Share

Chapter 21 : NAMA BARU

Penulis: Embunayu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 10:45:05
Dalam hutan lebat di perbatasan Kerajaan Karmapura, matahari senja mengintip di antara dedaunan, menciptakan bayangan panjang yang bergerak seperti makhluk hidup. Pangeran Karna berjalan dengan hati-hati. Ia tahu wilayah ini penuh dengan bahaya, dari binatang buas hingga manusia yang lebih buas.

Tiba-tiba, suara teriakan nyaring memecah keheningan. "Tolong! Tolong aku! Aku tidak punya apa-apa lagi! Kalau kalian mau, ambillah jerukku saja!" suara itu berasal dari seorang pria muda yang kurus dengan rambut acak-acakan. Ia dikelilingi oleh sekelompok perampok bersenjata tajam.

Karna bersembunyi di balik pohon, memperhatikan pria itu yang tampak lebih bingung daripada takut. Salah satu perampok berteriak, "Diam! Kami tidak butuh jeruk! Serahkan semua barang berhargamu!"

Pria itu, yang belakangan diketahui bernama Jayanta, dengan polos merogoh sakunya dan mengeluarkan kulit jeruk. "Ini, kalau kalian tidak mau, mungkin kalian bisa jadikan obat nyamuk?"

Namun, sebelum perampok bisa be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 22 : SERANGAN KEGELAPAN YANG MISTERIUS

    Langkah ringan terdengar samar dari arah belakang, diikuti oleh pergerakan bayangan di sudut matanya. Karna tetap tenang, matanya tetap tertuju pada pedang di tangannya, namun otot-ototnya tegang seperti busur yang siap dilepaskan.Tiba-tiba, bayangan gelap melompat keluar dari kegelapan, senjata berkilauan di tangan. Dalam sepersekian detik, Karna melempar tubuhnya ke samping, menghindari serangan mematikan yang diarahkan ke punggungnya. Serangan itu memotong udara dengan desisan tajam, meleset tipis dari sasarannya.Dengan gerakan yang hampir seperti tarian, Karna berguling ke lantai dan meraih pedang sederhana yang tersandar di dinding. Ia berdiri, posturnya kokoh dan penuh kendali, sementara matanya mengunci pada si penyerang."Siapa kau?" tanyanya, suaranya rendah namun penuh wibawa.Penyerang itu tidak menjawab, hanya menyerang lagi dengan kecepatan mengerikan. Namun Karna tidak terguncang. Gerakannya elegan namun mematikan. Dia menghindar, menangkis, dan menyerang balik dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 23 : MISTERI GOA HARAYAN

    Penyerangan yang tiba- tiba semalam itu, membuat Karna berpikir. Namun, dia tidak tahu apa hubungan ini dengan dirinya atau pedang legendaris Agni Narakastra yang dia simpan dengan hati-hati.Malam itu, Karna memutuskan bahwa dia tidak bisa tinggal di desa lebih lama lagi. Dia harus mencari jawaban, dan satu-satunya petunjuk yang dimilikinya adalah Goa Harayan.***Pagi sebelum dia pergi, kerusuhan yang terjadi semalam terdengar oleh Jayanta.Jayanta duduk di atas dinding batu kecil, memainkan tongkat kayunya sambil bersiul riang. Ketika Karna berjalan keluar rumah dengan pedang tersandang di punggung, Jayanta langsung melompat turun, wajahnya penuh antusias.“Arjunq! Kau akan pergi lagi, bukan? Aku tahu! Aku akan ikut kali ini!” Jayanta berkata dengan nada penuh semangat, seolah keputusan itu sudah mutlak.Karna berhenti, menatap pemuda yang jauh lebih muda darinya itu dengan alis terangkat. “Ini bukan perjalanan yang menyenangkan, Jayanta. Ada bahaya di setiap langkah. Kau lebih bai

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 24 : KEHANCURAN BAYANG NIRAKA

    Langkah Karna bergema di lorong gelap Goa Harayan. Bau darah dan dupa bercampur di udara yang dingin menusuk. Di depan matanya, sebuah altar besar tampak berdiri kokoh di tengah ruangan. Batu hitam yang mengerikan, dihiasi simbol-simbol sekte Bayang Niraka, bersinar samar dengan cahaya merah yang menyeramkan. Di sekeliling altar, berdiri sosok-sosok berjubah hitam dengan wajah tertutup, melantunkan mantra dalam nada rendah yang terasa menusuk ke dalam jiwa. Karna, yang masih menyamar sebagai Arjuna, merasa tubuhnya semakin berat. Bayangan yang berputar di sekitar ruangan seperti menggenggam dirinya, mencengkeram tubuhnya dengan kekuatan yang tak terlihat. Cahaya emas di kulitnya perlahan mulai meredup, seakan direnggut oleh kegelapan itu. “Selamat datang di takdirmu, Arjuna... atau haruskah kami memanggilmu Pangeran Karna?” Salah satu dari mereka maju, suara seraknya menyalak seperti ular. Karna terdiam. Napasnya berat, seperti ada beban ribuan ton di dadanya. Sekte itu tahu siapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 25 : Manipulasi Adipati Situmba

    Adipati Situmba berdiri di aula pertemuan kecil, memandangi para pejabat yang berkumpul di hadapannya. Ia tahu, untuk menguasai Karmapura, ia tidak bisa hanya mengandalkan kekosongan kekuasaan. Ia harus menciptakan musuh bersama, dan sosok Pangeran Karna—meskipun tidak terlibat langsung dalam pemerintahan—adalah sasaran sempurna.“Sudah terlalu lama,” kata Situmba, memulai pidatonya, “kita membiarkan pengaruh pribadi Pangeran Karna mencemari kerajaan ini. Meski dia belum memegang posisi resmi, apakah kalian tidak merasa aneh bahwa segala kekacauan ini terjadi segera setelah dia meninggalkan istana?”Ki Suratma, penasihat tua, mengangkat alisnya. “Tapi, Tuan Adipati, Pangeran Karna belum pernah memiliki tanggung jawab resmi. Dia lebih dikenal sebagai pendekar, bukan administrator. Apa yang Anda maksud dengan ‘pengaruh pribadinya’?”“Ha! Justru itu masalahnya!” jawab Situmba dengan nada tegas. “Dia memang tidak memegang jabatan resmi, tapi pengaruhnya pada rakyat begitu besar. Banyak or

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 26 : Hari-hari baru Rushali

    Edit Fajar mulai menyentuh tirai anyaman di sebuah pondok kecil di tengah hutan. Seberkas cahaya hangat menyusup ke sela-sela jendela, perlahan membelai wajah seorang gadis remaja yang tengah terbaring. Mata gadis itu berkedip lemah, kemudian terbuka sepenuhnya. Tatapannya kosong, seolah melihat dunia untuk pertama kalinya. Dia duduk perlahan, menatap tangannya sendiri, lalu memandang sekeliling. Tidak ada yang terasa akrab. Tidak ada nama, tidak ada cerita. Dirinya adalah kekosongan. Seorang wanita tua berwajah lembut masuk ke dalam kamar. Dia membawa semangkuk air hangat, meletakkannya di samping gadis kecil itu, lalu duduk di tepinya. "Anakku," kata wanita itu dengan nada lembut yang penuh kasih. "Namamu sekarang adalah Rushali." Gadis kecil itu memandang wanita itu dengan kebingungan yang samar, tetapi tidak ada rasa curiga di matanya. Nama itu, Rushali, terasa asing tetapi sekaligus hangat di telinganya. Dia mengangguk pelan, seolah menerima sesuatu yang tak perlu diperta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 27 : KUNCI BRAHMANDHALA KALA

    Matahari senja memancarkan sinarnya yang lembut, memantulkan warna keemasan di permukaan Sungai Persik. Di tepi sungai yang sepi, Pangeran Karna duduk bersila, menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. Bekas luka pertarungan dengan pemimpin sekte Bayang Niraka masih terasa perih, namun yang lebih menyiksa adalah pikiran-pikirannya yang berputar tanpa henti. Energi tenaga dalamnya perlahan mengalir, membasahi setiap inci tubuhnya dengan kehangatan penyembuhan. Namun, di tengah meditasinya, suara-suara dari masa lalu dan bayang-bayang kebenaran yang samar terus menghantui pikirannya.“Kenapa Ayah menghukumku saat itu? Bukankah membunuh ksatria Singowulan yang menyelinap ke dalam wilayah Karmapura adalah hal yang benar?” pikir Karna.Teringatlah ia pada pemimpin sekte itu, sebelum menyerah dan pergi sempat berkata bahwa Raja Durwasa-lah yang memulai tragedi ini dengan membantai Raja Kridageni dan seluruh penduduknya. Dan kini, mereka menginginkan balas dendam yang diwariskan pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 28 : PERTEMUAN KARNA DAN RUSHALI

    Keesokan harinya, di bawah sinar matahari pagi yang menembus dedaunan hutan, Karna duduk di atas sebuah batu besar, menenangkan diri setelah meditasi yang panjang. Udara segar menyelimuti tempat itu, yang membuat suasana terasa damai. Tiba-tiba, Jayanta muncul dari balik pepohonan, membawa beberapa buah kelapa di pelukannya dengan senyum lebar.“Hey, Tuan pandai besi yang menyendiri!” serunya dengan nada bercanda. “Kamu pasti haus, nih. Aku bawakan kelapa segar. Jangan khawatir, aku tidak mencurinya!”Karna tersenyum tipis, menerima salah satu kelapa yang diulurkan Jayanta. “Terima kasih, Jayanta. Kamu selalu tahu cara membuat suasana tidak terlalu serius.”Jayanta duduk di atas akar pohon besar di dekat Karna, membuka salah satu kelapa dengan cekatan. Matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. “Ngomong-ngomong, aku masih penasaran. Siapa orang itu? Yang bertarung denganmu waktu itu? Jujur saja, aku belum pernah melihat jurus sehebat itu sebelumnya!”Karna menatap Jayanta dengan tenang,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 29 : KARNA KRITIS

    Karna terhuyung mundur, tubuhnya melemah seiring dengan darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Bahkan luka dari menancap golok perampok itu terus mengalirjan darah juga. Racun dari golok itu mulai menyebar, mencengkeram tubuhnya seperti bara api yang membakar dari dalam. Pandangannya buram, namun nalurinya sebagai pendekar tetap terjaga. Dengan tangan gemetar, ia mengembalikan pedang ke dalam sarungnya, meski setiap gerakan terasa seperti menanggung beban gunung.Karna tersengal. "Aku… tak boleh jatuh... Tidak sekarang..."Namun tubuhnya tak lagi mampu bertahan. Lututnya menyerah, dan ia ambruk ke tanah dengan napas yang terputus-putus. Perampok itu, yang sebelumnya tersungkur, kini bangkit dengan mata penuh dendam. Ia menggenggam goloknya yang berlumuran darah, mengangkatnya tinggi-tinggi, dan bersiap menebas Karna yang tak berdaya.Rushali, yang sejak tadi berdiri terpaku dengan tubuh bergetar, merasakan dadanya seakan meledak. Ketakutan bercampur dengan tekad yang tiba-tiba memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10

Bab terbaru

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 44 : SALAH PAHAM

    Tak mendapat sahutan apapun dari sang peluncur panah. Mata elang Karna masih terus beredar melihat dan memeriksa sekeliling. Rushali mencabut anak panah itu mengamatinya dengan pasti. “Siapa yang telah menghujani kita dengan anak panah ini?”Serangan tak bertuan itu membuat ujung hari mereka tak tenang. Setelah mendapatkan potongan artefak yang pemiliknya diduga dari 50 tahun lalu itu.Rushali pun menyimpulkan,”Akankah pemilik serangan ini, adalah anggota baru Bayang Niraka?” Rushali menemukan sebuah tanda,”lihat ini Arjuna, anak panah yang sama seperti yang kau tangkap waktu itu..sewaktu aku mengobati para petani.. apa kau ingat!”Karna memastikan ucapan Rushali dan mengamati anak panah itu,”Rupanya kita telah diikuti oleh mata-mata mereka, Bayang Niraka..!”Pergerakan yang dilakukan mereka berdua entah bagaimana dapat tercium oleh Bayang Niraka.“Dalam penyelidikan ini sepertinya kita tidak boleh percaya kepada sembarang orang Arjuna.. siapapun yang melihat kita menaiki Gunung ini

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 43 : RAKSASA DI GERBANG KEGELAPAN

    Gerbang kegelapan berdiri kokoh menjulang seperti mulut neraka yang siap melahap apa saja. Di hadapannya berdiri sesosok raksasa bertubuh gelap dengan mata merah menyala, menatap Karna dengan penuh kebencian. Udara sekitar terasa pekat, penuh dengan aura kematian, yang menyelimuti setiap sudut tempat itu.“KRAAAARGHH!” Raksasa itu meraung melompat ke arah Karna dengan cakar runcingnya yang mengkilat seperti baja.Karna menghindar gesit, tubuhnya meliuk, nyaris saja cakar raksasa itu merobek dadanya.“Sial, makhluk ini terlalu kuat” gumamnya sambil menggenggam pedang Agni erat-erat. Api dari pedang itu menyala terang, seolah hendak menjawab kegelisahan tuannya.“Karna.. kelemahan makhluk itu ada di bagian tubuhnya. Amatilah pergerakannya, dia seperti melindungi satu bagian tubuh.” bisik Pedang Agni padanya.Namun, Karna tak sempat menjawab, raksasa itu sudah mengayunkan tinjunya.“BOOM!”Tanah itu terguncang, menciptakan lubang besar tepat di tempat Karna berdiri, beberapa saat yang l

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 42 : GERBANG KEGELAPAN

    Rushali berjalan beberapa langkah di belakang Karna. Mata gadis itu menatap punggung lelaki yang tegap itu dengan berbagai pertanyaan yang memenuhi kepalanya. Sejak tadi malam, Karna tak banyak bicara setelah membangunkannya dari tidur. Namun, langkah pemuda itu begitu pasti, seolah ia sudah tahu apa yang harus dilakukan.Tak tahan dengan kebisuan di antara mereka, Rushali akhirnya membuka suara."Arjuna..." panggilnya pelan, namun cukup jelas untuk membuat Karna menoleh.Karna melambatkan langkahnya, menatap gadis itu dengan mata yang selalu tampak tegas namun menyimpan ketenangan. "Ada apa, Rushali?"Rushali menghela napas dalam, berusaha mencari kata yang tepat. "Aku ingin tahu… ke mana kita sebenarnya setelah ini? Kau belum mengatakan apa pun sejak kita meninggalkan tempat itu."Karna berhenti, memandang ke kejauhan di mana kabut perlahan menipis. Cahaya mentari pagi mulai menyinari wajahnya, menampakkan sosok seorang pemuda yang tampak jauh lebih dewasa dari usianya. Setelah bebe

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 41 : KI DRADAMA PENJAGA GUNUNG HARIDRA

    “Aku peringatkan sekali lagi untuk pergi!” teriak Rushali Namun sebelum bencana itu terjadi, sesuatu yang tak terduga terjadi. Karna, yang sebelumnya hanya berdiri terpaku, tiba-tiba mengulurkan tangannya ke depan. Matanya bersinar tajam, penuh keyakinan. Suara beratnya bergema di tengah keheningan. "Datanglah kepadaku." Pedang pusaka yang terbaring di altar batu seketika bergetar hebat. Api di bilahnya membesar, lalu dengan kecepatan kilat pedang itu melesat melampaui udara malam, tertarik kuat menuju genggaman Karna. Rushali hanya bisa memandang dengan mata terbelalak saat pedang itu menempel di tangan Karna, seolah telah lama menantikan panggilan tuannya. Dalam sekejap, Karna melompat tinggi, tubuhnya melampaui Rushali dan berada di antara gadis itu dan serigala yang siap menyerang. Pedang Api bersinar terang di genggaman Karna, memantulkan cahaya merah yang menyebar ke seluruh area. Namun sebelum pertarungan benar-benar pecah, sebuah suara berat muncul dari balik punggung

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 40 : UJIAN KETULUSAN

    Malam itu, kabut tipis turun menyelimuti hutan di kaki gunung Haridra. Udara dingin menggigit kulit, menciptakan suasana yang sunyi dan mistis.Di dalam sebuah ceruk kecil, altar batu kuno berdiri dengan sederhana, nyaris tersembunyi di antara akar pepohonan yang menjalar. Sebuah tempat berteduh yang Karna dirikan di sebelah altar itu, Rushali termenung melihat Pedang itu. Di atas altar itu, sebuah pedang berkilau dengan nyala api kemerahan tampak hidup, berpendar redup seperti jantung yang berdetak. Pedang itu bukan pedang biasa—ia adalah Pedang Api, pusaka legendaris yang menyimpan kekuatan luar biasa, dan sekarang berada dalam penjagaan Rushali.Rushali berdiri di sana, tubuhnya tampak kecil di antara bayangan pohon-pohon raksasa. Cahaya lembut dari pedang menyinari wajahnya yang penuh rasa khawatir dan keraguan. Suara Karna—atau Arjuna, seperti yang ia kenal sekarang—masih menggema di benaknya."Rushali, aku harus pergi bermeditasi. Tiga hari kedepan aku akan meninggalkanmu. Jag

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 39 : MISI RUSHALI

    Pagi itu, aula utama Akademi Kanuragan dipenuhi dengan antusiasme yang tegang. Hari ujian kelulusan kelas penyelidikan telah tiba, momen yang akan menentukan kemampuan setiap murid untuk menyelesaikan misi nyata. Para murid, termasuk Rushali, berdiri dalam barisan rapi, menunggu giliran untuk mengambil gulungan misi mereka dari sebuah kotak kayu tua yang dihias ukiran rumit. Di tengah suasana itu, Rushali merasakan campuran kegugupan dan semangat. Tiga bulan berlalu dengan penuh latihan keras dan pembelajaran mendalam. Dari seorang gadis yang merasa tak berdaya, ia kini berdiri dengan penuh keyakinan, siap menghadapi tantangan apa pun. “Rushali,” panggil Tumenggung Arya, suaranya tegas dan menggetarkan. Rushali melangkah maju, menarik napas dalam-dalam sebelum memasukkan tangannya ke dalam kotak. Jari-jarinya menyentuh gulungan yang terasa hangat, seolah-olah telah menunggu untuk dipilih olehnya. Dengan hati-hati, ia menarik gulungan itu keluar, membuka kertasnya perlahan, dan mu

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 38 : TEKAD RUSHALI

    Rushali duduk di bawah pohon beringin besar di halaman belakang rumahnya, memandangi dedaunan yang bergoyang diterpa angin. Kepergian Karna yang tiba-tiba meninggalkan kehampaan dalam hatinya. Meski ia paham betapa pentingnya misi yang diemban Karna, tetap saja rasa khawatir dan kesepian itu menyelimuti dirinya.Ia menggenggam sehelai kain kecil—potongan dari selendang yang pernah Karna gunakan saat melindunginya dari dingin. Tanpa sadar, ia mengelus kain itu, mencoba menenangkan dirinya. Namun, pikirannya terus berputar.Rushali mendesah resah“Apakah dia baik-baik saja? Apa dia terluka? Apa aku egois karena ingin dia tetap di sini?” pikir Rushali, matanya mulai berkaca-kaca.Langkah kaki mendekat, dan suara riang yang sudah akrab terdengar. Jayanta muncul dengan senyumnya yang selalu membawa sedikit keceriaan di tengah kesedihan.“Rushali,” panggil Jayanta, suaranya lembut tapi penuh semangat.Rushali menoleh, mencoba menyembunyikan air mata yang hampir jatuh. “Oh, Jayanta. Ada apa?”

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 37 : BISIKAN BAYANG NIRAKA

    Karna berdiri di teras yang berpagar di rumah Panggung Pak Tandri, menatap jauh ke arah selatan. Matahari yang terbenam menciptakan siluet pegunungan di cakrawala. Angin yang lembut mengelus wajahnya, tetapi ketenangan yang dirasakan oleh rakyat Pinang Selatan, tidak dapat menembus gundah yang meliputi hatinya. Sudah beberapa bulan sejak ia berhasil menghancurkan sekte Bayang Niraka, tetapi rasa damai itu terasa hampa, seperti awan gelap yang enggan pergi sepenuhnya. Sesuatu masih mengintai. Tiba-tiba, pintu kayu di belakangnya terbuka perlahan. Jayanta, sahabat setianya, melangkah masuk sambil membawa sepoci teh hangat. Senyum riangnya seperti biasa memecah keheningan. “Pendekar, kau melamun lagi,” kata Jayanta sambil menuangkan teh ke dalam cangkir. “Jika kau terus seperti ini, aku khawatir kau akan berubah jadi patung yang termenung di teras! Dan seperti yang orang banyak katakan, lebih baik kau terima saja tawaran para penduduk untuk menjadi pemimpin Arjuna!” Karna menunduk

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 36 : KARISMA KARNA

    Pangeran Karna, yang kini menyamar sebagai Arjuna, berdiri di depan tungku pandai besi yang masih mengepulkan asap panas. Tangan kasarnya mengangkat bilah tajam yang baru selesai ditempa—karya terakhirnya hari itu di gubuk sederhana milik Pak Tandri. Cahaya siang memantulkan kilauan halus pada logam yang masih merah karena panas, dan ia merasa puas melihat hasil jerih payahnya. “Pekerjaanmu makin rapi, Nak Arjuna,” puji Pak Tandri sambil mengusap peluh di dahinya. “Jika kau bertahan lebih lama di sini, aku yakin kau bisa menjadi pandai besi yang andal.” Karna hanya tersenyum samar. Pujian itu menghangatkan hatinya, meski ia tahu dirinya tak mungkin menetap selamanya. “Terima kasih, Pak Tandri. Aku hanya belajar dari kearifan yang kau ajarkan.” Setelah menyerahkan bilah itu pada Pak Tandri, Karna membersihkan dirinya di sumur kecil di belakang gubuk. Di sana, ia menemukan Jayanta sudah menunggunya, duduk dengan santai di atas batu besar sambil mengunyah ketela bakar. “Kau lambat

DMCA.com Protection Status