All Chapters of Membawa Pergi Benih Calon Pewaris sang Presdir: Chapter 11 - Chapter 20

63 Chapters

Bab 11. Hancur Perlahan

Gita terbangun dengan kepala terasa berat dan pusing. Ia meraba tempat tidur di sebelahnya, menyadari Adrian sudah tidak ada. Dengan lemas, ia bangkit dan melangkah keluar kamar, berharap bisa melihat suaminya untuk menyapanya pagi ini.Di lorong, ia berpapasan dengan Rima yang tengah berjalan santai dengan cangkir teh di tangan. Rima menatapnya sekilas sebelum tersenyum tipis, nada suaranya terdengar halus tapi menyiratkan sindiran, “Wah, akhirnya bangun juga. Adrian tadi sudah bangun pagi-pagi, lho. Langsung siap-siap.”Gita tersentak, menunduk sedikit sambil berusaha tersenyum. “Iya, Ma… maaf saya bangun kesiangan. Saya agak kurang sehat.”“Oh, iya?” Rima menatapnya singkat sebelum tersenyum tipis. “Ya, yang penting sekarang kamu sudah bangun, kan?” katanya, lalu berjalan menuju ruang tengah.Gita menelan perasaan tidak enaknya, lalu melangkah menuju dapur dengan niat membuat kopi dan sarapan untuk Adrian. Namun, saat ia tiba di ruang tengah, ia melihat Adrian sudah duduk di sofa d
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 12. Di Balik Sorotan

Pagi itu, Gita dan Adrian bersiap menghadiri acara peluncuran Platform Digital Kolaborasi antara Fortuna Media dan Luna Corp—proyek besar yang merupakan puncak dari kerja sama panjang Adrian dan Luna. Rima juga ikut serta sebagai bentuk dukungan keluarga. Ketiganya berangkat bersama dari rumah, suasana terasa penuh kebanggaan, terutama dari Adrian yang sudah mempersiapkan acara ini selama berbulan-bulan.Begitu tiba di venue, mereka disambut suasana meriah dan karpet merah yang penuh dengan fotografer, media, rekan bisnis, dan karyawan dari kedua perusahaan. Flash kamera berkedip tak henti-henti, mengabadikan momen penting ini. Adrian dan Luna segera terserap dalam keramaian, sibuk menyapa para tamu undangan, berbincang dengan kolega, dan memberikan senyuman di depan lensa kamera. Mereka tampak begitu kompak, menarik perhatian banyak orang dengan keakraban yang terpancar dari setiap gestur dan senyum yang mereka bagi.Sementara itu, Gita dan Rima berdiri sedikit terpisah, mengamati da
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Bab 13. Persimpangan Keputusan

Setelah pertengkaran yang cukup sengit, Adrian merasa kelelahan. Emosi yang meluap-luap dalam diskusi tadi membuatnya butuh ruang untuk menenangkan diri. Tanpa menoleh ke arah Gita yang masih duduk di tepi ranjang, Adrian keluar dari kamar, membiarkan keheningan menggantikan suara-suara tinggi yang baru saja memenuhi ruangan.Begitu Adrian menutup pintu, ia mendapati ibunya, Rima, berdiri di ujung lorong. Wajah Rima menunjukkan raut serius, jelas bahwa ia telah mendengar sebagian besar pembicaraan di dalam kamar. Ia menyandarkan diri di dinding dengan sikap tenang.“Kalau kamu memang ada hubungan dengan Luna,” kata Rima tanpa basa-basi, “Mama tidak akan keberatan. Bahkan… Mama pikir Luna itu jauh lebih baik daripada Gita.”Mendengar ucapan itu, Adrian merasa terkejut. Tanpa bisa menyembunyikan perasaannya, ia langsung menegur, “Ma!” Suaranya bernada kaget dan sedikit tajam, seolah ingin menegaskan bahwa ucapannya tadi tidak sepatutnya keluar. Namun, Rima tetap tenang, menatapnya seola
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Bab 14. Tak Ada Tempat Pulang

Gita berbaring di ranjang kamarnya, memandang langit-langit yang familiar namun terasa asing dalam suasana hatinya yang kalut. Meski ia mencoba memejamkan mata, pikirannya terus dipenuhi bayangan-bayangan tentang rumah tangganya, rasa sakit dan penolakan yang ia rasakan, serta ucapan-ucapan yang begitu melukai hati.Tak lama, terdengar ketukan pelan di pintu, dan Hamid masuk membawa secangkir teh hangat. Dengan senyum lembut, ia mendekat dan meletakkan cangkir di meja samping. Gita duduk perlahan dan mengucapkan terima kasih, menatap wajah ayahnya yang penuh kasih sayang. Kehangatan itu memberinya sedikit kenyamanan, meski tidak sepenuhnya mampu mengusir rasa sakit di dadanya.Hamid duduk di tepi ranjang, menatap putri bungsunya dengan pandangan yang tenang namun penuh perhatian. Setelah hening beberapa saat, ia berkata dengan lembut, “Gita, bapak tahu hidupmu tidak mudah. Pernikahan memang penuh tantangan. Tapi… mungkin kamu bisa coba mempertimbangkan untuk k
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Bab 15. Kenyataan Mengejutkan

Pagi itu, suasana tenang di area kosan tiba-tiba dipecahkan oleh suara-suara panik dari beberapa penghuni yang berkumpul di depan bangunan. Mereka kaget melihat seorang wanita yang terbaring tak sadarkan diri di jalan, dan segera berkerumun, khawatir bahwa wanita itu mungkin mengalami kecelakaan atau terluka. Beberapa penghuni mencoba membangunkan Gita, namun tak ada respons. Di tengah kebingungan itu, suara mobil yang melambat membuat mereka menoleh. Sebuah mobil hitam berhenti tak jauh dari kerumunan. Naufal, yang sedang dalam perjalanan ke rumah sakit, merasa ada sesuatu yang aneh melihat orang-orang berkumpul di depan kos-kosan pagi itu. Rasa penasaran membawanya turun dari mobil untuk mencari tahu. Ketika ia mendekat dan melihat lebih jelas, tubuhnya tiba-tiba menegang. “Gita?” Naufal bergumam, suaranya penuh keterkejutan. Mata Naufal tak lepas dari sosok wanita yang terbaring lemah di tengah kerumunan. Ia segera menyadari bahwa wanita yang pingsan itu adalah Gita. Rasa khawat
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Bab 16. Persimpangan Hati

Gita duduk di tepi tempat tidur rumah sakit, matanya menatap kosong ke luar jendela. Bayangan gedung-gedung di kejauhan tampak buram, terhalang oleh pikiran-pikirannya yang semakin berat. Pikirannya berkelana ke berbagai arah, mencoba mencari makna dari kenyataan yang baru saja menghantamnya. Kehamilan ini, yang seharusnya menjadi kabar gembira, justru membuatnya terombang-ambing di antara dua pilihan yang sama sulitnya.Perasaan bahagia menyelusup pelan saat ia memikirkan sosok kecil yang kini ada di dalam tubuhnya. Sejak awal pernikahannya dengan Adrian, memiliki anak adalah salah satu impian yang ia simpan erat di dalam hati, meskipun perjalanan ke arah sana selalu penuh tekanan dan tuntutan. Namun sekarang, di saat impian itu hampir terwujud, ia malah dihadapkan pada kenyataan pahit yang membuatnya ragu apakah ia ingin membawa anak ini ke dalam kehidupan yang penuh ketidakpastian.Gita menarik napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang semakin kacau. Di satu s
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

Bab 17. Dukungan

Di ruang rawat yang hening, Gita terbaring dengan pandangan kosong, pikirannya dipenuhi berbagai perasaan yang semakin membuatnya tertekan. Kondisinya yang belum pulih menjadi perhatian besar bagi Naufal, yang terus memantau perkembangan kesehatannya. Setiap kali ia memeriksa Gita, ia melihat bahwa kesehatan fisiknya seolah tertahan oleh kondisi emosional yang tak kunjung membaik.Suatu pagi, Naufal memasuki ruangan dengan membawa berkas pemeriksaan Gita. Ia melihat wajah Gita yang tampak letih dan penuh beban. Dengan nada lembut, ia duduk di samping tempat tidur, mencoba menarik perhatian sahabat lamanya.“Gita,” ucap Naufal pelan, berusaha berbicara dengan lembut. “Aku tahu ini semua sangat sulit untukmu, dan aku bisa merasakan betapa beratnya beban yang kamu pikul sekarang. Tapi kamu harus ingat, kondisi emosional ini memengaruhi bayimu. Kamu nggak perlu berpura-pura bahagia, tapi setidaknya cobalah untuk lebih tenang.”Gita mengalihkan pand
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

Bab 18. Lebih Baik Berpisah

Naufal duduk di samping tempat tidur Gita, menatap wajahnya yang penuh kebimbangan. Selama beberapa hari terakhir, ia menyaksikan Gita bergulat dengan perasaannya, mencoba mencari jawaban di tengah dilema yang rumit. Meskipun Naufal ingin memberikan dukungan tanpa mendorong ke arah tertentu, ia tahu bahwa situasi ini tak bisa berlanjut selamanya.Dengan nada hati-hati, Naufal akhirnya memutuskan untuk memberikan saran. “Gita, aku tahu ini sulit, tapi mungkin sebaiknya kamu coba menghubungi Adrian, setidaknya untuk memberi kabar bahwa kamu baik-baik saja. Kalau kamu terus menghilang tanpa jejak… Adrian bisa saja melaporkan kehilangan. Itu hanya akan membuat keadaan semakin rumit.”Gita menunduk, tatapannya tampak kosong. Saran Naufal masuk akal, tetapi ia masih merasa ada beban berat dalam hatinya. Baginya, menghubungi Adrian berarti menghadapi semua yang selama ini ia coba hindari, dan ia belum yakin siap untuk itu.Melihat kebimbangannya, Naufal me
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Bab 19. Luka Paling Menyakitkan: Kehilangan

Setelah beberapa hari menjalani perawatan, Gita akhirnya diperbolehkan pulang. Naufal mengantarnya sampai ke depan rumah sakit. Saat mereka berdiri di sana, Naufal menatapnya cemas. “Gita, sekarang kamu mau ke mana? Apa kamu benar-benar tidak ingin kembali ke rumah… ke rumah suamimu?” Gita menghela napas panjang, menundukkan pandangannya. Pertanyaan itu, meskipun sederhana, menimbulkan keraguan di hatinya. Ia tahu bahwa banyak yang harus ia pertimbangkan—bukan hanya tentang dirinya, tetapi juga tentang bayi yang kini ada di dalam kandungannya. Setelah beberapa saat hening, Gita mengangkat wajahnya dan menatap Naufal, meskipun sorot matanya tampak penuh kebimbangan. “Aku… aku belum siap untuk memutuskan sekarang. Banyak hal yang aku takuti. Rasanya seperti… aku butuh waktu untuk menenangkan diri dulu.” Naufal mengangguk, memahami perasaannya. “Aku paham. Kamu memang perlu waktu untuk diri sendiri. Jangan merasa tertekan untuk mengambil keputusan cepat.
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Bab 20. Pertemuan

Setelah sebulan penuh berjuang untuk pulih secara fisik dan emosional, Gita mulai merasa lebih kuat. Ia menyadari bahwa ia perlu melangkah ke depan dan membangun hidupnya sendiri. Gita mulai mencari pekerjaan melalui internet, berharap menemukan posisi yang sesuai dengan kemampuannya. Tak lama, ia menemukan sebuah lowongan sebagai staf di salah satu perusahaan besar. Gita mengirimkan lamaran dan, tak disangka-sangka, menerima panggilan wawancara. Hari yang dinanti tiba. Gita datang ke perusahaan itu dengan perasaan gugup. Duduk di ruang tunggu bersama para pelamar lainnya, ia merasa sedikit asing. Dunia kerja ini adalah hal baru baginya, tetapi ia yakin bahwa inilah kesempatan untuk membuktikan bahwa ia bisa mandiri. Namun, di antara para pegawai yang berlalu-lalang, seorang pria tiba-tiba mengenalinya. Hardi salah satu teman dekat Adrian yang bekerja di perusahaan itu, terkejut saat melihat sosok Gita yang duduk dengan raut wajah tegang menunggu giliran wawancar
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status