Beranda / Pendekar / Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api / Chapter 14 : KOMPETISI KETANGKASAN PEDANG

Share

Chapter 14 : KOMPETISI KETANGKASAN PEDANG

Penulis: Embunayu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 12:43:27

Langit biru cerah menaungi alun-alun besar di pusat Kerajaan Karmapura. Bendera kerajaan berkibar megah, sementara ribuan warga berkumpul untuk menyaksikan momen yang hanya datang sekali dalam satu dekade: Kompetisi Ketangkasan Pedang Kerajaan Karmapura. Acara ini bukan sekadar perayaan keterampilan bela diri, tetapi juga ajang untuk menentukan siapa pendekar terhebat di seluruh kerajaan.

Di tengah riuhnya sorak-sorai penonton, dua sosok Pangeran yang menarik perhatian lebih dari siapa pun: Pangeran Karna, sang penakluk pedang Agni Narakastra sekaligus Putra Mahkota yang baru dan Pangeran Sisupala, seorang ambisius dengan tatapan penuh dendam.

Sisupala, meski terampil, selalu merasa berada di bawah bayang-bayang Karna. Kini, ia datang bukan hanya untuk bersaing, tetapi juga untuk menghapus rasa malunya selama ini.

Di dalam persiapan, Sisupala berdiri diam, menyusun rencana gelapnya.

"Dengan kemampuan Karna sekarang, tidak mungkin aku bisa menang dengan cara biasa," pikirnya sambil
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 15 : PEDANG PALSU

    Sisupala duduk di dalam paviliun pribadinya, wajahnya gelap dipenuhi amarah dan kekecewaan. Sorak-sorai kemenangan Karna masih menggema di telinganya, seolah menghujam harga dirinya yang telah hancur. Di sudut ruangan, Adipati Situmba, Paman sekaligus penasihat setianya, berdiri dengan tenang, menatap Pangeran Sisupala yang gusar. “Semua ini sia-sia!” seru Sisupala, membanting cawan emas di tangannya hingga isinya tumpah ke lantai. “Semua rencanamu tidak pernah berhasil, Paman! Kau berkata aku akan menang, kau berkata Karna bisa dijatuhkan! Dan lihatlah sekarang, aku dipermalukan di depan semua orang!” Adipati Situmba tetap tenang, tidak terpengaruh oleh amukan keponakanya. Dengan langkah pelan, ia mendekati Sisupala dan berbicara dengan nada rendah, seperti racun yang menetes ke dalam jiwa. “Tenanglah, Pangeran,” ujarnya. “Kekalahan di arena hanyalah awal dari permainan yang lebih besar. Kompetisi pedang hanyalah tontonan bagi rakyat. Kekalahanmu tidak berarti apa-apa diba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 16 : KEANGKERAN PEDANG AGNI

    Langkah-langkah Pangeran Karna terhenti di pintu gerbang arena pertandingan. Pandangannya tertuju pada pedang di tangannya. Pedang itu, yang seharusnya memancarkan aura panas seperti bara api, kini terasa dingin, seolah kehilangan nyawanya.Ia mengernyitkan dahi, matanya tajam memeriksa ukiran pada gagang pedang tersebut. Ukiran itu mirip, tetapi tidak sama. Goresannya tidak sekokoh dan serapi yang ia kenali sejak lama. Tubuhnya mulai menegang. "Ini bukan Agni Narakaska," pikirnya, hati-hati agar tak menarik perhatian siapa pun di sekitarnya.Karna mencoba mengayunkan pedang itu pelan. Tidak ada semburan api atau kilatan merah menyala yang biasa terjadi. Aura panas yang biasa membuat musuh gentar kini benar-benar lenyap. Dirinya tahu pedang ini bukan pedang yang telah menjadi bagian dari dirinya selama ini.Namun, ia tetap tenang. Dalam hatinya, ia tahu kebenaran akan segera terungkap. Pedang Agni Narakastra tidak mungkin hilang begitu saja. Pedang itu adalah pusaka yang hanya setia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 17 : PERTANDINGAN BERDARAH

    Pangeran Karna terdiam, matanya terpaku pada pedang apinya yang bersinar dengan kilau merah keemasan. Kata-kata pedang itu masih bergema dalam pikirannya, meresap hingga ke sanubarinya. Lamunan dan gumam hatinya teralihkan karena dari kerumunan orang-orang yang menentang keberadaannya. Seorang kesatria muncul dari tengah kerumunan, tubuhnya dibalut dengan baju hitam, wajahnya tersembunyi dibalik topeng merah. Satu langkah demi satu langkah, ia mendekat, matanya tajam menatap Pangeran Karna."Jadi, inilah Pangeran Karna," kata kesatria itu dengan suara yang tegas dan penuh penghinaan. "Kau yang begitu beruntung mendapatkan pedang ini, dan kini merasa tak terkalahkan. Tapi, ingat, kekuatanmu hanya semu. Di balik semua itu, kau hanya seorang pengecut yang berlindung di balik senjata, bersembunyi dari kenyataan."Pangeran Karna menatapnya dengan tajam, bibirnya terkatup rapat. Kata-kata itu menusuk jantungnya. Dengan ketenangan yang selalu terpelihara Karna bersuara dengan tenang."Kebe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 18 : KESETIAAN PEDANG API

    Pangeran Karna berdiri di depan altar kerajaan, tatapannya terfokus pada pedang api Narakastra yang terbungkus dalam kotak penyimpanan yang terbuat dari logam hitam. Pedang itu, dengan sinar api yang melambangkan kekuatannya, adalah simbol kebesaran dan kemuliaan dari Karmapura. Namun, saat ini, semua itu harus ia tinggalkan. Lima tahun—lima tahun penuh penderitaan, penyamaran, dan pengasingan, jauh dari tanah kelahirannya.Dengan hati yang berat, Karna menatap kotak itu, dimana pedangnya tersembunyi, yang sudah lama menjadi sahabat sekaligus penasihatnya dalam berbagai pertempuran. Api yang biasanya menggelegak dan mengamuk kini terperangkap dalam relung kesunyian, seperti menunggu perintah dari sang pemiliknya."Narakastra," Karna berbisik, suara lembutnya penuh dengan kedalaman perasaan. "Aku tahu, ini berat bagimu seperti halnya bagiku. Tetapi perintah ayahku tidak bisa kuingkari. Aku harus meninggalkanmu, meski tak akan ada yang bisa menggantikan kekuatanmu."Pedang itu, yang se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 19 : SERANGAN DI MALAM GELAP

    Panglima Panji memimpin serangan dengan kecepatan mematikan. Ia menghancurkan pintu utama benteng dengan pasukannya yang kini sudah bergabung dari luar. Dalam kekacauan itu, Raja Durwasa tetap berada di belakang garis depan, mengamati kehancuran yang perlahan terjadi sesuai rencananya. Di dalam ruang takhta Singawulan, Raja Kridageni dan Patih berdiri dengan pedang terhunus, mencoba memahami situasi yang begitu tiba-tiba. "Bagaimana mereka bisa masuk tanpa kita sadari?" seru Raja Kridageni matanya menaruh kemarahan dan ketidakpercayaan. Patih menjawab dengan napas tersengal. "Mereka menyamar, Baginda. Mereka sudah di antara kita bahkan sebelum serangan ini dimulai. Teknik perang mereka... ini adalah seni bayangan yang belum pernah kita lihat sebelumnya." Raja Kridageni menggeram. "Durwasa! Licik seperti ular! Tapi aku tidak akan menyerahkan kerajaan ini begitu saja!" Di luar ruangan, Patih mengambil alih pasukan memimpin sisa pasukan Singawulan mencoba menghalangi jalan para pr

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 20 : KESADARAN YANG BERAT

    Tubuh gadis itu terbawa arus deras hingga akhirnya terdampar di tepi Sungai Persik, dekat Desa Pinang Selatan. Di pagi hari, seorang tabib tua yang sedang mencari tanaman obat menemukan gadis itu tergeletak di pinggir sungai, basah kuyup namun masih bernapas.Tabib itu membawanya pulang ke gubuknya, merawat luka-lukanya, dan merawatnya seperti anaknya sendiri. ***Di dalam gubuk kecil di Desa Pinang Selatan, suara aliran sungai terdengar samar di kejauhan. Di atas kasur jerami, seorang gadis remaja berbaring dengan tubuh lemah dan luka-luka di sekujur tubuhnya. Perlahan, matanya terbuka, namun dunia di sekitarnya terasa asing. Cahaya matahari yang menerobos masuk melalui celah-celah dinding bambu terasa menyakitkan bagi matanya.Gadis itu mencoba bergerak, tapi rasa sakit menyerang tubuhnya. Ia teringat sesuatu—bayangan air terjun, jeritan ibunya, dan wajah dingin Panglima Panji. Dadanya sesak, dan seketika air matanya mengalir deras.Nyai Ruchi, tabib tua dengan rambut memutih yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 21 : NAMA BARU

    Dalam hutan lebat di perbatasan Kerajaan Karmapura, matahari senja mengintip di antara dedaunan, menciptakan bayangan panjang yang bergerak seperti makhluk hidup. Pangeran Karna berjalan dengan hati-hati. Ia tahu wilayah ini penuh dengan bahaya, dari binatang buas hingga manusia yang lebih buas. Tiba-tiba, suara teriakan nyaring memecah keheningan. "Tolong! Tolong aku! Aku tidak punya apa-apa lagi! Kalau kalian mau, ambillah jerukku saja!" suara itu berasal dari seorang pria muda yang kurus dengan rambut acak-acakan. Ia dikelilingi oleh sekelompok perampok bersenjata tajam. Karna bersembunyi di balik pohon, memperhatikan pria itu yang tampak lebih bingung daripada takut. Salah satu perampok berteriak, "Diam! Kami tidak butuh jeruk! Serahkan semua barang berhargamu!" Pria itu, yang belakangan diketahui bernama Jayanta, dengan polos merogoh sakunya dan mengeluarkan kulit jeruk. "Ini, kalau kalian tidak mau, mungkin kalian bisa jadikan obat nyamuk?" Namun, sebelum perampok bisa be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 22 : SERANGAN KEGELAPAN YANG MISTERIUS

    Langkah ringan terdengar samar dari arah belakang, diikuti oleh pergerakan bayangan di sudut matanya. Karna tetap tenang, matanya tetap tertuju pada pedang di tangannya, namun otot-ototnya tegang seperti busur yang siap dilepaskan.Tiba-tiba, bayangan gelap melompat keluar dari kegelapan, senjata berkilauan di tangan. Dalam sepersekian detik, Karna melempar tubuhnya ke samping, menghindari serangan mematikan yang diarahkan ke punggungnya. Serangan itu memotong udara dengan desisan tajam, meleset tipis dari sasarannya.Dengan gerakan yang hampir seperti tarian, Karna berguling ke lantai dan meraih pedang sederhana yang tersandar di dinding. Ia berdiri, posturnya kokoh dan penuh kendali, sementara matanya mengunci pada si penyerang."Siapa kau?" tanyanya, suaranya rendah namun penuh wibawa.Penyerang itu tidak menjawab, hanya menyerang lagi dengan kecepatan mengerikan. Namun Karna tidak terguncang. Gerakannya elegan namun mematikan. Dia menghindar, menangkis, dan menyerang balik dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03

Bab terbaru

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 55 : KECURIGAAN KARNA KEPADA RAJA

    Mata tajam Raja Santanu menatap lurus ke arahnya ketika mengucapkan kalimat itu. Seolah menggali sesuatu dari dalam dirinya. Seolah menantang tabir penyamaran yang Karna kenakan dengan begitu hati-hati.Karna mengepalkan tangannya tanpa sadar. Jari-jarinya menegang. Apakah Raja Santanu tahu sesuatu? Ataukah ini hanya permainan kata untuk menguji dirinya?Rushali berdiri di sampingnya, wajahnya tenang namun penuh perhatian. Karna tidak tahu apakah gadis itu juga menangkap ketegangan yang kini membalut dirinya.Ia berusaha mengendalikan napasnya."Tidak... Aku terlalu banyak berpikir. Jika dia tahu siapa aku sebenarnya, dia pasti sudah bertindak sejak tadi. Ini hanya ujian mental. Aku tidak boleh goyah."Namun, ketidakpastian itu tetap mengusik."Jika Raja Santanu benar-benar tahu, mengapa ia tidak langsung mengungkapkannya? Atau... apakah dia sedang menunggu momen yang tepat?"Karna menimbang setiap kemungkinan, memutarkan logikanya bagaikan pisau yang diasah. Apakah ucapan itu hanya p

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 54 : SOSOK AYAH

    Pagi yang Ceria di Istana KalinggaMatahari pagi mulai menampakkan sinarnya, memancarkan kehangatan lembut yang menerangi taman istana. Aroma dupa yang menenangkan bercampur dengan embun pagi, menciptakan suasana damai yang jarang dirasakan oleh Karna dan Rushali dalam perjalanan mereka.Rushali membuka pintu kamarnya, rambutnya masih sedikit berantakan setelah istirahat yang panjang. Ia meregangkan tubuh sambil menikmati udara segar pagi itu. Pandangannya jatuh ke arah pendopo kecil di sudut istana, tempat Karna duduk bersila dalam posisi meditasi.Rushali menghentikan langkahnya, merasa malu karena ia baru saja bangun, sementara Karna sudah tampak begitu fokus dan tenang. Namun, Karna yang tampaknya merasakan kehadirannya, membuka satu matanya dan melemparkan ucapan menyindir.“Lepas sekali tidurmu, baru bangun jam segini!” ucap Karna dengan nada santai.Rushali yang masih setengah sadar menatapnya dengan mata menyipit. “Aku memang baru bangun, tapi kau tidak perlu mengingatkannya d

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 53 : KERAMAHAN SANG RAJA SANTANU

    Ornamen ukiran berbentuk burung garuda dan bunga teratai menghiasi setiap sudut pintu gerbang, menandakan kearifan lokal yang kuat. Di kejauhan, istana terlihat megah dengan atap berlapis emas yang memantulkan sinar matahari sore.Mereka disambut oleh para prajurit dan pelayan istana yang telah bersiap dengan senyum ramah. Seorang abdi istana melangkah maju, memberikan hormat kepada keduanya."Yang Mulia Raja Santanu menantikan kehadiran Tuan dan Nona," katanya, mempersilakan mereka masuk dengan gestur yang penuh hormat.Rushali memandang Karna dengan sedikit ragu. "Apa menurutmu semua ini tidak berlebihan? Aku tidak merasa kita hanya tamu biasa," bisiknya.Karna mengangguk pelan. "Kita tetap harus waspada. Raja Santanu mungkin memiliki tujuan tertentu."Mereka melangkah melewati aula istana yang dihiasi ukiran khas Jawa, dengan tembok bercat putih gading dan tiang kayu jati berukir rumit. Sesampainya di balairung, Raja Santanu berdiri dari singgasananya. Ia adalah sosok yang berwibaw

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 52 : KOTA KALINGGA

    Langkah kaki Karna dan Rushali terdengar sayup di tengah sunyinya hutan yang seolah enggan mengungkap rahasianya. Di tangan Karna, artefak itu bersinar dengan cahaya hangat, memancar ke depan seperti lentera ajaib yang memandu mereka. Setiap kali mereka melangkah, cahaya itu bergerak lebih terang, seolah memberi tahu bahwa mereka semakin dekat ke tujuan.Angin dingin berembus lembut, membawa bisikan yang terdengar seperti bahasa kuno, sulit dipahami. Cahaya artefak itu memantul di pepohonan, menciptakan bayangan yang bergerak seperti tarian roh.Rushali berbisik, memandang cahaya artefak dengan takjub. "Cahaya ini... seperti ia hidup, memanggil kita untuk maju. Arjuna, apa kau merasakannya?"Karna mengangguk, matanya tak lepas dari cahaya. "Ya, seperti ia tahu ke mana harus membawa kita. Tapi di mana ujungnya? Apa yang akan kita temukan di sana?"Rushali berbisik, hampir pada dirinya sendiri. "Mungkin... jawaban dari semua misteri ini."Setelah menempuh perjalanan panjang, cahaya arte

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 51 : ARTEFAK KEDUA

    Rushali berteriak, napasnya terputus-putus, "Mereka... mereka ingin kekuatannya, Arjuna. Kalung ini... kalung ini adalah kunci... kunci ke rahasia besar yang mereka incar."Sosok berjubah itu tertawa dingin, “Kunci yang seharusnya bukan milik gadis ini. Kau tak tahu, pendekar. Dia bukan siapa yang kau pikirkan. Tapi jika kau tetap ingin tahu, datanglah. Kami akan menunjukkan kebenaran... sebelum kau mati."Karna menyadari bahwa ini lebih dari sekadar penyelamatan. Rushali, kalung itu, dan orang-orang berjubah hitam ini terhubung oleh sesuatu yang lebih besar dari yang pernah ia bayangkan. Namun, ia tahu satu hal: ia takkan membiarkan Rushali jatuh ke tangan mereka.Karna berdiri di tepi tebing, matanya tajam mengamati sosok berjubah hitam yang mengelilingi Rushali di bawah sana. Cahaya dari Pedang Agni di tangannya berdenyut pelan, seolah mencoba berkomunikasi. Suara lembut seperti bisikan terdengar di benaknya.Pedang Agni: "Jangan gegabah, Karna. Kekuatan mereka tidak bisa kau lawan

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 50 : JEBAKAN

    Karna berdiri tak jauh dari tempat Rushali duduk, memandangi gadis itu yang tampak tenang meskipun mereka baru saja melalui pertempuran sengit. Namun, matanya tak lepas dari kilauan cahaya lembut yang terpancar dari kalung di leher Rushali. Kalung itu bukan sekadar perhiasan biasa; ia memancarkan aura hangat, nyaris seperti hidup, seolah melindungi pemiliknya. Ia mengenali kalung itu. Dalam salah satu naskah kuno yang pernah dibacanya di perpustakaan kerajaan, tertulis bahwa kalung seperti itu adalah peninggalan para pemimpin besar yang memiliki kekuatan sakti. Tapi bagaimana bisa Rushali memilikinya? Dengan raut penuh keraguan, Karna mendekati Rushali. Karna dengan suara pelan tapi tegas. "Rushali... kalung itu... dari mana kau mendapatkannya?" Rushali tertegun sesaat, lalu tersenyum samar. "Kalung ini? Sudah lama aku memilikinya. Ini... pemberian dari seseorang." Karna mengernyit, matanya menelusuri setiap detail kalung itu. "Pemberian dari seseorang? Jangan anggap ak

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 49 : PEWARIS CAHAYA TERSEMBUNYI

    “Awas Rushali!!” Karna bergegas menubruk Rushali supaya Rushali terhindarkan dari serangan makhluk itu.Duarr!!Api timbul di antara serpihan bebatuan yang meledak karena kekuatan makhluk itu yang berniat melukai Rushali.Entah mengapa, mahkluk itu membaca bahwa Rushali menganggu konsentrasi nya. Sasaran empuk, yang merupakan kelemahan Karna. Tapi niat makhluk itu bisa dihentikan.“Hoshh.. hosh.. !” Karna menarik nafas panjang, menatap tajam lawannya“Tak akan aku biarkan kau menyentuh Rushali walau sehelai rambut pun!” ujarnya sambil mengangkat pedangnya, yang segera menyala dengan api biru.Dia kembali memasang badan, melindungi gadis manis yang setia bersamanya. Rushali memahami situasi yang ada. Dia kemudian mencari pohon atau apapun yang lebih besar dari tubuhnya untuk bersembunyi.Rushali memegang dadanya yang sesak, degup jantung yang memburu membuat nafasnya tersengal. Dibalik batu besar dirinya bersandar menyembunyikan tubuh mungilnya. Sambil menahan rasa khawatir akan Karna

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 48 : KOTA BALUT ILUSI

    Lorong itu membawa Karna ke sebuah ruang terbuka yang luar biasa. Di hadapannya terhampar sebuah kota yang bersinar, seolah-olah seluruhnya terbuat dari kristal bercahaya. Pilar-pilar tinggi berdiri menjulang dengan ukiran-ukiran kuno, sementara sungai-sungai cahaya mengalir di antara bangunan-bangunan yang tampak seperti fatamorgana.Namun, keindahan kota ini memiliki nuansa asing dan suram. Udara terasa berat, dan di kejauhan, Karna dapat mendengar suara langkah kaki makhluk yang bergerak di balik bayang-bayang.Karna: (berbisik pada dirinya sendiri) "Kota ini... apakah ini nyata? Atau hanya ilusi?"Dia melangkah perlahan, matanya awas terhadap gerakan di sekitarnya. Tiba-tiba, dari balik sebuah gerbang kuno, muncul makhluk-makhluk aneh. Ada yang memiliki tubuh menyerupai manusia dengan kepala hewan, ada pula yang tampak seperti bayangan hidup dengan mata bercahaya. Mereka tidak menyerang, tetapi mengamati Karna dengan rasa ingin tahu yang hampir mengintimidasi.Salah satu makhluk y

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 47 : KOTA BAWAH TANAH

    Di salah satu sisi, gerbang batu telah terbuka, memperlihatkan celah yang mengarah pada kegelapan tak berujung. Namun, dari balik celah itu, terdengar gemuruh berat, seperti langkah makhluk raksasa.Rushali memegang lengan Karna erat-erat."Apa kau mendengar itu? Dia menyebut namamu."Karna menatap celah dengan tenang, meski hatinya mulai waspada."Tetap di belakangku. Kita tidak tahu apa yang akan muncul."Dari kegelapan, muncul sesosok makhluk besar dengan kulit keras menyerupai batu, matanya bersinar seperti bara api. Suaranya dalam dan menggema saat ia berbicara."Siapa yang berani melangkah ke tempat suci ini? Apa tujuan kalian?"Karna berdiri tegak, menyembunyikan identitasnya dengan sikap percaya diri."Kami hanyalah pengelana yang mencari jawaban atas misteri kuno. Tempat ini... dulunya milik seorang raja besar, bukan?"Makhluk itu menggeram, suaranya seperti gemuruh longsoran."Raja besar? Dia adalah kehancuran. Tempat ini adalah sisa-sisa dari kebodohannya. Siapa kalian yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status