All Chapters of Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api : Chapter 11 - Chapter 20

45 Chapters

Chapter 10 : KUTUKAN

“Kau pasti akan menderita saat ingin bersatu dengan wanitamu nanti!!” Kutukan itu menggema di seluruh ruangan. Walaupun sepertinya terdengar kejam. Didalam benak Karna tidak ada derita apapun yang akan menghalanginya. Keyakinan itu membuat dirinya tidak menghiraukan kutukan dari Sang Putri. “Beraninya kau mengutuk anggota Kerajaan. Sungguh tidak bermoral. Bawa dia ke bilik penyesalan selama tujuh hari!!” Raja Durwasa yang memerintah langsung direspon oleh prajurit di dalam ruang sidang dan membawa Sang Putri ke dalam Bilik Penyesalan. Sebuah bilik yang memang dihuni oleh orang-orang yang telah lalai dan melakukan kesalahan. *** “Pedang Agni.. kau telah berjasa kepadaku! Terimakasih!” Pangeran Karna menyadari akan jasa pedang pusakanya. Tidak bisa dibayangkan apabila dirinya tidak mendapat pertolongan dari pedang pusaka untuk menunaikan sumpahnya. Pastilah dia akan bernasib sama dengan Sisupala “Pangeran.. itu semua sudah menjadi tugasku.. Siapa wanita itu.. dia beran
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Chapter 11 : BERITA YANG TIDAK BENAR

Pagi hari yang cerah nampak semua orang gembira menyambut Pangeran Karna di pasar. Pangeran Karna bermaksud membagikan beberapa koin emas kepada semua pedagang itu. Bagaimanapun kutukan yang pernah terlontar sangat menggangu kesehariannya. Berharap dengan acara amal ini. Mampu mengurangi karma buruknya. “Terimakasih Pangeran.. engkau sangat dermawan.. sifatmu tidak seperti yang aku dengar lima tahun lalu. Dan engkau patut menjadi Putra Mahkota!” Perkataan dari seorang pedagang itu disambut hangat pedagang yang lain, seakan setuju. Kegembiraan semua orang terlihat jelas dilihat oleh seorang berjubah hitam, di balik bangunan lumbung padi. “Yang kau harus lakukan adalah membuat sebuah berita kalau Karna tidak normal. Paham?” Adipati Situmba sedang berbisik kepada tiga orang pria di sudut pasar. Dengan menggunakan jubah, Adipati Situmba menutupi diri supaya aman dalam melancarkan konspirasinya. Adipati lantas memberikan sekantung uang perak yang kemudian di sambut gembira ole
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Chapter 12 : PERJALANAN MENGUNGKAP DALANG

Pangeran Karna mengumpulkan keberanian kemudian membuka pintunya.“Perdana Menteri?”Dirinya sangat lega namun juga bertanya- tanya melihat Perdana Menteri mengunjunginya.“Pangeran, bagaimana perburuan mu?”Perdana menteri dengan senyum ramahnya membuat Pangeran Karna reflek mempersilahkan masuk. Kemudian Karna langsung menutupnya kembali.“Apa maksud kedatangan Perdana Menteri mengunjungi saya di tengah malam seperti ini?” tanya Pangeran Karna sambil menuangkan anggur di gelas Perdana Menteri.Pangeran Karna menyuguhkan satu teko anggur untuk mereka minum bersama.“Aku mencium bau konspirasi yang mengarah padamu Pangeran, seseorang atau bahkan lebih berencana merusak reputasi mu!” ucap Sang Perdana Dengan penuh wibawa dan ketenangan, Pangeran Karna berkata,”Aku mengetahuinya, hal ini tepat terjadi setelah Ayahanda berencana mengangkatku sebagai Putra Mahkota.”“Apa rencana mu Pangeran?”Pangeran Karna meneguk anggurnya dan berkata,”Seseorang telah aku utus untuk membantuku mencari
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Chapter 13 : BUAH DARI KEBENARAN

Ruangan gempar mendengar tuduhan itu. Karna berdiri dari kursinya, menatap Sisupala dengan mata tajam penuh kemarahan. Namun, sebelum ia sempat berbicara, Sisupala melanjutkan.“Kakakku, Pangeran Karna, adalah seorang yang sangat cerdik. Bukankah ini cara yang sempurna untuk membungkamku? Dengan mengarang bukti, ia bisa menyingkirkan satu-satunya orang yang berani mempertanyakan kelayakannya menjadi putra mahkota.”Dewan mulai berbisik-bisik, terpecah antara mempercayai bukti yang jelas atau terjebak oleh retorika licik Sisupala. Salah satu penasihat tua, Perdana Menteri Danutra, berdiri untuk menenangkan kerumunan. “Sisupala, jika kau menyangkal, maka katakan dengan jelas—bagaimana surat-surat ini bisa berada di ruang pribadimu? Dan mengapa isinya cocok dengan gosip yang tersebar luas?”Sisupala menarik napas dalam-dalam, wajahnya berusaha menampilkan keyakinan. “Mungkin seseorang telah menjebakku. Aku tidak tahu siapa yang menaruh surat-surat itu di ruanganku, tetapi aku yakin ini a
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Chapter 14 : KOMPETISI KETANGKASAN PEDANG

Langit biru cerah menaungi alun-alun besar di pusat Kerajaan Karmapura. Bendera kerajaan berkibar megah, sementara ribuan warga berkumpul untuk menyaksikan momen yang hanya datang sekali dalam satu dekade: Kompetisi Ketangkasan Pedang Kerajaan Karmapura. Acara ini bukan sekadar perayaan keterampilan bela diri, tetapi juga ajang untuk menentukan siapa pendekar terhebat di seluruh kerajaan.Di tengah riuhnya sorak-sorai penonton, dua sosok Pangeran yang menarik perhatian lebih dari siapa pun: Pangeran Karna, sang penakluk pedang Agni Narakastra sekaligus Putra Mahkota yang baru dan Pangeran Sisupala, seorang ambisius dengan tatapan penuh dendam. Sisupala, meski terampil, selalu merasa berada di bawah bayang-bayang Karna. Kini, ia datang bukan hanya untuk bersaing, tetapi juga untuk menghapus rasa malunya selama ini.Di dalam persiapan, Sisupala berdiri diam, menyusun rencana gelapnya. "Dengan kemampuan Karna sekarang, tidak mungkin aku bisa menang dengan cara biasa," pikirnya sambil
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Chapter 15 : PEDANG PALSU

Sisupala duduk di dalam paviliun pribadinya, wajahnya gelap dipenuhi amarah dan kekecewaan. Sorak-sorai kemenangan Karna masih menggema di telinganya, seolah menghujam harga dirinya yang telah hancur. Di sudut ruangan, Adipati Situmba, Paman sekaligus penasihat setianya, berdiri dengan tenang, menatap Pangeran Sisupala yang gusar. “Semua ini sia-sia!” seru Sisupala, membanting cawan emas di tangannya hingga isinya tumpah ke lantai. “Semua rencanamu tidak pernah berhasil, Paman! Kau berkata aku akan menang, kau berkata Karna bisa dijatuhkan! Dan lihatlah sekarang, aku dipermalukan di depan semua orang!” Adipati Situmba tetap tenang, tidak terpengaruh oleh amukan keponakanya. Dengan langkah pelan, ia mendekati Sisupala dan berbicara dengan nada rendah, seperti racun yang menetes ke dalam jiwa. “Tenanglah, Pangeran,” ujarnya. “Kekalahan di arena hanyalah awal dari permainan yang lebih besar. Kompetisi pedang hanyalah tontonan bagi rakyat. Kekalahanmu tidak berarti apa-apa diba
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Chapter 16 : KEANGKERAN PEDANG AGNI

Langkah-langkah Pangeran Karna terhenti di pintu gerbang arena pertandingan. Pandangannya tertuju pada pedang di tangannya. Pedang itu, yang seharusnya memancarkan aura panas seperti bara api, kini terasa dingin, seolah kehilangan nyawanya.Ia mengernyitkan dahi, matanya tajam memeriksa ukiran pada gagang pedang tersebut. Ukiran itu mirip, tetapi tidak sama. Goresannya tidak sekokoh dan serapi yang ia kenali sejak lama. Tubuhnya mulai menegang. "Ini bukan Agni Narakaska," pikirnya, hati-hati agar tak menarik perhatian siapa pun di sekitarnya.Karna mencoba mengayunkan pedang itu pelan. Tidak ada semburan api atau kilatan merah menyala yang biasa terjadi. Aura panas yang biasa membuat musuh gentar kini benar-benar lenyap. Dirinya tahu pedang ini bukan pedang yang telah menjadi bagian dari dirinya selama ini.Namun, ia tetap tenang. Dalam hatinya, ia tahu kebenaran akan segera terungkap. Pedang Agni Narakastra tidak mungkin hilang begitu saja. Pedang itu adalah pusaka yang hanya setia
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Chapter 17 : PERTANDINGAN BERDARAH

Pangeran Karna terdiam, matanya terpaku pada pedang apinya yang bersinar dengan kilau merah keemasan. Kata-kata pedang itu masih bergema dalam pikirannya, meresap hingga ke sanubarinya. Lamunan dan gumam hatinya teralihkan karena dari kerumunan orang-orang yang menentang keberadaannya. Seorang kesatria muncul dari tengah kerumunan, tubuhnya dibalut dengan baju hitam, wajahnya tersembunyi dibalik topeng merah. Satu langkah demi satu langkah, ia mendekat, matanya tajam menatap Pangeran Karna."Jadi, inilah Pangeran Karna," kata kesatria itu dengan suara yang tegas dan penuh penghinaan. "Kau yang begitu beruntung mendapatkan pedang ini, dan kini merasa tak terkalahkan. Tapi, ingat, kekuatanmu hanya semu. Di balik semua itu, kau hanya seorang pengecut yang berlindung di balik senjata, bersembunyi dari kenyataan."Pangeran Karna menatapnya dengan tajam, bibirnya terkatup rapat. Kata-kata itu menusuk jantungnya. Dengan ketenangan yang selalu terpelihara Karna bersuara dengan tenang."Kebe
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Chapter 18 : KESETIAAN PEDANG API

Pangeran Karna berdiri di depan altar kerajaan, tatapannya terfokus pada pedang api Narakastra yang terbungkus dalam kotak penyimpanan yang terbuat dari logam hitam. Pedang itu, dengan sinar api yang melambangkan kekuatannya, adalah simbol kebesaran dan kemuliaan dari Karmapura. Namun, saat ini, semua itu harus ia tinggalkan. Lima tahun—lima tahun penuh penderitaan, penyamaran, dan pengasingan, jauh dari tanah kelahirannya.Dengan hati yang berat, Karna menatap kotak itu, dimana pedangnya tersembunyi, yang sudah lama menjadi sahabat sekaligus penasihatnya dalam berbagai pertempuran. Api yang biasanya menggelegak dan mengamuk kini terperangkap dalam relung kesunyian, seperti menunggu perintah dari sang pemiliknya."Narakastra," Karna berbisik, suara lembutnya penuh dengan kedalaman perasaan. "Aku tahu, ini berat bagimu seperti halnya bagiku. Tetapi perintah ayahku tidak bisa kuingkari. Aku harus meninggalkanmu, meski tak akan ada yang bisa menggantikan kekuatanmu."Pedang itu, yang se
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Chapter 19 : SERANGAN DI MALAM GELAP

Panglima Panji memimpin serangan dengan kecepatan mematikan. Ia menghancurkan pintu utama benteng dengan pasukannya yang kini sudah bergabung dari luar. Dalam kekacauan itu, Raja Durwasa tetap berada di belakang garis depan, mengamati kehancuran yang perlahan terjadi sesuai rencananya. Di dalam ruang takhta Singawulan, Raja Kridageni dan Patih berdiri dengan pedang terhunus, mencoba memahami situasi yang begitu tiba-tiba. "Bagaimana mereka bisa masuk tanpa kita sadari?" seru Raja Kridageni matanya menaruh kemarahan dan ketidakpercayaan. Patih menjawab dengan napas tersengal. "Mereka menyamar, Baginda. Mereka sudah di antara kita bahkan sebelum serangan ini dimulai. Teknik perang mereka... ini adalah seni bayangan yang belum pernah kita lihat sebelumnya." Raja Kridageni menggeram. "Durwasa! Licik seperti ular! Tapi aku tidak akan menyerahkan kerajaan ini begitu saja!" Di luar ruangan, Patih mengambil alih pasukan memimpin sisa pasukan Singawulan mencoba menghalangi jalan para pr
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status