tatapannya yang mengobservasi.Suara dari pukulan gong dan sorak-sorai semua orang memenuhi sebuah stadium yang megah—sengaja dibuat untuk acara sayembara Pedang Agni Narakastra hari ini. Sang Raja menganggukkan kepala, seketika sorak itu berhenti.“Diberkatilah semua! Aku menyambut para pangeran dan pendekar sekalian yang telah menghadiri sebuah kompetisi didalam sayembara ini. Apabila kalian merasa mampu silahkan tunjukkan kemampuan kalian!!” Raja Durwasa berkata dengan penuh wibawa.“Namun, jangan berpikir untuk melakukan kecurangan, karena Pedang Api sama sekali tak mentolerir kelemahan dalam segi apa pun. Apabila kalian tidak layak, maka bersiaplah untuk mendapatkan siksaan yang menyakitkan sebagai efek samping mem
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Chapter 6 : PEDANG AGNI NARAKASTRA Part 1

Karna memegang pedang yang berapi itu dan mengalirkan tenaga dalamnya. Sedetik kemudian, pedang api itu padam dan seruan kaget langsung terdengar di sekitarnya. “Bagaimana bisa?!” “Apa yang terjadi?! Pangeran sampah itu bisa mengangkatnya?!” Hiruk pikuk yang heboh itu membuat Karna berjalan penuh percaya diri ke arah pohon yang harus ia tebas. Langkahnya stabil, dan pedang itu terasa ringan. Setelah berada di jarak yang dirasa cukup, Karna menatap pohon raksasa itu dan melakukan kuda-kuda. Kemudian, dalam satu kali ayunan yang disertai dengan teriakan, pedang Agni itu mengeluarkan tali api yang langsung menghanguskan pohon menjadi abu. Kerumunan terdiam dan semua orang benar-benar tercengang. Termasuk Raja Durwasa dan Pangeran Sisupala yang menatap dari kejauhan. Tidak ada satupun yang dapat menyangka bahwa pedang telah memilih Karna, pangeran terbuang yang lahir tanpa sedikitpun tenaga dalam!! Dari sekian ratus peserta yang unjuk kemampuan, ternyata hanya dirinyalah
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Chapter 6 : PEDANG AGNI NARAKASTRA Part 2

‘Sudah sangat jelas sekarang, masa depan Karmapura ada ditangannya. Bila aku tidak memihakknya maka aku akan tersisih oleh waktu!’Takut, kagum, dan heran adalah perasaan rumit yang di rasakan oleh orang-orang saat ini. Cahaya emas yang menyilaukan itu membuat bagaikan pertunjukan sulap yang menyihir siapapun yang melihatnya.Ketika ingin melepaskan serangan balik yang mematikan, Karna mengurungkannya kembali, karena teringat oleh perkataan Ki Pawitra sebelum mereka berpisah.“Aku tidak akan menghukum kalian sekarang, karena masaku belum tiba. Namun saat aku sudah naik tahta, aku akan menghukum siapapun gang bersalah!” Usai mengatakan itu, tubuh emas yang dinaungi oleh Ki Pawitra yang menitipkan sebuah pesan itu, sekarang mulai tersadar dan tubuh manusia kembali. Lemas dan kehilangan keseimbangan karena tenaga dalam yang sudah menipis. Karna hampir saja mendarat dengan keras, namun Guru Seta berhasil menangkapnya supaya mendarat dengan selamat. Dalam keadaan setengah sadar, Guru Se
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Chapter 7 : UNDANGAN PERANG

Adipati Situmba kemudian memanggil pelayan, dan menyuruhnya untuk memasukkan itu ke dalam makanan dan minuman Pangeran Karna sebelum pergi berperang. Keesokan harinya dimana sebentar lagi Pasukan besar Karmapura dibawah pimpinan Pangeran Karna pun sudah melakukan persiapan.Dia pemberkatan sebelum berangkat bertempur pun dimulai. Pangeran Sisupala dan Pangeran Karna meminta doa restu kepada ibunya, Bunda Ratu Maharani.Namun saat Karna meminta Restu. Bunda Ratu merespon dengan mengacuhkan dan tidak mau memandangnya. Seakan tidak mau merestui kepergian Karna.Namun hal itu tidak dihiraukan olehnya dan melakukan sesinterakhir pemberkatan itu, yaitu tradisi memakan kue kelapa. Dalam tradisi sebelum berperang kue kelapa adalah lambang doa dan restu yang Maha kuasa agar mendapatkan keselamatan dan kemenangan. Dari kejauhan Pangeran Sisupala menghampiri Pamannya, Adipati Situmba dan berkata,“Paman, sudah kah kau pastikan kalau nanti Karna akan memakan kue beracun itu!” “Jangan khaw
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Chapter 8 : PERTEMPURAN PERDANA

Radya Setra adalah tanah perbatasan yang sangat lapang, dimana sering menjadi lokasi peperangan. Sebagian tanah itu berwarna merah karena darah yang tertumpah saat peperangan.Segelintir pasukan dan orang yang percaya padanya pun berperang dengan jumlah yang kalah banyak dengan Singowulan. Mereka memiliki prajurit enam belas batalyon atau enam belas ribu prajurit. Sedangkan Kerajaan Karmapura hanya tiga belas batalyon atau tiga belas ribu prajurit. Namun kalah jumlah tidak membuat Panglima Karna gentar.Pasukan berkuda, tombak, dan panah dari kedua belah pihak sudah berbaris rapi. Di barisan pasukan Karmapura yang pimpin oleh Panglima Karna telah siap di belakang pasukan terdepan. Sedangkan Sang Raja berada di tengah paling belakang.Dari kejauhan, kubu Kerajaan Wiryata pun menyadari bahwa Pangeran Karna yang lemah menjadi Panglima Perang. Hal itu sontak membuat Panglima mereka tertawa meremehkan, mengenai apa yang mereka lihat.“Apakah Kerajaan Karmapura tidak mempunyai orang lain ya
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Chapter 9 : KEMENANGAN

Pasukan Karmapura Radya telah membawa kemenangan dibawah pimpinan Pangeran Karna. Hal tersebut telah mencelikkan mata orang-orang, yang telah meremehkannya. Dan berubah menjadi kebanggan akan kemampuan Pangeran Karna yang telah melumpuhkan Raja Wirya dan memecahkan ilusi Raja Wirya itu. Yang sebelumnya belum pernah ada yang berhasil memecahkannya. Kini, telah menjadi bukti yang tidak terelakkan.Di lorong menuju Ruang Sidang Istana, Raja Wirya yang terikat berusaha memberontak. Permintaan yang ingin Raja itu lontarkan tidak mau didengar oleh Karna. “Maafkan aku, sekarang engkau adalah tawanan Kerajaan kami. Menyerah saja janganlah memperkeruh suasana dengan permintaanmu itu!!” Karna mendorong kecil sang Raja agar berjalan lebih cepat.“Salam Ayahanda.. lihatlah.. anakmu ini sudah melaksanakan sumpahnya. Dan membawa Raja Wirya ke hadapanmu Ayah.” Setibanya Karna didalam ruang sidang, Karna memberi salam dan disambut meriah semua orang yang melontarkan pujian kepadanya.“Kami semua ti
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status