Home / Pernikahan / Terbelahnya Rindu / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Terbelahnya Rindu: Chapter 21 - Chapter 30

150 Chapters

Bab 21: Pikiran yang Membebani

Malam itu, Laras berbaring di tempat tidur, tetapi pikirannya terlalu bising untuk membiarkannya tidur. Cahaya lampu jalan yang menembus tirai kamar hanya menambah keheningan yang menusuk. Tubuhnya terasa lelah, namun pikirannya terus berputar, seolah-olah mencoba memaksa dirinya menemukan jawaban yang sebenarnya sudah ia ketahui tapi tak berani ia akui.Ia memikirkan anak-anak, bayangan wajah-wajah mereka terlintas di benaknya. Sarah, Naya, dan Raka—mereka adalah alasan utama mengapa ia selama ini bertahan. Setiap kali ia teringat tawa dan kepolosan mereka, hati Laras terasa hancur. Ia tidak ingin anak-anaknya tumbuh dengan kenangan yang penuh luka, dengan kehilangan yang mungkin mereka tidak akan mengerti sepenuhnya. Namun, di sisi lain, bertahan dalam pernikahan yang telah hancur terasa seperti mengorbank
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Bab 22: Nina yang Tak Mau Pergi

Dimas baru saja keluar dari kantor saat ia melihat sosok Nina berdiri di depan mobilnya, menunggunya dengan wajah serius. Sudah beberapa minggu sejak pertemuan terakhir mereka, dan Dimas benar-benar berusaha untuk menghindarinya sejak ia berjanji kepada Laras untuk memutuskan semua hubungan dengan Nina. Namun, kehadiran Nina hari ini membuatnya merasa terjebak lagi dalam jeratan yang semakin sulit ia lepaskan.“Nina, apa yang kamu lakukan di sini?” Dimas mencoba berbicara dengan nada tenang, meskipun ia tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya.Nina memandangnya dengan tatapan tajam, tak berusaha menyembunyikan kemarahan dan kepedihan di wajahnya. “Aku perlu bicara dengan kamu, Dimas. Dan kali ini, kamu tidak bisa menghindar.”Dimas menarik napas
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Bab 23: Bisik-Bisik Tetangga

Pagi itu, Laras sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya ketika ia mendengar suara pelan dari arah pagar depan. Beberapa ibu-ibu yang biasa berkumpul untuk berbincang tampak berkerumun, membentuk lingkaran kecil sambil berbisik-bisik. Sesekali, mereka melirik ke arah rumahnya, tatapan yang cepat mereka alihkan begitu Laras menoleh.Awalnya, Laras mencoba mengabaikan mereka, meyakinkan dirinya bahwa mungkin itu hanya perasaannya saja. Namun, seiring berjalannya hari, perasaan tidak nyaman semakin menghantuinya. Setiap kali ia bertemu dengan tetangga di jalan atau di supermarket dekat rumah, ia bisa merasakan tatapan aneh, seolah-olah mereka ingin berbicara tapi menahan diri.Beberapa hari kemudian, saat ia tengah menjemput Naya dari sekolah, seorang tetangga yang sel
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Bab 24: Kepedihan Sarah

Laras memperhatikan perubahan kecil yang mulai muncul pada diri Sarah, anak sulungnya yang baru berusia tujuh tahun. Biasanya, Sarah adalah anak yang ceria, suka bercerita tentang hari-harinya di sekolah, tentang teman-temannya, atau tentang pelajaran yang ia sukai. Namun, belakangan ini, Laras menyadari bahwa Sarah semakin pendiam, lebih sering mengunci diri di kamar, dan kadang-kadang terlihat termenung tanpa alasan yang jelas. Seolah ada sesuatu yang dipendam oleh putrinya, namun ia terlalu kecil untuk memahami atau mengungkapkannya.Malam itu, Laras duduk di tepi tempat tidur Sarah, mengusap kepala putrinya dengan lembut. Sarah menatap ibunya dengan mata yang tampak redup, tak lagi penuh keceriaan seperti biasa.“Mama, kenapa Papa nggak pernah peluk Mama lagi?” Sarah bertanya tiba-tiba, suaranya kec
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Bab 25: Andi sebagai Sandaran

Laras semakin sering menghabiskan waktu bersama Andi, sahabat lama Dimas yang sudah ia anggap seperti saudara. Andi selalu bisa mendengarkan tanpa menghakimi, menawarkan pandangan yang jernih, dan memberikan dukungan yang begitu Laras butuhkan. Dalam beberapa bulan terakhir, di saat-saat terberatnya, Andi adalah satu-satunya orang yang Laras percayai sepenuhnya.Sore itu, mereka duduk di kafe favorit mereka yang tenang, dengan secangkir teh hangat di hadapan masing-masing. Laras tampak lebih santai saat berbicara dengan Andi, tertawa kecil saat mengingat masa-masa dulu ketika mereka masih sering berkumpul bertiga—ia, Dimas, dan Andi. Tetapi di balik senyumannya, tetap ada bayang-bayang kesedihan yang tampak jelas di wajahnya."Andi, kadang aku merasa seperti terj
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Bab 26: Permintaan yang Tak Terjawab

Malam itu, Laras duduk di ruang tamu, menunggu Dimas pulang. Hatinya penuh dengan perasaan campur aduk—kemarahan, kekecewaan, dan kesedihan yang bercampur menjadi satu. Beberapa hari terakhir, ia memikirkan tentang pilihan hidupnya, tentang bagaimana ia tak bisa terus hidup dalam kebingungan dan ketidakpastian ini. Laras sadar bahwa inilah saatnya ia memberikan ultimatum kepada Dimas. Suaminya harus memilih, dan tidak bisa lagi berada di antara dua dunia yang berbeda.Ketika Dimas akhirnya masuk ke dalam rumah, Laras menatapnya dengan tatapan penuh kesungguhan. Dimas terdiam, menyadari bahwa Laras tampak berbeda malam itu. Ia merasa bahwa ini bukan hanya percakapan biasa, bahwa ada sesuatu yang mendalam yang ingin disampaikan istrinya."Laras, ada apa?" tanya Dimas dengan nada pelan, mencoba menyelidiki suasa
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Bab 27: Rahasia yang Terungkap

Pagi itu, Laras sedang membereskan dapur ketika Dimas muncul di belakangnya dengan wajah penuh kegelisahan. Ia melihat tatapan Dimas dari sudut matanya dan merasakan bahwa suaminya ingin mengatakan sesuatu. Ada ketegangan yang menggantung di udara, seolah-olah sebuah rahasia besar sedang berada di ujung bibir Dimas, menunggu untuk diungkapkan.“Laras, kita perlu bicara,” suara Dimas terdengar serak, hampir berbisik.Laras meletakkan piring yang sedang ia pegang, membersihkan tangannya, dan menatap Dimas dengan penuh kehati-hatian. “Apa lagi, Mas? Apa yang masih belum kamu katakan padaku?”Dimas tampak menunduk, tak berani menatap mata Laras. Setelah beberapa saat dalam keheningan yang penuh ketegangan, akhirnya ia menarik napas dalam-dalam, seola
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

Bab 28: Rasa Cemburu yang Muncul

Nina duduk di apartemennya, memandangi ponselnya yang sunyi. Sudah beberapa hari sejak Dimas terakhir kali menghubunginya, dan Nina mulai merasakan kegelisahan yang semakin kuat. Dimas telah berjanji untuk berada di sisinya, memberikan dukungan, terutama saat kehamilannya semakin besar. Namun, Nina tidak bisa mengabaikan perasaan yang muncul setiap kali ia membayangkan Dimas pulang ke rumah, kembali kepada Laras dan anak-anaknya.Meski dirinya adalah “wanita lain,” Nina mulai menyadari bahwa hatinya semakin tergantung pada Dimas. Ia bukan hanya menginginkan kehadiran Dimas sebagai ayah bagi anak yang ia kandung, tetapi juga sebagai pasangan. Namun, setiap kali Dimas datang dan pergi dengan janji-janji yang tak pasti, Nina mulai merasakan ketidakpastian yang mengoyak dirinya.
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

Bab 29: Batas Kesabaran

Malam itu, Laras duduk sendirian di kamarnya. Rasa lelah dan frustrasi yang selama ini ia pendam semakin menggumpal di dalam dirinya, seperti sebuah gunung yang siap meletus. Ia tahu bahwa dirinya sudah mencapai batas kesabaran. Dimas telah memberikan begitu banyak luka dan ketidakpastian, dan meskipun ia telah berusaha bertahan demi anak-anak, hatinya semakin sulit untuk tetap kuat.Laras memandangi foto keluarga yang terbingkai di meja samping tempat tidurnya—foto yang penuh dengan senyuman dan kebahagiaan dari masa lalu. Melihat wajah ceria Sarah, Naya, dan Raka di foto itu membuatnya teringat pada hari-hari ketika ia dan Dimas masih begitu dekat, ketika mereka masih penuh dengan cinta dan kebahagiaan. Kini, semua itu hanya tinggal kenangan yang terasa pahit.
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

Bab 30: Tersesat di Persimpangan

Dimas duduk sendirian di kantornya, menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Pikiran-pikiran berkecamuk di kepalanya, seolah tak memberinya ruang untuk bernapas. Di satu sisi, ada Laras, istri yang telah bersamanya melewati berbagai rintangan hidup, ibu dari anak-anaknya, sosok yang selalu ia banggakan di depan semua orang. Di sisi lain, ada Nina, wanita yang pernah mengisi kekosongan di hatinya, memberikan perhatian saat ia merasa jauh dari rumahnya sendiri.Tetapi sekarang, dengan segala pengakuan yang ia berikan, hubungan-hubungan yang dulunya tampak rumit kini semakin hancur di hadapannya. Setiap kali ia mencoba mengambil keputusan, ia merasakan beban yang semakin menghimpit dada. Apa pun yang ia lakukan, ia tahu akan ada hati yang terluka, akan ada sesuatu yang berharga yang hilang.
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status