Home / Pernikahan / Terbelahnya Rindu / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Terbelahnya Rindu: Chapter 51 - Chapter 60

150 Chapters

Bab 51: Kemarahan yang Terpendam

Malam itu, Laras tidak bisa tidur. Hatinya terasa seperti medan pertempuran yang penuh dengan amarah, kekecewaan, dan luka yang sudah terlalu lama ia simpan. Suara pintu yang ditutup dengan keras oleh Dimas beberapa jam sebelumnya masih terngiang di telinganya, menyisakan rasa marah yang kian membakar. Laras sudah terlalu lama menahan perasaannya, mencoba menjaga kehormatan keluarganya, mencoba kuat demi anak-anaknya, tapi kali ini, ia merasa sudah tidak bisa lagi.Ketika Dimas kembali ke rumah Santi pada pagi harinya, berusaha untuk berbicara dengan Laras dan berharap bisa mencapai kesepakatan, ia tidak menyangka bahwa dirinya akan berhadapan dengan Laras yang tak lagi sama. Laras yang biasanya tenang dan tabah kini berdiri di hadapannya dengan wajah yang penuh denga
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 52: Momen yang Pecah

Dimas duduk di meja kerjanya, menatap ponsel yang tergeletak di atas meja dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia merasa harus segera menelepon Nina dan memastikan bahwa tanggung jawabnya atas anak yang dikandung Nina tidak diabaikan. Namun, di sisi lain, pikirannya dipenuhi dengan bayang-bayang Laras dan anak-anak mereka yang telah pergi meninggalkannya. Ia berada di antara dua dunia yang bertolak belakang—keluarga yang ia hancurkan dan janji yang ia buat pada Nina. Setiap langkah yang ia ambil terasa seperti menambah rumit keadaan, membuatnya semakin terjebak dalam perang batin yang tak berujung.Pikirannya melayang kembali ke malam ketika Laras meluapkan kemarahannya. Setiap kata yang diucapkan Laras terasa menusuk, membuatnya menyadari betapa dalam luka yang telah ia torehkan.
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 53: Nina yang Tak Terkendali

Dimas duduk di ruang kerjanya, merasakan kepalanya semakin berat dengan beban yang ia pikul. Baru saja ia menerima panggilan dari pengacara Nina. Kali ini, Nina tidak hanya menuntut pengakuan sebagai ayah dari anaknya, tetapi juga menuntut dukungan finansial yang besar. Jumlah yang diajukan oleh Nina cukup mengejutkan, jauh melebihi apa yang sebelumnya pernah dibicarakan. Tuntutan itu jelas bukan hanya soal tunjangan anak; Nina seakan ingin memastikan bahwa hidupnya terjamin sepenuhnya.Dimas menutup telepon dengan tangan yang gemetar. Ia merasa marah, tertekan, dan semakin tidak tahu harus berbuat apa. Tuntutan yang semakin besar ini seperti tamparan yang menambah luka dalam hidupnya yang sudah hancur. Nina, yang dulu memberinya kenyamanan sesaat, kini berubah menjadi seseorang yang seolah tidak mengenal batas.
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 54: Laras di Titik Nadir

Laras duduk di tepi ranjang dengan pandangan kosong. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang tak henti-hentinya menghantui: Apakah semua ini sepadan? Mengapa aku masih bertahan? Apakah aku telah kehilangan jati diriku sendiri dalam upaya menyelamatkan sesuatu yang sudah lama hancur?Di sekelilingnya, kamar yang dulu terasa begitu nyaman kini hanya terasa dingin dan hampa. Setiap sudut ruangan ini menyimpan kenangan bersama Dimas—kenangan yang dulunya penuh dengan tawa dan cinta, tetapi kini hanya meninggalkan jejak pahit dari pengkhianatan yang menghancurkan. Laras merasa seperti hidup dalam dua dunia: satu di mana ia masih mencintai Dimas dan ingin mempertahankan keluarganya demi anak-anak, dan satu lagi di mana ia merasa telah kehilangan dirinya sendiri dalam perjuangan yang semakin tak berarti.
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 55: Anak-Anak yang Terdampak

Hari-hari semakin berlalu dalam ketegangan yang tak kunjung reda. Laras menyadari bahwa, di tengah upayanya untuk bertahan dan mencari jalan keluar dari kekacauan ini, anak-anak mereka juga terpengaruh secara mendalam. Perubahan yang terjadi pada Sarah dan Naya mulai terlihat di sekolah, dan bahkan Raka yang masih kecil tampak lebih gelisah dan rewel dari biasanya. Laras tahu bahwa mereka merasa bingung dan cemas, tidak memahami sepenuhnya apa yang terjadi tetapi merasakan perubahan besar di dalam rumah yang dulunya hangat.Suatu pagi, Laras mendapat telepon dari wali kelas Sarah. Hatinya mencelos saat mendengar nada serius dalam suara ibu guru itu."Bu Laras, maaf mengganggu di pagi hari. Saya ingin menyampaikan sesuatu tentang Sarah. Sepertinya Sarah belakangan ini m
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 56: Hadirnya Kesadaran Baru

Laras bangun pagi itu dengan perasaan yang berbeda. Setelah percakapannya dengan Dimas beberapa hari yang lalu, ia merasa bahwa ada dorongan baru dalam dirinya, sesuatu yang lebih kuat dari sekadar rasa sakit dan kekecewaan yang selama ini ia rasakan. Sebuah kesadaran perlahan tumbuh dalam hatinya—bahwa ia tidak hanya perlu menyelamatkan dirinya sendiri dari kehancuran, tetapi juga memastikan bahwa anak-anaknya tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh cinta. Ketetapan hati ini memberinya motivasi yang selama ini ia cari-cari di tengah kebimbangan.Pagi itu, Laras memasuki kamar Sarah yang masih tertidur. Ia melihat wajah putrinya yang tenang dan damai dalam tidurnya, namun ia tahu betul bahwa di balik ketenangan itu, Sarah menyimpan banyak luka yang belum ia ungkapkan.
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 57: Kepahitan di Pengadilan

Hari itu, ruang pengadilan penuh dengan suasana tegang. Dimas duduk di barisan depan, wajahnya kusut dan penuh tekanan. Ia tahu bahwa ini bukan hanya sidang biasa. Ini adalah kesempatan Nina untuk menuntut hak bagi anak yang dikandungnya, sebuah konsekuensi pahit dari kesalahan yang ia perbuat. Di antara bisikan para pengunjung dan tatapan tajam dari rekan-rekan yang hadir, Dimas merasa seolah-olah ia menjadi pusat perhatian yang tidak diinginkan.Laras, yang turut hadir di pengadilan meskipun dengan hati yang berat, duduk di kursi belakang. Kehadirannya bukan sebagai pihak yang mendukung atau menentang, tetapi sebagai saksi bisu dari peristiwa yang telah menghancurkan hidupnya. Melihat Dimas di bangku terdakwa membuat hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk. Meskipun ia telah mengambil keputusan untuk berpisah, meli
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 58: Andi di Persimpangan

Andi duduk di meja kafe tempat biasa ia bertemu Laras, menatap cangkir kopi di depannya dengan pikiran yang berkecamuk. Sudah berbulan-bulan sejak ia kembali ke dalam hidup Laras sebagai teman yang mendukungnya menghadapi badai masalah pernikahannya. Tetapi semakin lama, ia menyadari bahwa perasaan yang ia miliki terhadap Laras tidak lagi sekadar sebagai seorang sahabat. Di dalam hatinya, ada dorongan yang jauh lebih besar, perasaan yang selama ini ia pendam dengan harapan bahwa perasaan itu akan berlalu. Namun, semakin hari, semakin sulit baginya untuk mengabaikan kenyataan bahwa ia jatuh cinta pada Laras.Laras tiba tak lama kemudian, wajahnya masih tampak letih namun sedikit lebih tenang dari biasanya. Sidang yang baru saja ia hadapi bersama Dimas dan Nina adalah ujian yang melelahkan bagi batinnya, tetapi keha
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 59: Pengakuan Sarah

Malam itu, Laras sedang membereskan dapur setelah makan malam ketika ia mendengar langkah pelan mendekatinya. Sarah, putri sulungnya, berdiri di ambang pintu dapur, tampak ragu namun dengan tatapan yang serius. Laras mengenali tatapan itu; Sarah bukan lagi gadis kecil yang bisa dialihkan perhatiannya dengan mudah. Selama ini, ia mencoba melindungi Sarah dan adik-adiknya dari kenyataan yang pahit, tetapi ia sadar bahwa Sarah mungkin telah merasakan beban yang terpendam di dalam rumah mereka.“Bu, aku ingin bicara,” kata Sarah dengan suara pelan, namun tegas.Laras tersenyum tipis, berusaha menenangkan diri. “Tentu, Sayang. Ada apa? Ayo duduk di sini.”Sarah duduk di meja dapur, masih diam beberapa saat seolah mengumpulkan keberanian untuk mengungk
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 60: Momen Keluarga yang Hilang

Malam itu, setelah memastikan anak-anak sudah tertidur lelap, Laras duduk sendirian di ruang tamu. Lampu kecil di sudut ruangan menerangi sekitarnya dengan cahaya hangat, namun tetap saja ada keheningan yang terasa dingin. Di hadapannya, foto-foto keluarga mereka masih terpajang di dinding—gambar-gambar yang dulunya adalah bagian dari kehidupan sehari-harinya yang bahagia. Kini, foto-foto itu hanya menjadi kenangan dari masa yang seolah-olah milik orang lain, masa ketika segalanya masih terasa utuh dan sempurna.Laras menatap salah satu foto itu dengan tatapan penuh kerinduan. Di foto tersebut, Dimas menggendong Raka yang masih bayi, sementara Sarah dan Naya berdiri di samping mereka dengan tawa ceria. Laras sendiri ada di samping Dimas, tersenyum lebar, tampak begitu bahagia. Momen itu diambil saat mereka b
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status