Semua Bab Takdir Istri Yang Sabar: Bab 61 - Bab 70

82 Bab

Berusaha Membuat Anak

Kurang lebih 30 menit kemudian."Istirahatlah dulu sebentar. Jika tenaga sudah pulih kita lanjutkan," ucap Arthur sembari menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka yang polos. Pertarungan memang sudah berakhir dan dia sangat menikmatinya. Tapi entah kenapa dia masih belum juga merasa puas.Moza tersentak kaget. "Apa? Kita akan melakukannya lagi?"Arthur tersenyum tanpa dosa. "Tentu saja, sayang. Satu kali tidak cukup buat aku.""Jadi harus berapa kali?""Minimal empat kali lah.""Anda mau membuatku pingsan karena kelelahan?"Arthur memeluk Moza kian erat. "Aku bukan mau membuatmu pingsan karena kelelahan, tapi aku mau membuatmu pingsan karena nikmat. Aku menyukai semua yang ada pada dirimu, Moza. Aku mencintaimu. Jangan pernah tinggalkan aku ya."Moza tak menjawab. Kata-kata cinta dari seorang pria seperti Arthur apakah bisa dipercaya? Moza menghela nafas perlahan. Dia mencoba untuk berfikir positif, mencoba untuk percaya dengan apa yang dikatakan oleh Arthur. Cinta ya cinta. Dia s
Baca selengkapnya

Moza Tak Terbiasa*

Moza terbangun ketika mendengar suara mengaji dari speaker dari Masjid kompleks. Itu artinya sebentar lagi waktu subuh tiba. Tapi mata Moza sulit sekali untuk dibuka karena dia baru saja tidur satu jam yang lalu. Arthur memang gila. Bagaimana tidak, pria itu benar-benar melakukannya sampai beberapa kali. Seingatnya hampir satu jam sekali. Benar-benar suami yang berbahaya.Sesungguhnya Moza masih ingin tidur. Matanya masih sangat mengantuk. Tapi suara orang mengaji mengharuskannya bangun. Dia harus mandi dan kemudian melakukan kewajiban subuh. Dia tidak bisa meninggalkannya apalagi hanya dengan alasan mengantuk.Moza menoleh ke samping. Dia hampir tidak percaya kalau Arthur ternyata mempunyai wajah yang sangat tampan. Alis, mata, hidung, dan bibir semuanya tampak sempurna di mata Moza. "Mas Arthur memang tampan. Aku mengakui itu walaupun kelakuannya bikin panas hati," ucap Moza lirih. Dia lalu menggerakkan tangan kanannya ke pipi Arthur. Dia tepuk pipi Arthur pelan. "Mas! Mas! Bangun!
Baca selengkapnya

Jamu Sari Rapet

Arthur bercermin. Senyum. Penampilannya sudah tampak sempurna dengan setelan jas berwarna krem. Sebenarnya hari ini dia malas bekerja karena masih ingin tidur bersama Moza. Tapi ada rapat penting yang mengharuskannya tetap pergi ke perusahaan. Selain itu, dia juga sedang menyelesaikan masalah katering Rosa yang masih sedikit lagi.Arthur berbalik. Moza masih tertidur. Istrinya itu ternyata belum terbiasa digempur semalaman. Dia langsung tumbang dan tidak kuat bangun. Tak apa. Dia memang membiarkan Moza banyak tidur hari ini karena malam akan bertempur lagi.Arthur menaruh buku tabungan dan kartu ATM di nakas samping tempat tidur. Buku tabungan itu atas Moza karena isi tabungannya adalah uang 600 juta yang dia berikan pada Moza sebagai Mahar pernikahan. Setelahnya dia mengecup kening Moza. "Aku pergi kerja dulu ya, sayang."Moza hanya menggeliat sedikit tanpa membuka mata sama sekali. Moza benar-benar seperti orang pingsan. Arthur menegakkan tubuhnya. Setelah memakai sepatu, dia pun m
Baca selengkapnya

Menunggu Arthur Pulang

Sore hari rapat baru selesai. Arthur sedang bercengkrama dengan Leo ketika Putri membungkuk di hadapan mereka. Putri adalah karyawan paling cantik di perusahaan ini. "Selamat sore, tuan, pak. Saya pamit duluan.""Oh, iya," jawab Leo. Lalu dia mengikuti arah langkah kaki Putri menuju mobil yang ada di parkiran. Jendela depan mobil itu terbuka dan memperlihatkan manusia berjenis kelamin laki-laki di dalamnya. 'What? Dion?'Leo menyipitkan matanya lebih selidik. Dia tidak salah lihat. Pria di dalam mobil itu adalah Dion. Tapi bagaimana Dion bisa menjemput Putri? Dan mereka terlihat sangat akrab sekali. Arthur yang sejak tadi memperhatikan Leo, kemudian menyentuh bahu pria itu. "Ada apa?"Leo terhenyak. "Oh, eh, tidak tuan. Pria yang bersama Putri...""Itu pacarnya. Lebih tepatnya calon suaminya."Leo tersentak. "Bagaimana tuan tau itu?""Dari Aditya. Kamu tau bukan, tak ada informasi yang bebas dari telinga dia.""Tapi 'kan laki-laki yang bersama Putri itu adalah Dion."Kening Arthur
Baca selengkapnya

Siapa Wanita Itu?!

"Aku minta maaf, Moza. Aku benar-benar meminta maaf," ucap Arthur sembari memeluk Moza. "Minta maaf untuk apa, mas?" tanya Moza dengan kening yang mengerut."Karena telah membuat kamu kecewa." Arthur melepaskan pelukannya dan menatap Moza. "Katanya kamu tadi masak dan menungguku dari sore."Moza mengangguk. "Iya. Aku memang menunggu mas. Tapi sayang mas tidak pulang juga. Mas darimana sesudah dari perusahaan?""Aku mengurus masalah katering Rosa yang belum selesai. Kamu tau 'kan, undangannya waktu itu seribu orang. Jadi tidak mudah menyelesaikan masalah dengan orang seribu."Moza menghela nafas lega. "Oh, aku kira....""Aku dengan wanita lain?" Athur mengusap rambut Moza. "Aku tidak akan melakukan itu. Aku sudah berjanji kepadamu bukan kalau aku tidak akan pernah menyakitimu.""Ya, aku akan mencoba untuk percaya.""Jangan hanya mencoba. Kamu memang harus percaya."Moza mendorong tubuh Arthur lembut. "Mas sudah makan belum?""Sudah sayang. Tadi mas makan bareng Roby dan Aditya. Kamu b
Baca selengkapnya

Tidak Mampu

"SEGAMPANG ITU KAMU BICARA TENTANG HAL INI?!" teriak Astrid dengan emosi penuh. Dion sampai tersentak kaget melihat perangai Astrid yang tiba-tiba berubah."Astrid, kenapa kamu harus menjerit? Malu di dengar tetangga!"Astrid menatap Dion dengan rahang mengencang. Rasanya dia ingin mencekik leher suaminya itu saat ini. "Bagaimana aku tidak menjerit, Dion? Kamu telah menyakiti hati aku!""Mengapa kamu tidak mau mengerti? Aku tidak bermaksud untuk menyakiti hati kamu! Aku itu mencari solusi untuk masalah rumah tangga kita! Jadi tidak ada yang salah di sini!"Astrid menyeringai. "Tidak ada yang salah kamu bilang?! Jadi dengan keputusan kamu menduakan aku kamu anggap itu benar?!""Iya. Karena hanya itu satu-satunya solusi. Coba apa solusinya untuk rumah tangga kita ini jika tidak memakai cara seperti itu? Kalau kamu susah hamil, masih ada solusi lain yaitu bayi tabung. Tapi itu jika rahim kamu masih ada. Masalahnya rahim kamu sudah diangkat, As. Maka dari itu ini adalah satu-satunya solus
Baca selengkapnya

Amukan Astrid

Astrid memandang ke seberang dengan pandangan marah. Kini dia sudah tahu dimana calon istri Dion yang baru bekerja. Ternyata satu tempat dengan mantan suaminya, Leo. Saat ini dia sedang melihat bagaimana romantisnya Leo melepas Putri masuk. Dion mengusap tangan putri penuh kelembutan lalu kemudian mengusap rambutnya wanita itu dengan penuh kasih. Astrid menggenggam kemudinya dengan kuat. Hatinya begitu panas. Bagaimana tidak, Dion memperlakukan Putri dengan penuh cinta. Dari melihat ini saja, Astrid sudah bisa membaca seperti apa perasaan Dion pada wanita itu. Dion menyayangi Putri sama besarnya dengan Dion menyayangi dirinya. Selama ini Dion memang memperlakukannya dengan sangat baik. Dan sekarang sikap yang sama juga ditunjukkan Dion pada Putri. Jadi ini bukan hanya soal anak tapi soal perasaan juga.Astrid memperhatikan semuanya. Sampai akhirnya mobil Dion bergerak meninggalkan tempat itu. Setelahnya, dia mengarahkan setir masuk ke dalam halaman perusahaan. Astrid bergerak sangat
Baca selengkapnya

Derita Wanita Tidak Punya Rahim

"Secepat ini mas move on dari aku, mas? Hanya setahunan?" tanya Astrid sembari menatap lekat wajah Leo.Leo menepak-nepak jasnya yang tadi digunakan Astrid untuk bersandar. "Memangnya berapa lama aku harus terus mengingatmu, As? Sakit rasanya hatiku akibat dari perbuatanmu. Kamu adalah salah satu orang yang membuat aku kehilangan Moza.""Jadi sebenarnya mas merasa lebih berat kehilangan Moza daripada aku?""Awalnya aku memang lebih mencintai kamu. Tapi begitu aku tau bahwa kamu itu wanita seperti apa, perasaan cinta itu sudah hilang. Kini tak ada sedikit pun rasa untukmu lagi, Astrid."Astrid terdiam dengan pandangan yang melayu. Sakit hati karena suami berniat menduakannya, dan sekarang dia juga merasakan sakit karena mantan juga sudah melupakan dirinya. "Sudahlah. Tidak perlu membahas masa lalu. Yang lalu biarkan saja berlalu. Aku pun sudah mengikhlaskannya. Lebih baik kamu lebih fokus dengan hidupmu ke depannya.""Tapi masa depanku juga sudah hancur, mas. Dion... berniat untuk men
Baca selengkapnya

Buat Aku Hamil

"Kenapa mas mengatakan hal tabu itu di depan orang mas? Mas 'kan tahu kalau Mas Leo itu duda," tanya Moza lirih ketika mereka sedang berada di dalam lift.Arthur tersenyum, lalu berbalik. Kini posisinya ada di depan Moza dengan tangan kanan dan kiri berada di samping wajah Moza. "Tidak ada yang salah dengan yang telah aku ucapkan. Praktek membuat anak memang hal yang akan dilakukan oleh semua pasangan suami istri, sayang.""Aku tau itu mas. Tapi jangan dikatakan depan mereka. Kasihan Mas Leo yang seorang duda."Arthur memiringkan wajahnya. Dia menatap Moza penuh selidik. "Kamu sepertinya sangat perhatian sama Leo. Kamu masih menyimpan rasa kepadanya?"Mata Moza melebar mendengar tanya itu. Arthur sudah salah sangka. "Oh, eh, tidak mas. Sama sekali tidak. Aku hanya ingin kita menjaga perasaan orang-orang yang saat ini tidak punya pasangan. Apalagi orang itu Mas Leo. Aku dan dia pernah melakukan hub---" Moza menyetop ucapannya yang dirasa sudah kebablasan."Melakukan apa?" tanya Arthur
Baca selengkapnya

Posisi Untuk Moza

Arthur mengecup kening Moza yang berada di bawahnya sebelum akhirnya dia turun dari atas tubuh Moza. Sebenarnya dia masih ingin beristirahat setelah lelah bekerja keras membuat bayi, tapi dia mempunyai banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan."Sayang, kamu istirahat saja dulu. Aku mandi duluan ya," ucap Arthur lembut dan dengan tatapan penuh cinta.Moza mengangguk. "Iya, mas. Lagian kalau aku cepat bangun, takutnya punya mas cepat tumpah dan gagal jadi bayi."Arthur tersenyum. "Sepertinya itu tidak ada hubungannya deh. Tapi... tak apa. Kita coba." Athur mengusap perut bagian bawah Moza. "Spermaku, yang lincah ya di dalam. Terus masuk, seruduk, dan jadilah janin."Moza tersenyum geli. "Ada-ada saja mas ini. Masak sperma diajak bicara."Arthur mengalihkan pandang dari perut Moza ke wajah Moza. "Siapa tahu kalau kita ramah pada sperma, spermanya jadi semangat menembus sel telurmu, Moza.""Haha! Kita jadi seperti orang bodoh ya, mas."Arthur menatap Moza lekat. Senang sekali melihat Moza
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status