Beranda / Pendekar / Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api / Chapter 26 : Hari-hari baru Rushali

Share

Chapter 26 : Hari-hari baru Rushali

Penulis: Embunayu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-05 12:26:38
Edit

Fajar mulai menyentuh tirai anyaman di sebuah pondok kecil di tengah hutan. Seberkas cahaya hangat menyusup ke sela-sela jendela, perlahan membelai wajah seorang gadis remaja yang tengah terbaring. Mata gadis itu berkedip lemah, kemudian terbuka sepenuhnya. Tatapannya kosong, seolah melihat dunia untuk pertama kalinya. Dia duduk perlahan, menatap tangannya sendiri, lalu memandang sekeliling. Tidak ada yang terasa akrab. Tidak ada nama, tidak ada cerita. Dirinya adalah kekosongan.

Seorang wanita tua berwajah lembut masuk ke dalam kamar. Dia membawa semangkuk air hangat, meletakkannya di samping gadis kecil itu, lalu duduk di tepinya.

"Anakku," kata wanita itu dengan nada lembut yang penuh kasih. "Namamu sekarang adalah Rushali."

Gadis kecil itu memandang wanita itu dengan kebingungan yang samar, tetapi tidak ada rasa curiga di matanya. Nama itu, Rushali, terasa asing tetapi sekaligus hangat di telinganya. Dia mengangguk pelan, seolah menerima sesuatu yang tak perlu diperta
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 27 : KUNCI BRAHMANDHALA KALA

    Matahari senja memancarkan sinarnya yang lembut, memantulkan warna keemasan di permukaan Sungai Persik. Di tepi sungai yang sepi, Pangeran Karna duduk bersila, menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. Bekas luka pertarungan dengan pemimpin sekte Bayang Niraka masih terasa perih, namun yang lebih menyiksa adalah pikiran-pikirannya yang berputar tanpa henti. Energi tenaga dalamnya perlahan mengalir, membasahi setiap inci tubuhnya dengan kehangatan penyembuhan. Namun, di tengah meditasinya, suara-suara dari masa lalu dan bayang-bayang kebenaran yang samar terus menghantui pikirannya.“Kenapa Ayah menghukumku saat itu? Bukankah membunuh ksatria Singowulan yang menyelinap ke dalam wilayah Karmapura adalah hal yang benar?” pikir Karna.Teringatlah ia pada pemimpin sekte itu, sebelum menyerah dan pergi sempat berkata bahwa Raja Durwasa-lah yang memulai tragedi ini dengan membantai Raja Kridageni dan seluruh penduduknya. Dan kini, mereka menginginkan balas dendam yang diwariskan pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 28 : PERTEMUAN KARNA DAN RUSHALI

    Keesokan harinya, di bawah sinar matahari pagi yang menembus dedaunan hutan, Karna duduk di atas sebuah batu besar, menenangkan diri setelah meditasi yang panjang. Udara segar menyelimuti tempat itu, yang membuat suasana terasa damai. Tiba-tiba, Jayanta muncul dari balik pepohonan, membawa beberapa buah kelapa di pelukannya dengan senyum lebar.“Hey, Tuan pandai besi yang menyendiri!” serunya dengan nada bercanda. “Kamu pasti haus, nih. Aku bawakan kelapa segar. Jangan khawatir, aku tidak mencurinya!”Karna tersenyum tipis, menerima salah satu kelapa yang diulurkan Jayanta. “Terima kasih, Jayanta. Kamu selalu tahu cara membuat suasana tidak terlalu serius.”Jayanta duduk di atas akar pohon besar di dekat Karna, membuka salah satu kelapa dengan cekatan. Matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. “Ngomong-ngomong, aku masih penasaran. Siapa orang itu? Yang bertarung denganmu waktu itu? Jujur saja, aku belum pernah melihat jurus sehebat itu sebelumnya!”Karna menatap Jayanta dengan tenang,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 29 : KARNA KRITIS

    Karna terhuyung mundur, tubuhnya melemah seiring dengan darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Bahkan luka dari menancap golok perampok itu terus mengalirjan darah juga. Racun dari golok itu mulai menyebar, mencengkeram tubuhnya seperti bara api yang membakar dari dalam. Pandangannya buram, namun nalurinya sebagai pendekar tetap terjaga. Dengan tangan gemetar, ia mengembalikan pedang ke dalam sarungnya, meski setiap gerakan terasa seperti menanggung beban gunung.Karna tersengal. "Aku… tak boleh jatuh... Tidak sekarang..."Namun tubuhnya tak lagi mampu bertahan. Lututnya menyerah, dan ia ambruk ke tanah dengan napas yang terputus-putus. Perampok itu, yang sebelumnya tersungkur, kini bangkit dengan mata penuh dendam. Ia menggenggam goloknya yang berlumuran darah, mengangkatnya tinggi-tinggi, dan bersiap menebas Karna yang tak berdaya.Rushali, yang sejak tadi berdiri terpaku dengan tubuh bergetar, merasakan dadanya seakan meledak. Ketakutan bercampur dengan tekad yang tiba-tiba memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 30 : TIDAK ADA PILIHAN LAIN

    Bergegas Nyai membuatkan jamu dan obat oles untuk Karna. Nyai mencoba meminumkannya, tapi seperti waktu di hutan, Karna tidak mau membuka mulut sedikitpun. Nyai celingukan mencari Rushali. "Ibu, ada tamu mencarimu, sepertinya dia murid baru yang mau mendaftar, ia datang bersama orang tuanya" ucap Rushali. "Ohh ibu akan menememui mereka.. Hmm.. Rushali bantulah ibu, pria ini tidak bisa membuka mulutnya, kalau kau berhutang nyawa padanya, kau saja yang meminumkannya!" ucap Nyai Ruchi "Ibu saja tidak bisa, bagaimana aku mampu ibu?" tanya Rushali "Sudahlah Rushali, dia harus segera ditangani, jika terlambat, akan mengancam nyawanya!" Nyai Ruchi mencoba menjelaskan keadaan pasien mereka saat itu. "Pertama bersihkan dulu badan dan lukanya dengan air hangat, oleskan ramuan itu untuk luka di kulitnya, kemudian beri dia jamu ini dengan mulutmu, setelah itu ganti pakaiannya.” jelas Nyai Ruchi "Apa ibu? Haruskan aku melepas pakaiannya?, dan menggunakan bibirku untuk.. untuk.." Rushal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 31 : CIUMAN CINTA SEJATI

    Buku itu bertuliskan: Cakra sangat berpengaruh terhadap energi seseorang. Dalam beberapa kasus, Cakra bisa rusak atau sengaja dirusak melalui sakramen tertentu. Sakit hati, kepahitan, dan penyakit hati lainnya dapat memperburuk penyumbatan sebuah Cakra, khususnya Cakra Jantung. Bahkan, Cakra tersebut dapat mati apabila tidak disembuhkan. Membuat orang yang mengalami kerusakan itu menjadi pribadi yang angkuh, tidak mengerti berterimakasih, pendendam, dan tidak berperasaan. Bahkan tidak akan pernah merasakan cinta. Dalam penyembuhan nya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Konon, hanya orang yang ditakdirkan semesta menjadi pasangannnya yang dapat menyembuhkannya Cakra tersebut. Penyembuhan yang tidak biasa melalui kontak fisik dan perasaan tulus yang sering disebut Cinta Sejati. ~~~~~~~~ Nyai dan Rushali saling berpandangan tidak percaya."Ibu, apakah kau memikirkan yang aku pikirkan? tanya Rushali sambil melongo. Nyai mengernyitkan kening, dan mengangguk dengan berat."Sep

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 32 : KERAGUAN DAN FITNAH

    Aula kerajaan yang megah berubah menjadi arena penuh ketegangan. Para bangsawan dan pejabat kerajaan duduk dalam keheningan yang canggung, sementara Raja Durwasa berusaha mempertahankan wibawanya dari singgasananya. Di tengah ruangan, berdiri Sisupala, adik Karna yang selama ini jarang menonjolkan dirinya di istana. Namun, kali ini ia berbicara dengan nada tajam yang mencerminkan ambisi dan keberaniannya.“Paduka Ayahanda,” kata Sisupala, membungkuk dengan formalitas, tetapi nada suaranya penuh sindiran, “izinkan anakanda menyampaikan kegelisahan yang sedang melanda hati rakyat kita.”Raja Durwasa mengangkat alis. “Bicara terus terang, Sisupala. Apa yang ingin kau sampaikan?”Sisupala menghela napas seolah-olah menanggung beban seluruh kerajaan. “Rakyat mulai bertanya-tanya, Paduka. Mengapa Pangeran Karna, kakanda kami yang diharapkan menjadi pewaris, justru membawa aib besar bagi keluarga ini? Tidak hanya melanggar aturan kompetisi, tetapi juga mencoreng nama baik Karmapura dengan ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 33 : ARJUNA

    Malam itu, di ruang pertemuan kecil di istana, beberapa pejabat berkumpul dalam suasana tegang. Lilin-lilin di sudut ruangan memancarkan cahaya redup, cukup untuk menyoroti wajah-wajah penuh kekhawatiran. Perdana Menteri, Panglima, Pejabat-pejabat muda dan pemimpin batalyon berunding di ruangan Perdana Menteri. Perdana Menteri Danutra yang kini berdiri di tengah, menghela napas berat. “Kita semua tahu bahwa ini tidak seperti Karna. Sejak kecil, dia selalu memegang teguh kehormatan keluarga. Tapi…” Ia berhenti, suaranya melemah. “Bukti-bukti ini sulit untuk diabaikan.” Ksatria Panji yang adalah panglima muda Karmapura menyela, matanya menyipit curiga. “Bukti atau jebakan? Lambang itu terlalu mencolok. Jika benar dia yang melakukannya, mengapa meninggalkan sesuatu yang begitu mudah dikenali?” Para loyalis dan orang-orang yang sangat mengenali Pangeran Karna tetap tidak percaya akan berita-berita itu. Koin yang berlambang putra Mahkota itu. Jika memang Karna adalah dalang. Tidak m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 34 : STRATEGI UNTUK PETANI VS PERAMPOK

    Karna yang melihat kejadian yang berbahaya itu langsung melangkah maju ke arah para petani."Saudara-saudara," serunya lantang. "Kita tidak bisa hanya berdiam diri. Kumpulkan karung goni sebanyak mungkin, isi dengan pasir, dan bawa ke sini. Kita harus bertindak cepat!"Para petani saling berpandangan ragu sejenak, tetapi suara tegas dan kehadiran Karna membawa harapan baru, dan membuyarkan keputusasaan mereka. Dengan tergesa-gesa mereka mulai menyebar, mencari apa yang diminta. Tak butuh waktu lama hingga tumpukan karung mulai terlihat.Karna mengambil salah satu karung dan berjalan menuju bendungan. Tubuhnya berdiri tegak di tengah arus air yang deras, seakan kekuatan aliran itu tak berarti apa-apa baginya. Di bantu oleh seorang dari mereka menyalurkan karung satu-persatu. Ia mulai menyusun karung-karung dengan cekatan, memblokir jalur air yang rusak.Petani-petani yang menyaksikan itu tertegun. Sosok Karna terlihat seperti seorang kesatria sakti. Tubuhnya melawan derasnya arus tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 55 : KECURIGAAN KARNA KEPADA RAJA

    Mata tajam Raja Santanu menatap lurus ke arahnya ketika mengucapkan kalimat itu. Seolah menggali sesuatu dari dalam dirinya. Seolah menantang tabir penyamaran yang Karna kenakan dengan begitu hati-hati.Karna mengepalkan tangannya tanpa sadar. Jari-jarinya menegang. Apakah Raja Santanu tahu sesuatu? Ataukah ini hanya permainan kata untuk menguji dirinya?Rushali berdiri di sampingnya, wajahnya tenang namun penuh perhatian. Karna tidak tahu apakah gadis itu juga menangkap ketegangan yang kini membalut dirinya.Ia berusaha mengendalikan napasnya."Tidak... Aku terlalu banyak berpikir. Jika dia tahu siapa aku sebenarnya, dia pasti sudah bertindak sejak tadi. Ini hanya ujian mental. Aku tidak boleh goyah."Namun, ketidakpastian itu tetap mengusik."Jika Raja Santanu benar-benar tahu, mengapa ia tidak langsung mengungkapkannya? Atau... apakah dia sedang menunggu momen yang tepat?"Karna menimbang setiap kemungkinan, memutarkan logikanya bagaikan pisau yang diasah. Apakah ucapan itu hanya p

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 54 : SOSOK AYAH

    Pagi yang Ceria di Istana KalinggaMatahari pagi mulai menampakkan sinarnya, memancarkan kehangatan lembut yang menerangi taman istana. Aroma dupa yang menenangkan bercampur dengan embun pagi, menciptakan suasana damai yang jarang dirasakan oleh Karna dan Rushali dalam perjalanan mereka.Rushali membuka pintu kamarnya, rambutnya masih sedikit berantakan setelah istirahat yang panjang. Ia meregangkan tubuh sambil menikmati udara segar pagi itu. Pandangannya jatuh ke arah pendopo kecil di sudut istana, tempat Karna duduk bersila dalam posisi meditasi.Rushali menghentikan langkahnya, merasa malu karena ia baru saja bangun, sementara Karna sudah tampak begitu fokus dan tenang. Namun, Karna yang tampaknya merasakan kehadirannya, membuka satu matanya dan melemparkan ucapan menyindir.“Lepas sekali tidurmu, baru bangun jam segini!” ucap Karna dengan nada santai.Rushali yang masih setengah sadar menatapnya dengan mata menyipit. “Aku memang baru bangun, tapi kau tidak perlu mengingatkannya d

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 53 : KERAMAHAN SANG RAJA SANTANU

    Ornamen ukiran berbentuk burung garuda dan bunga teratai menghiasi setiap sudut pintu gerbang, menandakan kearifan lokal yang kuat. Di kejauhan, istana terlihat megah dengan atap berlapis emas yang memantulkan sinar matahari sore.Mereka disambut oleh para prajurit dan pelayan istana yang telah bersiap dengan senyum ramah. Seorang abdi istana melangkah maju, memberikan hormat kepada keduanya."Yang Mulia Raja Santanu menantikan kehadiran Tuan dan Nona," katanya, mempersilakan mereka masuk dengan gestur yang penuh hormat.Rushali memandang Karna dengan sedikit ragu. "Apa menurutmu semua ini tidak berlebihan? Aku tidak merasa kita hanya tamu biasa," bisiknya.Karna mengangguk pelan. "Kita tetap harus waspada. Raja Santanu mungkin memiliki tujuan tertentu."Mereka melangkah melewati aula istana yang dihiasi ukiran khas Jawa, dengan tembok bercat putih gading dan tiang kayu jati berukir rumit. Sesampainya di balairung, Raja Santanu berdiri dari singgasananya. Ia adalah sosok yang berwibaw

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 52 : KOTA KALINGGA

    Langkah kaki Karna dan Rushali terdengar sayup di tengah sunyinya hutan yang seolah enggan mengungkap rahasianya. Di tangan Karna, artefak itu bersinar dengan cahaya hangat, memancar ke depan seperti lentera ajaib yang memandu mereka. Setiap kali mereka melangkah, cahaya itu bergerak lebih terang, seolah memberi tahu bahwa mereka semakin dekat ke tujuan.Angin dingin berembus lembut, membawa bisikan yang terdengar seperti bahasa kuno, sulit dipahami. Cahaya artefak itu memantul di pepohonan, menciptakan bayangan yang bergerak seperti tarian roh.Rushali berbisik, memandang cahaya artefak dengan takjub. "Cahaya ini... seperti ia hidup, memanggil kita untuk maju. Arjuna, apa kau merasakannya?"Karna mengangguk, matanya tak lepas dari cahaya. "Ya, seperti ia tahu ke mana harus membawa kita. Tapi di mana ujungnya? Apa yang akan kita temukan di sana?"Rushali berbisik, hampir pada dirinya sendiri. "Mungkin... jawaban dari semua misteri ini."Setelah menempuh perjalanan panjang, cahaya arte

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 51 : ARTEFAK KEDUA

    Rushali berteriak, napasnya terputus-putus, "Mereka... mereka ingin kekuatannya, Arjuna. Kalung ini... kalung ini adalah kunci... kunci ke rahasia besar yang mereka incar."Sosok berjubah itu tertawa dingin, “Kunci yang seharusnya bukan milik gadis ini. Kau tak tahu, pendekar. Dia bukan siapa yang kau pikirkan. Tapi jika kau tetap ingin tahu, datanglah. Kami akan menunjukkan kebenaran... sebelum kau mati."Karna menyadari bahwa ini lebih dari sekadar penyelamatan. Rushali, kalung itu, dan orang-orang berjubah hitam ini terhubung oleh sesuatu yang lebih besar dari yang pernah ia bayangkan. Namun, ia tahu satu hal: ia takkan membiarkan Rushali jatuh ke tangan mereka.Karna berdiri di tepi tebing, matanya tajam mengamati sosok berjubah hitam yang mengelilingi Rushali di bawah sana. Cahaya dari Pedang Agni di tangannya berdenyut pelan, seolah mencoba berkomunikasi. Suara lembut seperti bisikan terdengar di benaknya.Pedang Agni: "Jangan gegabah, Karna. Kekuatan mereka tidak bisa kau lawan

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 50 : JEBAKAN

    Karna berdiri tak jauh dari tempat Rushali duduk, memandangi gadis itu yang tampak tenang meskipun mereka baru saja melalui pertempuran sengit. Namun, matanya tak lepas dari kilauan cahaya lembut yang terpancar dari kalung di leher Rushali. Kalung itu bukan sekadar perhiasan biasa; ia memancarkan aura hangat, nyaris seperti hidup, seolah melindungi pemiliknya. Ia mengenali kalung itu. Dalam salah satu naskah kuno yang pernah dibacanya di perpustakaan kerajaan, tertulis bahwa kalung seperti itu adalah peninggalan para pemimpin besar yang memiliki kekuatan sakti. Tapi bagaimana bisa Rushali memilikinya? Dengan raut penuh keraguan, Karna mendekati Rushali. Karna dengan suara pelan tapi tegas. "Rushali... kalung itu... dari mana kau mendapatkannya?" Rushali tertegun sesaat, lalu tersenyum samar. "Kalung ini? Sudah lama aku memilikinya. Ini... pemberian dari seseorang." Karna mengernyit, matanya menelusuri setiap detail kalung itu. "Pemberian dari seseorang? Jangan anggap ak

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 49 : PEWARIS CAHAYA TERSEMBUNYI

    “Awas Rushali!!” Karna bergegas menubruk Rushali supaya Rushali terhindarkan dari serangan makhluk itu.Duarr!!Api timbul di antara serpihan bebatuan yang meledak karena kekuatan makhluk itu yang berniat melukai Rushali.Entah mengapa, mahkluk itu membaca bahwa Rushali menganggu konsentrasi nya. Sasaran empuk, yang merupakan kelemahan Karna. Tapi niat makhluk itu bisa dihentikan.“Hoshh.. hosh.. !” Karna menarik nafas panjang, menatap tajam lawannya“Tak akan aku biarkan kau menyentuh Rushali walau sehelai rambut pun!” ujarnya sambil mengangkat pedangnya, yang segera menyala dengan api biru.Dia kembali memasang badan, melindungi gadis manis yang setia bersamanya. Rushali memahami situasi yang ada. Dia kemudian mencari pohon atau apapun yang lebih besar dari tubuhnya untuk bersembunyi.Rushali memegang dadanya yang sesak, degup jantung yang memburu membuat nafasnya tersengal. Dibalik batu besar dirinya bersandar menyembunyikan tubuh mungilnya. Sambil menahan rasa khawatir akan Karna

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 48 : KOTA BALUT ILUSI

    Lorong itu membawa Karna ke sebuah ruang terbuka yang luar biasa. Di hadapannya terhampar sebuah kota yang bersinar, seolah-olah seluruhnya terbuat dari kristal bercahaya. Pilar-pilar tinggi berdiri menjulang dengan ukiran-ukiran kuno, sementara sungai-sungai cahaya mengalir di antara bangunan-bangunan yang tampak seperti fatamorgana.Namun, keindahan kota ini memiliki nuansa asing dan suram. Udara terasa berat, dan di kejauhan, Karna dapat mendengar suara langkah kaki makhluk yang bergerak di balik bayang-bayang.Karna: (berbisik pada dirinya sendiri) "Kota ini... apakah ini nyata? Atau hanya ilusi?"Dia melangkah perlahan, matanya awas terhadap gerakan di sekitarnya. Tiba-tiba, dari balik sebuah gerbang kuno, muncul makhluk-makhluk aneh. Ada yang memiliki tubuh menyerupai manusia dengan kepala hewan, ada pula yang tampak seperti bayangan hidup dengan mata bercahaya. Mereka tidak menyerang, tetapi mengamati Karna dengan rasa ingin tahu yang hampir mengintimidasi.Salah satu makhluk y

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 47 : KOTA BAWAH TANAH

    Di salah satu sisi, gerbang batu telah terbuka, memperlihatkan celah yang mengarah pada kegelapan tak berujung. Namun, dari balik celah itu, terdengar gemuruh berat, seperti langkah makhluk raksasa.Rushali memegang lengan Karna erat-erat."Apa kau mendengar itu? Dia menyebut namamu."Karna menatap celah dengan tenang, meski hatinya mulai waspada."Tetap di belakangku. Kita tidak tahu apa yang akan muncul."Dari kegelapan, muncul sesosok makhluk besar dengan kulit keras menyerupai batu, matanya bersinar seperti bara api. Suaranya dalam dan menggema saat ia berbicara."Siapa yang berani melangkah ke tempat suci ini? Apa tujuan kalian?"Karna berdiri tegak, menyembunyikan identitasnya dengan sikap percaya diri."Kami hanyalah pengelana yang mencari jawaban atas misteri kuno. Tempat ini... dulunya milik seorang raja besar, bukan?"Makhluk itu menggeram, suaranya seperti gemuruh longsoran."Raja besar? Dia adalah kehancuran. Tempat ini adalah sisa-sisa dari kebodohannya. Siapa kalian yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status