All Chapters of Kakakku Menjadi Gila Setelah Kematianku: Chapter 21 - Chapter 23

23 Chapters

Bab 21

Maxim menyelidiki semua hal yang terjadi padaku semasa hidupku. Dia baru tahu Safira telah melakukan begitu banyak hal jahat di belakangnya.Ternyata Maxim tidak tahu apa-apa selama ini. Kukira dia tahu. Aku menyaksikan Safira yang sedang menyimak pelajaran, dipanggil keluar dan ditarik ke toilet wanita.Seperti yang kualami, Safira juga ditindas, bahkan beberapa orang itu mengambil foto telanjangnya. Kemudian, seseorang mengunggahnya di forum sekolah secara anonim. Selain itu, kebenaran tentang Safira yang menyebarkan rumor tentangku dan membawa orang menindasku di kampus akhirnya terungkap.Begitu semuanya terungkap, dampaknya menjadi makin besar. Safira menjadi sasaran publik. Penderitaan yang dialaminya ratusan kali lipat lebih parah dariku. Dia berlutut di depan pintu, memohon pada Maxim untuk mengampuninya.Safira sungguh tidak mengerti. Maxim jelas-jelas begitu membenciku. Bukankah Maxim seharusnya gembira setelah aku mati?Lantas, kenapa Maxim malah menyelidiki semua yang terja
Read more

Bab 22

Seperti mendengar suara hatiku, kakakku tiba-tiba datang ke kamarku yang kosong melompong. Kamar ini sangat bersih, seolah-olah tidak pernah ditempati siapa pun. Wajar saja. Apa yang dimiliki Safira tidak dimiliki olehku."Yovita, apa kamu masih di sini? Aku terus merasakan keberadaanmu," gumam kakakku yang duduk dengan lemas.Parmi menghampiri dan menghela napas. "Maxim, kamu harus jaga kesehatan. Yovita sangat sayang padamu. Dulu kalau kamu mabuk, dia yang masak bubur dan sup pereda pengar.""Barang-barang di mejamu, termasuk pelindung mata, juga disiapkan Yovita. Yovita juga menyetrika pakaianmu."Maxim teringat saat dirinya pulang dalam keadaan mabuk. Dia melihat Yovita menjulurkan kepalanya dari kamar samping sambil menatapnya dengan takut. Saat itu, Yovita baru SMP 1. Maxim sibuk menghadiri pertemuan bisnis demi perusahaannya.Namun, Maxim malah berkata, "Kalau bukan karena kamu, aku nggak perlu capek-capek begini. Aku membencimu, Yovita."Ketika melihat mata Yovita berkaca-kaca,
Read more

Bab 23

Aku menatap Maxim yang wajahnya terlihat ramah dengan heran. Maxim merentangkan kedua tangannya sambil mendekatiku."Yovita, adikku, akhirnya kita bertemu lagi."Aku buru-buru berbalik untuk menghindar."Maxim, sudah kubilang. Aku nggak bakal panggil kamu kakak lagi. Aku juga bukan adikmu lagi."Kegembiraan pada tatapan Maxim berangsur menghilang. Kedua tangannya juga terkulai lemas. Dia bertanya dengan lirih, "Kalau aku mati, apa kamu bakal senang?"Aku bisa mendengar harapan pada nada bicaranya."Nggak bakal. Kalau bisa, aku harap kamu ...."Maxim mendengar dengan tenang. Tampak senyuman tulus di wajahnya."Aku harap kamu panjang umur dan hidup sebatang kara sampai akhir hayatmu."Senyuman Maxim membeku. "Yovita, apa yang kamu katakan?""Aku bilang aku nggak mau kamu mati. Karena aku nggak ingin melihatmu. Maxim, aku nggak ingin melihatmu untuk selamanya!"Hari ketika aku meninggalkan dunia fana, aku pergi mengunjungi Kenny dan Lydia. Mereka berdua berdiri di depan makamku, mengenang
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status