All Chapters of Diceraikan Karena Madu, Suami Kembali Dengan Malu: Chapter 41 - Chapter 50

110 Chapters

Bab 41

"Kenapa Arya meneleponku malam-malam begini?" Rina menatap layar ponselnya dengan ragu. Nama Arya terpampang jelas di sana, seperti bayangan masa lalu yang tiba-tiba muncul tanpa diundang. Jari-jarinya gemetar saat akan menyentuh ikon hijau untuk menerima panggilan itu. Namun, ia menahan diri dan menoleh ke arah Rian yang sedang sibuk menyesap teh terakhirnya di ruang tamu. “Rian,” panggil Rina dengan suara pelan. Rian mengangkat pandangannya dari cangkir, mendapati wajah Rina yang tampak bimbang. “Ada apa, Sayang?” tanyanya lembut, meletakkan cangkir di atas meja. “Ini...” Rina mengangkat ponselnya, memperlihatkan layar yang bergetar. “Arya menelpon. Apa aku boleh menerimanya?” Rian terdiam sejenak, ekspresinya berubah serius. Mendengar nama Arya membuat dadanya terasa sesak. Lelaki yang pernah mengisi hati istrinya itu tidak pernah berhenti mengganggu istrinya. “Kalau menurut kamu itu penting, angkat saja,” jawab Rian akhirnya, suaranya tenang meski ada sedikit nada ketidaksuk
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 42

“Kamu hanis nelepon siapa, Mas?” tanya Hana dengan suara rendah tetapi penuh curiga. Wanita itu berdiri di ambang pintu dengan tangan bersedekap. Arya terkejut. Ia menoleh cepat, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya di balik senyuman canggung. “Bukan siapa-siapa kok, Sayang. Teman kantor, nanya soal pekerjaan.” Hana mengangkat alis, tidak sepenuhnya percaya. “Jam segini? Apa nggak bisa dibahas besok aja?” “Ya, urgent,” jawab Arya cepat sambil meletakkan ponsel di meja. Ia berdiri, mendekati Hana. “Yuk tidur. Udah malam.” Hana masih memandangi suaminya dengan curiga, tetapi ia tidak berkata apa-apa lagi. Arya menarik tangannya lembut, mencoba mengalihkan perhatian istrinya. Namun, saat mereka beranjak ke kamar, pikiran Hana tak berhenti memikirkan percakapan tadi. Dia tahu Arya sering terlihat melamun belakangan ini, tetapi malam ia merasa, ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh suaminya. Setelah Arya tertidur, Hana yang masih terjaga memandang ponsel suaminya di atas meja.
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

43

Rina berjalan pelan menuju kamar mandi. Kepalanya terasa sedikit berat, tetapi ia mencoba mengabaikannya. Beberapa hari ini, kepalanya sering pusing. Apalagi, dia harus menghindari Arya mulai saat ini, sementara lelaki itu, terus saja datang dan mengganggunya. Saat Rina membuka pintu kamar mandi, bumi terasa berguncang. Rina sampai harus berpegangan erat pada pintu. Namun, karena lemahnya kondisi Rina membuat wanita itu akhirnya terjatuh. "Auww...," gumam Rina lemah sebelum tubuhnya limbung. Brugh ... Tubuhnya terjatuh di lantai. Bunyi orang terjatuh mengagetkan Rian yang sedari tadi duduk di sofa sambil menyelesaikan laporannya. Rian pun gegas menuju ke kamar mandi. "Rina! Kamu kenapa?" teriak Rian panik sambil mencoba membuka pintu kamar mandi yang setengah tertutup. Saat pintu terbuka, pemandangan di depannya membuat Rian membeku sejenak. Rina tergeletak di lantai dengan darah mengalir dari kakinya. "Astaga Rina!" seru Rian sambil langsung berlutut. Ia mencoba membangunk
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

44

Rina terbangun dari tidur siangnya di ruang tamu. Rumah terasa sepi karena Rian sudah pergi ke kantor. Rina pun melangkahkan kakinya menuju ke dapur. Perutnya terasa lapar. Sayangnya, tak ada makanan apapun di meja. "Kenapa Bibi hari ini tidak masak?" Gumam Rina.Rina tidak tahu, jika Bibi seang izin libur karena ada keluarganya yang meninggal.Wanita itu pun mengambil handphone-nya untuk memesan makanan secara online. Beberapa saat kemudian, bel pintu berbunyi. Rina pikir, itu adalah kurir makanan yang datang. Dengan langkah pelan, Rina menuju pintu. Begitu pintu dibuka, sosok yang tak terduga berdiri di depannya—Hana. "Rina," kata Hana sambil melipat tangannya di dada. "Bolehkah aku masuk?" Rina tertegun. Seingatnya, dia tidak pernah memberitahu siapapun tempat tinggalnya saat ini. Bahkan Arya pun tak tahu. "Bagaimana kamu tahu aku tinggal di sini?" tanyanya sinis. Hana tersenyum kecil, tapi matanya dingin. "Aku punya banyak cara untuk mendapatkan alamatmu," ujarnya sambil mela
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

45

Pagi itu, Rian duduk di balik meja kerjanya, tenggelam dalam tumpukan dokumen. Tangannya bergerak cekatan memeriksa laporan, tetapi pikirannya terpecah. Antara pekerjaan, Arya, dan juga kehamilan Rina. Suara ketukan pelan di pintu kantornya menyadarkannya. Ia menegakkan punggungnya dan berkata tanpa menoleh, "Masuk." Pintu terbuka perlahan, seorang wanita cantik dengan perut buncit-Hana melangkah masuk dengan senyum tipis di wajahnya. "Selamat pagi, Pak Rian. Maaf mengganggu. Tapi saya pikir, Anda perlu melihat ini." Rian mendongak, sedikit terkejut. "Hana? Apa yang membawamu ke sini?" tanyanya, menutup laptop di depannya. Hana berjalan mendekat dan meletakkan map cokelat di meja. "Ini soal Rina," ujarnya dengan nada serius. Alis Rian mengernyit. Ia membuka map itu tanpa berkata-kata. Matanya melebar saat melihat isinya—foto-foto Rina bersama Arya. Beberapa di kafe, di taman, bahkan di depan rumah Arya. Foto-foto itu diambil dari sudut berbeda, tampak jelas seperti hasil penginta
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

46

"Jelaskan ini," ujarnya dingin. Rina membuka map tersebut. Matanya membesar saat melihat foto-foto itu. Ia terkejut, tetapi bukan karena merasa bersalah—melainkan karena tidak menyangka pertemuannya dengan Arya direkam secara diam-diam. "Mas, ini tidak seperti yang kamu pikirkan," kata Rina dengan tegas "Kalau begitu, jelaskan kenapa kamu bertemu Arya. Apa maksud dari semua ini?" desak Rian. Rina menghela napas panjang. "Arya adalah mitra kerja sama dalam proyek terbaru perusahaanku. Kami bertemu beberapa kali untuk membahas kontrak. Tidak lebih dari itu. Bukankah kemarin aku sudah bilang kalau aku ada kerja sama dengan Arya?" Rian mengangkat salah satu foto, menunjukkannya pada Rina. "Dan ini? Posisi kalian terlihat terlalu dekat untuk urusan bisnis." Rina memandang foto itu dengan cermat. Ia mengenali tempatnya—kafe tempat mereka membahas detail kontrak. Tapi sudut pengambilan foto itu memang membuat mereka terlihat lebih intim. "Mas, foto ini diambil dari sudut yang disengaj
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

47

Sejak kehamilan Rina, sifat manja istrinya semakin menjadi-jadi. Awalnya, Rian merasa lucu dan menikmati perubahan itu. Namun, seiring berjalannya waktu, permintaan Rina yang kadang tak masuk akal mulai membuatnya kewalahan. Terlebih ketika permintaan itu datang di tengah malam. --- "Mas, aku lapar," gumam Rina dengan suara manja sambil menyentuh perutnya. Rian yang sedang sibuk di depan laptop menoleh, menutup laptopnya, dan mendekati Rina. "Mau makan apa, Sayang? Mas buatin, ya?" Rina menggeleng lemah. "Aku pengen martabak keju cokelat, Mas." Rian melirik jam dinding. "Ini sudah jam sebelas malam, Sayang. Nanti Mas cari besok pagi, ya?" Rina cemberut, matanya mulai berkaca-kaca. "Tapi aku mau sekarang, Mas. Dedek bayi pengen martabak," rengeknya. Rian menghela napas panjang. Ia tahu menolak permintaan istrinya yang sedang hamil bisa berujung drama panjang. "Oke, tunggu sebentar. Mas cari." --- Setengah jam kemudian, Rian berdiri di antrian sebuah kios martabak yang
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

48

Sejak percakapannya dengan Rian malam itu, Rina menjadi lebih pendiam. Dia lebih memilih membeli secara online, atau membelinya sendiri jika dia menginginkan sesuatu."Sayang, kamu nggak pengen nitip apa-apa gitu? Biar nanti Mas belikan pas pulang kantor," tanya Rian pagi itu.Rina hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. Ingatannya tentang ucaoan Rian yang mengatakan dia merepotkan masih ternging-ngiang di telinganya.Pagi itu, Rina duduk di meja makan sambil menyeruput teh hangatnya. Tatapannya kosong, pikirannya melayang pada momen beberapa minggu lalu ketika Rian mengeluh soal permintaannya."Sayang, kamu nggak mau sarapan?" suara Rian memecah lamunannya.Rina tersentak, berusaha tersenyum. "Nanti saja, aku nggak lapar."Rian memerhatikan istrinya dengan tatapan penuh tanya. "Kamu yakin? Akhir-akhir ini kamu sering banget nggak nafsu makan.""Aku baik-baik saja, Mas," jawab Rina singkat, lalu bangkit dari kursinya.Rian menghela napas panjang. Ia tahu ada yang salah dengan istrin
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

49

"Kenapa aku tiba-tiba ingin minum es teler yang ada di mall X itu ya?" gumam Rina sambil membayangkan segarnya minum es itu.Rina pun membuat status di media sosialnya. "Kayaknya, siang-siang begini, minum es teler seger nih."Arya yang kebetulan berada di mall X langsung membelikannya untuk Rina. Dia pun mengirimkannya melalui kurir ke rumah Rina.Tak butuh waktu lama, es teler yang diinginkannya sudah tiba. Rina membuka pintu dan mendapati seorang kurir berdiri sambil memegang tas berisi es teler. "Pesanan untuk Ibu Rina," kata kurir itu ramah. "Iya, terima kasih," jawab Rina sambil menerima pesanan tersebut. Rina membawanya ke meja makan, menyiapkan sendok, lalu mulai menikmati es teler itu. Suapan demi suapan terasa seperti mengobati rasa lelahnya. Untuk sesaat, ia merasa tenang. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Rian baru saja pulang dari kantor. Pria itu masuk ke dalam rumah sambil membawa tas kerjanya. Ia berhenti di ambang pintu ruang tamu, menatap istrinya y
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

50

"Mas, perutku sakit, sepertinya, aku akan melahirkan," kata Hana sambil memegangi perutnya. Arya yang kala itu tengah sibuk berbalas pesan langsung menaruh handphone-nya. "Kamu kenapa, Hana? Mana yang sakit?" Arya bertanya sambil mengusap-usap perutnya. "Mas, aku ini mau melahirkan, bukan sakit perut, kenapa malah dielus-elus," geram Hana melihat tingkah suaminya. Arya pun akhirnya membawa Hana ke rumah sakit, Farida menemani Hana di belakang. Sementara Arya fokus menyetidr. Begitu mereka tiba di rumah sakit, dokter kandungan sudah menunggunya. Hana langsung dibawa ke ruang operasi. Karena Hana menginginkan melahirkan secara cesar. Suara tangis bayi pun terdengar, Arya dan Farida saling pandang, tak percaya bayinya telah lahir. Kelahiran bayi itu membawa kebahagiaan besar bagi Arya, dan juga Farida. "Ma, anakku sudah lahir, Ma. Suaranya kencang sekali sampai terdengar dari sini," pekik Arya girang. "Iya, Arya, kamu sudah menjadi seorang Ayah," sahut Farida sambil menepuk pun
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status