Arthur mengecup kening Moza yang berada di bawahnya sebelum akhirnya dia turun dari atas tubuh Moza. Sebenarnya dia masih ingin beristirahat setelah lelah bekerja keras membuat bayi, tapi dia mempunyai banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan."Sayang, kamu istirahat saja dulu. Aku mandi duluan ya," ucap Arthur lembut dan dengan tatapan penuh cinta.Moza mengangguk. "Iya, mas. Lagian kalau aku cepat bangun, takutnya punya mas cepat tumpah dan gagal jadi bayi."Arthur tersenyum. "Sepertinya itu tidak ada hubungannya deh. Tapi... tak apa. Kita coba." Athur mengusap perut bagian bawah Moza. "Spermaku, yang lincah ya di dalam. Terus masuk, seruduk, dan jadilah janin."Moza tersenyum geli. "Ada-ada saja mas ini. Masak sperma diajak bicara."Arthur mengalihkan pandang dari perut Moza ke wajah Moza. "Siapa tahu kalau kita ramah pada sperma, spermanya jadi semangat menembus sel telurmu, Moza.""Haha! Kita jadi seperti orang bodoh ya, mas."Arthur menatap Moza lekat. Senang sekali melihat Moza
Baca selengkapnya