All Chapters of Membawa Pergi Benih Calon Pewaris sang Presdir: Chapter 1 - Chapter 5

5 Chapters

Bab 1. Luka di Tengah Pesta

Gita memperbaiki rambutnya yang terurai, berusaha tetap tenang di balik gaun elegan berwarna merah marun yang dipilihkan oleh Adrian. Malam itu, mereka menghadiri acara ulang tahun pernikahan emas kakek dan nenek Adrian, sebuah pesta megah yang penuh dengan kemewahan. Lampu kristal berkilauan di langit-langit ballroom hotel bintang lima, dan lantunan musik orkestra membalut ruangan dengan suasana glamor.Adrian tampak tenang di sampingnya, sesekali berbicara dengan kerabatnya tentang proyek bisnis terbaru. Di tengah keramaian ini, Gita merasa semakin kecil, berdiri sedikit menjauh sambil menahan perasaan asing yang mulai merayap di dadanya.“Gita, kapan nih kamu kasih kabar bahagia ke kita?!” Suara tajam itu datang dari Sarah— tante dari Adrian, wanita berusia 50-an dengan gaun berkilau. Tawanya terdengar lepas, tapi pertanyaannya menusuk tepat di hati Gita. “Buruan kasih anak buat Bima. Mamanya pasti sudah pengen punya cucu.”Senyuman kaku mengembang di wajah Gita, sebuah senyuman yan
Read more

Bab 2. Perdebatan di Meja Makan

Cahaya pagi menerobos jendela dapur, menerangi meja sarapan yang tertata rapi. Gita duduk di seberang Adrian, menatap piring rotinya yang nyaris tak tersentuh. Pikirannya terpusat pada satu hal yang telah ia pertimbangkan berulang kali dalam beberapa minggu terakhir. Ini mungkin waktu yang tepat untuk membicarakannya.“Adrian,” Gita membuka suara, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang, “aku ingin kita bicara soal... rencana kita punya anak.”Adrian yang tengah membaca tablet sambil menyeruput kopi, melirik sekilas ke arahnya. “Hmm? Maksud kamu apa?” tanyanya, setengah tertarik namun lebih sibuk dengan berita bisnis di layar.Gita menelan rasa gugupnya. “Kita sudah lima tahun menikah, tapi belum ada tanda-tanda kehamilan. Aku pikir mungkin kita bisa periksa ke dokter. Kita berdua. Bareng-bareng.”Adrian menghentikan aktivitasnya, menurunkan tablet, dan menatap Gita dengan sedikit heran. “Periksa? Kamu serius, Gita?”Gita mengangguk. “Iya. Aku pikir, ini langkah yang tepat. Kita ga
Read more

Bab 3. Senyum di Balik Pintu

Gita tiba di rumah sakit, berjalan melewati koridor menuju bagian obstetri dan ginekologi. Tujuannya kali ini adalah dokter kandungan, bagian yang sudah lama ia pikirkan untuk dikunjungi namun selalu tertunda karena keraguan dan alasan-alasan lain. Ruangan itu dipenuhi oleh para wanita yang juga menunggu giliran, beberapa di antaranya tampak bersama pasangan mereka. Gita merasa sedikit canggung melihat suasana ini, terutama karena ia datang sendirian.Setelah mendaftar di loket, ia mengisi formulir pasien baru. Suasana di sekitarnya cukup sibuk, namun Gita mencoba fokus pada apa yang akan ia hadapi. Setelah menyerahkan formulir kepada petugas, Gita duduk di ruang tunggu, matanya mengamati layar yang menampilkan nomor antrian. Perasaan cemas kembali menghantuinya, terutama setelah diskusi tegang dengan Adrian pagi ini.Beberapa menit kemudian, namanya dipanggil oleh resepsionis. “Ibu Gita, silakan ke ruang pemeriksaan,” kata petugas dengan senyum ramah.Dengan perasaan campur aduk, Git
Read more

Bab 4. Hati yang Lain

Adrian dan Silvy masuk ke sebuah kafe modern yang suasananya tenang, dengan meja-meja kecil berjejer rapi dan aroma kopi yang menyegarkan. Setelah memesan makanan, mereka duduk di pojok ruangan, agak jauh dari pengunjung lain, memberi sedikit privasi bagi percakapan mereka.Adrian tampak lebih rileks sekarang, meskipun pikirannya masih penuh dengan berbagai hal yang mengganggunya. Sementara itu, Silvy duduk dengan tenang, menatap Adrian dengan perhatian yang lebih dari biasanya. Ia menyilangkan kakinya dengan anggun dan mulai berbicara.“Belakangan ini Bapak kelihatan sibuk banget,” ujar Silvy dengan nada lembut. “Kayak ada banyak yang dipikirkan. Saya bisa bantu apa, Pak?”Adrian menghela napas panjang, tersenyum tipis sebelum menjawab. “Iya, banyak hal. Bisnis, proyek, dan... ya, hal-hal lain di rumah,” jawabnya, seolah menyinggung sesuatu yang lebih dalam.Silvy menangkap nada itu, dan seperti biasa, ia tahu kapan harus berbicara dan kapan hanya mendengarkan. “Bapak bisa cerita, ka
Read more

Bab 5. Mencoba Lagi

Gita kembali ke rumah sakit dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia sudah menjalani rangkaian pemeriksaan beberapa hari lalu, dan hari ini adalah momen penting—mendengarkan hasilnya. Suasana di ruang tunggu terasa ramai, tapi Gita seolah tak bisa fokus pada apa pun selain pikirannya sendiri. Jantungnya berdebar cepat, tangannya sedikit gemetar saat ia meremas ponsel di pangkuannya, berharap hasil yang akan didengar nanti memberi kelegaan.Setelah beberapa menit menunggu, namanya dipanggil. Gita menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri, lalu bangkit dan berjalan menuju ruangan Naufal. Langkah kakinya terasa berat, seperti ada beban yang tak terlihat di setiap langkah. Sesampainya di pintu, ia mengetuk perlahan sebelum masuk.Naufal sudah duduk di balik mejanya, memeriksa hasil pemeriksaan Gita. Wajahnya tetap tenang, seperti seorang dokter yang siap memberikan penjelasan profesional. Saat melihat Gita masuk, Naufal tersenyum tipis. “Gita, silakan duduk.”Gita duduk, berusaha me
Read more
DMCA.com Protection Status