Semua Bab Diceraikan Karena Madu, Suami Kembali Dengan Malu: Bab 61 - Bab 70

128 Bab

61

"Kenapa kamu tega meninggalkan putramu, Hana?" Lirih Arya saat panggilannya pada sang istri hanya dijawab oleh mesin suara.Meski sudah yakin Hana meninggalkannya, lelaki itu masih ingin mendengar penjelasan dari bibir sang istri secara langsung. Namun sayang, handphone sang istri dalam keadaan mati.Arya pun meminta bantuan Bibi untuk mengemasi semua barang-barangnya. Malam ini, adalah malam terakhir dia tidur di rumah ini.Pukul 2 dini hari, Arya baru saja selesai membereskan semua barangnya. Dia menitipkan beberapa kardus barang lamanya di rumah Bibi yang letaknya hanya beberapa kilo dari rumahnya. Nanti, jika dia sudah mendapatkan rumah, dia akan mengambil semua barangnya.---Keesokannya, setelah membayar gaji Bibi dan security, Arya pun menggeret koper dan juga beberapa barang milik sang Mama yang menurutnya penting untuk dia bawa.Sebelum keluar, dia pandangi setiap sudut rumah yang telah menjadi saksi kenangan manis, pahit hidupnya. "Selamat tinggal, semoga, suatu saat, aku bi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

62

Rian mengantar Arya ke mess karyawan yang letaknya tidak jauh dari kantor. Mess itu sederhana, namun cukup nyaman untuk Arya dan Althaf. “Hanya posisi konsultan keuangan yang kosong saat ini. Kuharap, kamu bisa bekerja dengan baik supaya aku bisa merekomendasikan kamu nantinya,” ujar Rian sambil menyerahkan sebuah amplop berisi kontrak kerja. Arya mengambil amplop itu dengan ragu. “Terima kasih, Rian. Aku nggak tahu harus bagaimana membalas kebaikanmu. Tapi, aku ingin tahu—apa alasan sebenarnya kamu membantuku?” Rian menatap Arya dalam-dalam, senyumnya menghilang. “Aku membantumu karena aku tahu rasanya dihancurkan. Dan karena aku ingin memastikan kamu membayar apa yang sudah kamu lakukan ke Rina dulu.” Arya tertegun. Ternyata, Rian masih membencinya, meskipun pada akhirnya, lelaki ini membantunya. Andai ada pilihan lain, mungkin, Arya tak akan menerima bantuan dari Rian. Selain karena malu, dia juga merasa bersalah pada Rina akan perlakuannya dulu. “Terima kasih, tolong ucapka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

63

"Jova, kemarilah!" Panggil Rian melalui interkomnya.Wanita pun itu masuk dengan raut wajah penasaran, belum menyadari apa yang akan diminta sang atasan darinya.“Duduk, Jova,” ujar Rian, menatapnya dengan ekspresi serius.Jova duduk dengan anggun. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan Rian?”Rian mengetuk-ngetukkan jari ke meja, mempertimbangkan kata-katanya sebelum berbicara. “Aku punya tugas khusus untukmu. Ini akan sedikit keluar dari job desk-mu sebagai sekretaris, tapi sangat penting untuk keberhasilan misi kita.”Jova mengerutkan dahi. “Tugas seperti apa, Tuan?”Rian mencondongkan tubuhnya ke depan. “Aku ingin kamu menggoda Bram. Gunakan pesonamu untuk mendekatinya, membuatnya percaya, dan mencari tahu semua informasi tentang operasional bisnisnya. Aku butuh rahasia terbesar yang bisa membuatnya jatuh.”Jova menegang. “Tuan Rian, ini... apakah Anda yakin? Bukankah itu terlalu berisiko?”Rian mengangguk tegas. “Aku yakin kamu mampu, Jova. Aku sudah melihat caramu memikat perhatian Bra
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

64

"Ingat Jova! Dekati Bram, dapatkan kepercayaannya, dan laporkan segala kelemahannya padaku," itulah perintah dari rian yang harus Jova laksanakan. Akan tetapi, setelah melewati malam panas bersama Bram, semua berubah. Dia tak pernah menyangka bahwa malam itu adalah awal mula tumbuhnya sesuatu yang tidak seharusnya ada. Sejak malam itu, Bram terus mengajaknya bertemu. Awalnya, Jova berpikir ini adalah kesempatan emas untuk menjalankan rencananya. Namun, setiap percakapan, setiap tawa, membuat tugas itu terasa lebih sulit.---"Jova, kita makan malam ya! Aku tunggu di apartemenku. Sopir akan menjemputmu nanti." Begitu isi pesan dari Bram siang ini.Jova tersenyum membaca pesan dari lelaki itu. Lelaki yang seharusnya menjadi orang yang dia benci justru malah menjadi lelaki yang menjadi raja di hatinya.---Jova sudah sampai di apartemen Bram. Lelaki itu langsung membawanya ke balkon. Senyum di bibir Jova mengembang saat melihat sebuah meja kecil dengan lilin di tengahnya.“Maaf, aku ng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

65

Bram menatap Jova dengan raut tak percaya ketika wanita itu akhirnya mengungkapkan semuanya. Mereka duduk berhadapan di ruang tamu apartemen Bram. Jova, yang biasanya terlihat tenang, tampak gelisah. Tangannya gemetar saat memegang cangkir kopi yang mulai dingin.“Aku harus jujur,” suara Jova terdengar berat. “Semua ini... awalnya hanya tugas.”Bram menyandarkan punggungnya di sofa, matanya menyipit. “Tugas? Maksudmu?”Jova menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan. “Rian memintaku mendekatimu. Untuk mendapatkan kepercayaanmu dan melaporkan segala kelemahanmu.”Ruangan itu menjadi sunyi. Bram tak mengucapkan sepatah kata pun. Hanya napasnya yang terdengar berat. Tatapan tajamnya menusuk Jova, membuat wanita itu menunduk dalam rasa bersalah.“Tapi aku tidak bisa melakukannya.” Jova akhirnya mengangkat wajah, menatap Bram dengan mata yang berkaca-kaca. “Aku... aku jatuh cinta padamu.”Bram tertawa kecil, pahit. “Cinta? Setelah semua kebohongan ini? Setelah kau mengakui bahwa ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

66

"Kemana Bram? Kenapa apartemen sepi? Apa dia pergi ke luar kota?" Gumam Hana saat wanita itu baru saja pulang berlibur.Wanita itu mencari kekasihnya di setiap sudut apartemen , tetapi tak dia lihat sosok lelaki yang telah menemaninya beberapa tahun ini. Wanita itu pun mengambil gawainya dan menghubungi sang kekasih. Namun sayang, nomor Bram tidak aktif.Hana menatap gawainya. "Kenapa nomornya tidak aktif? Apa dia masih di dalam pesawat? Tapi, kenapa dia pergi tidak bilang sama gue?" Gumam Hana.Wanita itu pun memilih masuk ke dalam kamarnya. Rasa lelah membuat Hana langsung merebahkan tubuhnya di ranjang. Namun, bau parfum asing membuat wanita itu langsung bangkit. Dia pun mengambil bantal yang dia pakai tadi kemudian dia cium bantal itu."Parfum siapa ini? Apa Bram membawa wanita lain ke kamar ini?"Hana pun segera membuka lemari, laci untuk mencari petunjuk lain. Siapa yang telah tidur di kamar ini?Hana tidak menemukan baju wanita disana. Hanya saja, beberapa pakaian Bram tak ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

67

"Bagaimana, Hana? Sakit bukan rasanya ditinggalkan? Sama sepertiku yang juga merasakan sakit hati karena kamu tinggalkan begitu saja. Apalagi, kamu meninggalkan Althaf bersamaku?" Arya setengah meledek mengucapkan hal itu. Hana masih berdiri terpaku di ruang tamu Arya. Tangannya gemetar, bukan hanya karena provokasi Arya, tetapi juga rasa terkejut yang menjalar hingga ke seluruh tubuhnya. Arya kembali dengan bayi kecil dalam gendongannya, Althaf, yang masih tidur nyenyak tanpa mengetahui dunia penuh kekacauan di sekitarnya.“Pergi dari sini! Dan bawa sekalian anak haram mu itu!” seru Arya dengan nada tinggi, menyerahkan Althaf kepada Hana tanpa belas kasihan. “Aku tidak sudi menghidupi anak yang bukan darah dagingku!”Hana tersentak, nyaris menjatuhkan bayi itu karena kaget. “Arya, apa maksudmu? Althaf adalah anakmu,” kata Hana, berusaha terdengar meyakinkan meski suaranya sedikit bergetar.Arya menyeringai dingin, mengambil amplop dari meja di dekatnya. “Kau masih mencoba berbohong?
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

68

"Mas, aku takut," lirih Rina saat pesawat baru saja lepas landas dari bandara utama negara S. Wajahnya tampak sedikit pucat, tapi ia mencoba tersenyum untuk meyakinkan suaminya bahwa dirinya baik-baik saja.“Mas, kamu harus percaya diri di sana nanti. Kamu pantas menerima penghargaan ini. Kamu adalah pengusaha termuda yang sukses.” katanya pelan, meski suaranya terdengar lemah.Rian menatap istrinya dengan penuh cinta. "Bagiku penghargaan ini tidak penting sayang. Kamu adalah anugerah yang tak ternilai yang bisa aku dapatkan."Ucapan Rian membuat wajah Rina merona. Wanita itu menyandarkan kepalanya di bahu sang suami.Rian pun memegang perut sang istri yang sudah membulat. Dahinya berkerut saat memegang perut sang istri yang menegang. "Sayang, kenapa perut kamu keras begini? Apa sakit?" tanya Rian khawatir.Inilah alasan dia tidak ingin menghadiri penghargaan ini, karena istrinya hamil tua. Namun, Rina merengek menyuruhnya untuk hadir. Dan sekarang terbukti istrinya mengalami kesakita
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

69

"Kamu dengar nggak? Kayak suara orang yang mendesah," kata salah satu warga yang sedang ronda malam itu. "Kamu benar! Bukankah disana Pak Bram hanya tinggal dengan adiknya?" sahut pemuda yang lain. "Wah, ini nggak bisa dibiarkan. Jangan sampai kampung kita kena karma kalau ada yang berbuat zina," timpal warga yang lain. Malam itu, warga berbondong-bondong ke rumah Bram. Setelah mendobrak rumah Bram, akhirnya mereka tahu kalau yang sedang melakukan hal yang tidak senonoh itu adalah Bram dan Jova. Mereka pun mengamuk dan menggiring Bram dan Jova kentengah lapangan. Keduanya berjalan tertunduk dengan tangan terikat. Mereka terus dibanjiri cemoohan dan makian. “Dasar pasangan bejat! Bilang kakak adik, tapi nyatanya selingkuhan!” teriak salah satu warga, diikuti sorakan lainnya. Jova menggigit bibirnya, mencoba menahan air matanya. Ia melirik Bram, berharap lelaki itu mengatakan sesuatu untuk membela mereka. Namun, Bram hanya diam dengan raut wajah yang sulit ditebak. “Pak RT, mohon
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

70

"Selamat ya Rina, Rian," ucap Arya saat dia menghadiri aqiqah putri pertama Rina dan Rian.Setelah mengikuti pengajian, Arya pun segera meninggalkan rumah Rian. Lelaki itu melangkah dengan langkah gontai menuju rumah yang saat ini dia sewa. Kebetulan rumah itu dekat dengan rumah Rian dan Rina.Selepas masuk ke dalam rumah, Arya duduk di sofa rumahnya. Menatap kosong ke arah televisi yang menyala tanpa suara. Di tangannya. Bayangan kehidupan rumah tangganya dulu dengan Rina terputar kembali. "Rina punya anak," gumam Arya pelan, namun kata-kata itu terasa seperti dentuman keras di telinganya sendiri.Dulu, Arya sering menghina Rina. Karena selama 3 tahun pernikahannya, Rina tak kunjung hamil. Dia bahkan selalu memperlakukan Rina dengan kasar dan dingin. Tak jarang, dia sering memperolok Rina mandul dan tidak berguna.Saat mamanya menyuruhnya menikah lagi pun, Arya menyambutnya dengan senang hati karena merasa Rina adalah istri yang tidak sempurna.Begitu juga saat dia menikah dengan Ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status