All Chapters of Kakakku Menjadi Gila Setelah Kematianku: Chapter 11 - Chapter 20

23 Chapters

Bab 11

Di tengah masa-masa yang sulit ini, aku bertemu dengannya. Jiwaku telah tercabik hingga mencapai batasnya. Tubuh dan pikiranku sangat lelah Bibirku kering pecah-pecah, lingkaran hitam di bawah mataku sangat jelas, rambutku mulai menipis dan kering.Kepalaku terasa berat dan langkahku kelimpungan. Aku tidak tahu ke mana harus pergi. Pada akhirnya, aku berhenti di sebuah jembatan penyeberangan yang jarang dilewati orang.Aku melihat ke bawah. Tidak banyak orang di sana. Syukurlah, setidaknya tidak akan menimbulkan kehebohan besar.Dia pernah berkata, "Waktu pertama kali aku melihatmu, kesan pertama adalah 'jelek'. Bukan karena kamu memang jelek, sebaliknya kamu sangat cantik. Hanya saja kondisimu sangat buruk.""Kesannya seperti hewan yang hampir mati kehausan di gurun atau seperti ikan yang hampir tenggelam di danau."Aku tertawa sambil menepuk tangannya. "Omong kosong. Ikan nggak mungkin tenggelam."Dia mendengus sambil melirikku tajam. "Itu cuma kiasan. Rasanya seperti ... kamu memanc
Read more

Bab 12

Setiap hari yang kuhabiskan bersama Lydia adalah hari yang penuh kebahagiaan. Dia benar-benar bagaikan sinar matahari kecil yang membawa kegembiraan dan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya. Setidaknya, dia adalah matahari dalam hidupku.Aku tidak hanya sekali berkata padanya, "Lydia, tanpa kamu, aku pasti sudah mati."Dia menepuk tanganku sambil tersenyum, "Kata-katamu lebih indah daripada semua kebohongan yang pernah diucapkan mantan pacarku."Aku mengangguk karena aku memang tidak berbohong.Setelah terdiam sejenak, dia memegang wajahku dengan lembut dan berkata dengan serius, "Jadi, mulai sekarang ... Yovita, kamu nggak boleh mati tanpa seizinku."Namun, aku melanggar janji itu. Padahal, aku sangat ingin menepatinya. Setelah bersama Lydia, depresiku semakin berkurang. Tak lama kemudian, aku berhenti minum obat.Sebab, Lydia akan selalu mengajakku makan makanan lezat. Saat ulang tahunku, dia menuliskan "Selamat ulang tahun untuk adikku tersayang" di atas kue. Dia membawaku nai
Read more

Bab 13

Hari kelima setelah aku meninggal, kerutan di dahi kakakku semakin dalam. Ekspresinya juga mulai menunjukkan sedikit kepanikan. Karena sebelumnya, waktu terlama aku pernah kabur dari rumah hanya tiga hari. Sekarang, aku mulai menantikan bagaimana reaksinya saat tahu aku sudah meninggal.Setelah bersama Kak Lydia, dia pernah berkata padaku bahwa manusia harus hidup dengan bahagia. Kebahagiaan adalah yang paling penting. Sejak saat itu, nilaiku mulai menurun drastis.Saking parahnya, guru-guru di sekolah mulai menegurku dan kemudian memanggil kakakku ke kantor. Setelah pulang sekolah, seperti yang sudah kuduga, Kakak marah padaku."Yovita, kamu sudah 18 tahun. Bisa nggak kamu bersikap lebih dewasa? Menurutmu, menurunkan nilai untuk mencari perhatian itu keren?"Dulu, demi mendapatkan perhatian dari Ayah dan Kakak, aku bahkan menganggap mimisan karena belajar sebagai sesuatu yang berharga. Setidaknya pada saat itu, Ayah dan Kakak akan memperhatikanku lebih dari biasanya.Namun sekarang,
Read more

Bab 14

Kak Lydia tidak pernah membiarkanku pulang sendiri. Dia tidak pernah mengizinkanku minum saat mengajakku keluar. Kalau dia mabuk, dia akan menyuruh teman dekatnya mengantarku pulang.Mereka semua bersikap layaknya jentelmen dan jauh lebih baik daripada teman-teman Maxim yang berpakaian rapi itu.Sekarang aku baru mengerti bahwa orang dengan karakter yang sama akan berkumpul bersama. Ini adalah fakta.Di mataku, Maxim sangat kotor. Makanya, teman-temannya mengira aku boleh disentuh sesuka hati. Sementara itu, Kak Lydia memperlakukanku sebagai adik kandungnya, begitu juga teman-temannya.Suatu hari, pernah ada seorang pria menyatakan perasaan kepadaku. Dia bilang dia jatuh cinta sejak pandangan pertama.Kak Lydia memberiku isyarat mata dan membawaku ke samping. Dia menasihatiku, "Kenny pria baik. Dia nggak pernah pacaran. Kalau di luar, dia juga nggak sembarangan. Kalau suka, terima saja dia. Hanya saja, anak perempuan sebaiknya nggak pacaran terlalu cepat."Aku dan Kenny bersama. Dia me
Read more

Bab 15

"Yovita, kamu nggak tahu malu sekali. Kamu ingin sekali ditiduri pria?"Ketika mendengar hinaan itu, amarahku berkecamuk. Aku melayangkan tamparan ke wajah Maxim dengan sekuat tenaga.Seketika, terlihat bekas tamparan yang jelas di wajah kakakku. Tatapannya penuh ketidakpercayaan. Ini pertama kali dan terakhir kalinya aku melawannya, karena aku ingin meninggalkan rumah ini."Kak, ini terakhir kalinya aku memanggilmu begini. Kamu membesarkanku selama 18 tahun dan aku menderita selama 18 tahun. Kamu nggak pantas jadi kakakku."Maxim mengernyit dan memicingkan matanya. Dia bak harimau ganas yang berusaha keras menahan emosinya. Saat berikutnya, dia meraih bahuku dan mengguncang tubuhku dengan kuat."Yovita, kamu benar-benar sudah gila. Setelah kamu nyesal, aku nggak bakal maafin kamu atau kasih kamu masuk rumahku lagi."Aku mendengus dan menatap mata Maxim lekat-lekat."Baguslah kalau begitu. Aku yakin ini adalah keputusan terbaik yang kubuat selama 18 tahun ini."Kemudian, aku langsung m
Read more

Bab 16

Hari ketujuh setelah aku mati, Maxim akhirnya keluar mencariku untuk pertama kalinya.Namun, Safira menghalanginya. "Kak Yovita pasti di rumah pria itu. Kalau kamu mencarinya, gimana kalau kamu melihat pacarnya ...."Begitu mendengarnya, Maxim langsung duduk di sofa dan melempar kunci mobilnya. Niatnya untuk mencariku pun sirna. Aku bisa melihat senyuman bangga Safira.Kemudian, Maxim menelepon teman-temannya untuk mengeluh tentangku, "Entah ke mana Yovita pergi. Dia sudah tujuh hari nggak pulang.""Tsk, aku pernah melihat adikmu ini di bar beberapa kali. Dia berteman dengan beberapa pria nggak jelas. Aku rasa dia lagi tidur sama pria."Aku mendengar fitnahan itu dengan ekspresi dingin. Ternyata aku wanita seperti itu di mata teman Maxim.Aku terbang ke kejauhan, memandang lampu di jalanan. Tidak ada emosi yang bisa kurasakan. Aku teringat pada Lydia dan Kenny. Di dunia ini, hanya mereka yang peduli padaku.Namun, aku segera merasa sedih kembali. Jika mereka tahu aku sudah mati, bukank
Read more

Bab 17

Siapa sangka, Lydia datang ke rumahku. Dia sangat membenci kakakku. Dia tidak akan datang ke pinggiran kota terpencil ini kalau bukan untuk mengantarku pulang. Masalahnya adalah sudah tujuh hari aku tidak menjawab teleponnya.Maxim membuka pintu dan menatap orang yang datang. Tato di tulang selangka, gimbal yang khas. Maxim langsung mengernyit. Dia ingin bertanya, tetapi Lydia bersuara duluan, "Di mana Yovita?"Alis Maxim berkerut makin hebat. Dia menyahut dengan nada meremehkan, "Bukannya dia bersama kalian?"Maxim selalu begitu. Dia tidak menyukai orang yang punya hubungan baik denganku. Maxim boleh menghinaku, tetapi aku tidak akan membiarkannya menghina teman-temanku.Lydia sontak terbelalak. Dia termangu sesaat sebelum bertanya dengan ekspresi dingin, "Kamu ini manusia atau bukan? Adikmu hilang tujuh hari, tapi kamu nggak cari dia? Kamu nggak takut terjadi sesuatu padanya?"Maxim menggenggam pegangan pintu dengan erat hingga tangannya memucat. Aku bisa melihat ketakutan pada sorot
Read more

Bab 18

Maxim berkali-kali berpikir, apa hasilnya akan berbeda jika dirinya mengikuti suara hatinya dan mencari adiknya di luar malam itu?Namun, begitu kakinya tiba di depan pintu, Maxim mengurungkan niatnya. Dia yakin adiknya akan pulang.Tidak peduli bagaimana Maxim memarahi Yovita, Yovita tetap adiknya. Maxim adalah satu-satunya keluarganya di dunia ini. Ke mana Yovita bisa pergi kalau bukan pulang?Maxim pergi ke kantor polisi untuk melapor. Polisi bertanya seperti biasa, "Sudah hilang berapa hari?""Tujuh hari," sahut Maxim dengan perasaan bersalah."Kamu kakak kandungnya? Adikmu hilang tujuh hari, tapi kamu baru lapor sekarang?" Polisi menatap Maxim dengan saksama. Nada bicaranya terdengar kesal.Kegelisahan menjadi makin kuat di hati Maxim. Dia tidak bisa berpikir dengan jernih. Ada suara yang terus terngiang di benaknya. "Kamu nggak takut sesuatu terjadi padanya?"Aku melayang di udara, menyaksikan kakakku mencari ke sana sini dengan panik. Ini hal yang baru untukku. Dia tidak pernah
Read more

Bab 19

Polisi melewatkan bagian itu. Kemudian, di CCTV pinggir jalan, mereka melihatku yang linglung ditabrak oleh mobil.Para polisi hanya bisa menepuk bahu Maxim dengan penuh simpati. Mereka tidak bisa mengatakan apa pun.Maxim terduduk lemas di lantai. Tatapannya hampa, wajahnya cemas. Ini seperti Maxim yang baru berusia 10 tahun. Saat itu, dia hanya bisa menatap adik yang baru lahir dan orang tuanya yang baru meninggal. Hatinya terasa sakit.Tubuhku ditemukan dengan cepat. Aku berbaring dengan tenang di tanah. Tubuhku sudah kaku dan dingin.Orang-orang di rumah sakit merasa iba padaku. "Kasihan sekali. Kudengar usianya baru 18 tahun."Ada juga yang mengeluh, "Sudah berhari-hari lewat, tapi keluarganya baru mencarinya."Orang-orang menatap Maxim dengan kesal. Ya, bisa dibilang Maxim dan Safira yang mencelakaiku selama ini. Sebagian besar penyebab penderitaanku adalah Maxim. Kedua bersaudara ini memang pembunuh.Maxim memeluk jenazahku sambil bergumam, "Yovita, Kakak bawa kamu pulang. Kamu
Read more

Bab 20

Kenny dan Lydia sama-sama mencari Maxim untuk meminta abuku. Mata mereka berdua terlihat bengkak karena menangis.Menurutku, perasaan manusia tidak bisa diukur dengan waktu. Contoh saja aku dan kakakku yang hidup bersama selama 18 tahun. Kakakku tidak pernah memelukku ataupun memberiku cinta kasih.Sebagian besar cinta kasih yang kurasakan di dunia ini berasal dari Kenny dan Lydia. Aku mati pada malam aku berlari menuju kehidupan baruku."Serahkan abu Yovita pada kami. Yovita nggak ingin bersamamu. Hal terakhir yang dia lakukan adalah meninggalkanmu. Benar, 'kan?" ucap Lydia dengan wajah sedingin es.Kini, Lydia tidak terlihat seperti biasanya saat memaki kakakku. Dia berusaha bersikap sopan karena tidak ingin aku dipandang rendah hanya karena berteman dengan orang yang suka cakap kotor."Maxim, aku tahu kamu benci Yovita," ujar Lydia menatap Maxim lekat-lekat.Maxim hanya bisa menunduk, memeluk guci abuku. Dia tidak menanggapi apa pun. Tidak ada yang perlu diherankan. Lagi pula, apa y
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status