All Chapters of Diceraikan Karena Madu, Suami Kembali Dengan Malu: Chapter 71 - Chapter 80

104 Chapters

71

"Bram, kamu lihat berita tentang Rian nggak? Katanya istrinya baru saja melahirkan. Dan uniknya dia melahirkan di pesawat," Jova membuka obrolan karena melihat Bram yang sedari tadi hanya termenung di kursi depan."Berita melahirkan saja membikin heboh dunia!" Cibir Bram dengan sinis. Lelaki itu seolah tak rela dunia membicarakan Rian."Ya mungkin karena Rian adalah pengusaha terkenal, makanya banyak dibicarakan oleh orang," sahut Jova.Lelaki itu meremas batang rokoknya setelah membuang asap terakhir. "Kamu tahu, Rian itu sebenarnya tidak layak menjadi seorang pemimpin. Harusnya aku yang menjadi pemimpin. Dia hanyalah anak angkat keluarga Handoko. Sementara aku, darah Handoko mengalir di tubuhku. Hanya karena ibuku miskin, Handoko tidak mau menikahi ibuku secara resmi. Karena takut pada istri tuanya yang kaya raya itu. Begitu Handoko meninggal, aku dan ibuku diusir seperti pengemis lalu dibuang di jalanan." Bram mengatakannya dengan berapi-api.Jova pun segera memeluknya. "Jadi karen
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

72

BrakBram menendang pintu kamar dengan kasar, membuka akses ke dalam ruangan yang kosong. Lampu kamar mati, dan hanya sinar bulan yang menerobos melalui celah tirai, menerangi tempat tidur yang rapi. Namun, tak ada siapapun disana. Tidak ada Rina, tidak ada bayi, tidak ada tanda-tanda kehidupan."Ke mana mereka?!" Bram berteriak kesal, suaranya menggema.Tangannya bergetar saat menyusuri kamar, pisau kecil yang digenggamnya berkilauan di bawah cahaya bulan. Ia mengobrak-abrik ruangan itu dengan brutal. Foto-foto di dinding dijatuhkannya, meja rias dia jungkirkan, dan lemari dia buka dengan paksa. Amarahnya memuncak ketika ia menyadari rencananya telah digagalkan.“Rian, sialan kau! Kau pikir bisa mengalahkanku?!” teriaknya sambil menendang kursi ke arah dinding.---Sementara itu, di sebuah hotel mewah, Rian duduk di sofa ruang tamu dengan secangkir kopi di tangan. Rina berada di sampingnya, memeluk bayi mereka yang tertidur lelap. Wajahnya penuh kecemasan."Dia pasti sudah sampai di
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

73

Setahun kemudian ...Kehidupan Rian aman sejak setahun terakhir ini. Dia berpikir, Bram mungkin sudah menyerah. Saat ini, Keisha tertawa riang di taman bermain, langkah-langkah kecilnya membuat Rian dan Rina tersenyum bahagia."Pelan-pelan, Keisha! Jangan terlalu jauh," ujar Rina sambil memegang kedua tangannya.Rian berdiri di dekat mereka, memegang kamera. "Keisha, lihat Papa! Ayo senyum!"Tawa Keisha menjadi momen kebahagiaan bagi mereka sebagai sebuah keluarga. Namun, tanpa mereka tahu, di balik semak-semak taman, seorang pria berjaket hitam terus mengawasi mereka, la mengetik pesan singkat di ponselnya."Bos, target sudah aman. Kedua bodyguard mereka sudah kami amankan, tinggal eksekusi."Tak lama, muncul balasan pesan di handphone-nya. "Segera laksanakan! Ingat, jangan menimbulkan jejak!""Siap, Bos!"---Hari mulai beranjak gelap. Rian, Rina, dan Keisha berjalan menuju mobil. Suasana tampak tenang, tapi ketenangan itu tak berlangsung lama. Dua pria muncul dari arah parkiran, sa
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Bab 74

Langit siang itu mendung, seolah ikut berduka bersama hati semua yang hadir di pemakaman Rian. Angin berhembus pelan, membawa aroma tanah basah dan bunga mawar putih yang berjejer di sekitar makam. Rina berdiri di dekat peti yang perlahan diturunkan ke liang lahat, tangan kecil Keisha menggenggam erat jemarinya. Wajah Rina tampak lelah, dengan mata sembab yang tak berhenti menangis sejak kabar duka itu menghampirinya. Di seberang sana, Arya berdiri mematung. Mantan suami Rina itu mengenakan kemeja hitam sederhana, namun raut wajahnya sarat penyesalan. Ia bukan hanya datang sebagai seorang mantan suami yang ingin memberikan penghormatan terakhir, tetapi juga sebagai mantan karyawan Rian, pria yang dulu memberinya kesempatan ketika ia nyaris kehilangan segalanya. Arya menarik napas dalam-dalam, menatap Rina yang tampak rapuh. Sudah lama sekali ia tak melihat wanita itu sedekat ini. Ada perasaan bersalah yang menghantam hatinya, mengingat semua kesalahan yang pernah ia lakukan. Tapi ka
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

75

Hana duduk di sebuah kafe kecil yang tidak terlalu ramai. Tangan mungilnya menggenggam cangkir kopi yang sejak tadi tak disentuh. Tatapannya kosong, jauh menerawang ke luar jendela. Sejak Arya mengusirnya beberapa minggu lalu, hidupnya bak kapal yang kehilangan arah. Rencana besarnya untuk mendapatkan Arya telah hancur lebur. Bahkan kebohongannya soal kehamilan pun tak lagi berarti apa-apa.Namun, malam itu, Hana memutuskan untuk tidak menyerah. Ia tahu Arya adalah kunci untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, termasuk kehidupan yang lebih baik. Tapi kali ini, ia harus bermain lebih cerdas. Ia harus menyusun rencana yang lebih matang.“Kalau cuma menangis dan diam, aku nggak akan dapat apa-apa,” gumamnya pelan pada dirinya sendiri. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya. “Aku harus kembali ke Arya. Itu satu-satunya jalan.”Hana tahu, Arya sekarang bekerja di perusahaan Rina. Fakta itu membuatnya semakin percaya bahwa ia masih memiliki kesempatan untuk mendekati p
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

76

Rina duduk di sofa ruang tamu dengan wajah tegang. Jari-jarinya terus menggenggam erat ponselnya. Ia baru saja selesai berbicara dengan asisten Rian, meminta bantuan untuk menyelidiki lebih dalam tentang kematian suaminya. Sudah beberapa minggu sejak penusukan itu terjadi, tapi semua masih terasa segar. Luka di hatinya belum juga sembuh, apalagi kenyataan bahwa pelakunya masih menyimpan misteri besar. “Kalau ada perkembangan, tolong kabari saya secepatnya,” ujar Rina sebelum menutup telepon. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Namun, pikirannya terus berputar-putar. Siapa sebenarnya yang berada di balik tragedi itu? Rian tidak mungkin dibunuh hanya karena alasan sepele, apalagi penusuknya sudah tertangkap tapi tidak mau mengakui siapa dalang di balik perintahnya. Semua ini terlalu rumit, dan Rina merasa seperti terjebak dalam labirin tanpa jalan keluar. Suara ketukan di pintu kembali membuyarkan lamunannya. Sekilas ia merasa enggan untuk membuka, takut kalau-ka
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

77

Di sebuah ruang kantor yang disinari lampu temaram, Arya duduk di kursinya sambil memandangi layar laptop. Jemarinya mengetik cepat, fokus sepenuhnya pada laporan yang harus segera ia selesaikan. Di sisi lain ruangan, Rina berdiri dengan map di tangan, mengamati beberapa dokumen yang baru saja diserahkan Arya kepadanya. Wanita itu mengerutkan alis, membaca dengan cermat setiap detail."Ini bagus," kata Rina akhirnya, suaranya terdengar puas. "Kamu memang selalu bisa bikin kerjaan terasa lebih mudah."Arya tersenyum kecil, menatap Rina sekilas. "Ya kan udah tugas saya buat bikin Ibu Rina nggak pusing. Kalau atasan stres, nanti kerjaan kita semua berantakan."Rina terkekeh pelan, tapi ada rasa lega di wajahnya. Hubungannya dengan Arya sebagai atasan dan asisten memang semakin erat belakangan ini. Bukan hanya karena Arya selalu sigap membantu, tapi juga karena pria itu tahu bagaimana caranya membuat beban pekerjaan yang berat terasa lebih ringan. Arya bukan hanya seorang pekerja keras, t
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

78.

"Menyerahlah, Bram! Kamu sudah dikepung!" Teriak polisi yang sudah mengepung rumah Bram.Suasana di rumah itu terasa mencekam. Adu tembak antara kubu Bram dan polisi terus bersautan. Berulang kali lelaki itu pindah rumah karena menghindari kejaran polisi. Dan sekarang, mereka menemukannya. Ia ditangkap di sebuah rumah kecil di sudut kota. Meskipun sempat melawan, Bram akhirnya tidak berdaya saat polisi berhasil mengepungnya.Bram langsung dibawa ke kantor polisi. Tidak untuk dimintai keterangan melainkan sudah menjadi tersangka. Wajahnya terlihat kesal saat melihat Arya dan pengacaranya ada disana. "Bajingan kalian semua! Ingat, meski aku dipenjara, aku masih bisa membalas perbuatan kalian!" Ancam Bram.Sementara itu, Jova berdiri di dekat pintu, menunggu dengan hati penuh kegelisahan. Meski Bram telah melakukan banyak kesalahan, sebagai istri, ia tetap setia berada di sisinya.---"Jova?" panggil Bram ketika ia melihat istrinya dari balik jeruji besi. Suaranya serak, nadanya datar,
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

79

"Aku hamil, Bram. Anak kita...."Di dalam penjara, Bram duduk termenung, kata-kata Jova terus terngiang-ngiang di kepalanya. Matanya menatap kosong ke langit-langit yang bercat pudar. Suara gemerisik rantai dan langkah para napi lain bergema di telinganya, namun pikirannya melayang pada Jova, istrinya. Wanita yang tetap setia, meski dia telah melukainya berkali-kali, baik dengan kata-kata kasar maupun tindakan yang dingin.Bram menghela napas panjang. Rasa bersalah menggerogoti hatinya, tetapi untuk meminta maaf, dia masih belum sanggup melakukannya. Ego di hatinya masih terlalu besar. “Aku akan memiliki anak...” gumam Bram, hampir tak terdengar.Bram menatap tangannya yang penuh luka dan bekas goresan. Ia sadar bahwa hidupnya penuh dosa, penuh kebencian. Jika ia terus hidup seperti ini, anaknya mungkin akan tumbuh tanpa seorang ayah atau lebih buruk lagi, menjadi korban dendam yang terus ia pelihara.Bram mengepalkan tangannya. “Aku harus berubah. Demi Jova. Demi anakku,” bisiknya p
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

80

Rina berjalan menyusuri koridor gedung perusahaan dengan langkah tegas. Senyum tersungging di bibirnya setelah berhasil memenangkan tender besar berkat kerja keras Arya dan juga timnya. "Sepertinya, aku harus memberi hadiah untuk mereka atas kerja keras ini," gumam Rina. Wanita cantik itu pun menatap Arya yang berjalan di belakangnya. "Arya, kamu booking restoran langganan kita. Ajak semua tim untuk makan disana. Bilang, itu adalah bentuk syukur kita atas kemenangan kita tadi."Arya pun mengangguk. "Baik, Bu."---Sementara itu, Hana yang saat ini sudah bekerja menjadi sekretaris Arya merasa kesal dan marah. Perhatian pria itu kini hanya tertuju pada Rina. Ditambah lagi, Arya kerap menyebut nama Rina saat mereka pergi bersama.“Kalau begini terus, dia akan sepenuhnya jatuh ke tangan Rina,” gumam Hana dengan rasa iri.---Suatu siang, saat rapat selesai, Rina memanggil Arya ke ruangannya.“Arya, aku butuh laporan perkembangan proyek ‘NovaTech’ segera. Investor menantikan pembaruan mi
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status