Semua Bab Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah: Bab 31 - Bab 40

80 Bab

31. Baikan

Tak teras aku dan mas Suryo telah dua jam berada di wisata danau ini. Perlahan pengunjung mulai berkurang dan kami pun memutuskan untuk pulang karena malam semakin larut. Kami juga sudah puas menjelajahi tempat indah itu, sampai kakiku rasanya pegal karena mas Suryo sangat bersemangat menyeretku kesana kemari. Di tengah jalan aku tiba tiba merasa lapar, perut berbunyi keras dengan memalukan. Mas Suryo tertawa terbahak bahak membuat wajahku merah seperti tomat. Kami pun akhirnya mampir di sebuah tempat yang menjadi central jajanan di kota ini. Menyusuri warung kali lima dan gerobak para pedagang yang menjajakan jajanan lokal, tak membutuhkan waktu lama aku telah mendapatkan beberapa kantong keresek berisi batagor, cireng, sempol dan juga piscok. Mas Suryo sendiri hanya membeli sebungkus kebab dan juga satu cup es cincau. Pria itu sempat menertawaiku karena aku banyak sekali membeli jajan, tapi aku beralasan tenagaku habis karena diajak jalan terus tadi waktu di danau. Lagi pula belak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-22
Baca selengkapnya

32. Gandeng Tangan

Esoknya aku terbangun seperti biasa. Mandi air dingin, sarapan nasi dengan selembar telur dadar juga kecap manis. Menu yang sangat sederhana memang tapi aku tetap bersyukur bisa mengisi perut di pagi ini sebagai penambah energy untuk berkerja. Bersiap selama sepuluh menit, aku baru saja selesai mengepang rambutku saat pintu kamar diketuk. Saat aku membukanya ada mas Jeremy yang tengah berdiri sembari memamerkan senyum berkilau. Satu tangannya terangkat saat pria itu mengucapkan kalimat ‘selamat pagi’ untuk menyapa. Aku hanya mengangguk kecil karena masih sedikit canggung. Sebenarnya aku agak bingung mengapa mas Jeremy pagi pagi sekali sudah datang, tapi sebelum sempat aku bertanya pria itu menjelaskan bahwa ia ingin mengajak untuk berangkat bersama. Aku melongok ke arah belakang tubuhnya, mencari motornya yang biasa ia bawa saat bekerja. Tapi benda besi itu tak ada disana. Aku langsung mengernyit bingung. “Aku enggak bawa motor.” Ucap pria itu seolah bisa membaca pikiranku. “K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-23
Baca selengkapnya

33. Batas Kesabaran

Menjelang siang pengujung toko tak terlalu ramai. Lima menit lalu mas Jeremy pamit untuk makan siang lebih dulu dan jadilah aku menjaga lantai atas seorang diri. Sementara lantai bawah ada ms Rian dan juga mbak Shanty yang sepertinya tengah sibuk melayani beberapa anak SMP yang mencari reverensi buku kumpulan cerpen cerita rakyat. Di lantai dua ini pun aku lumayan sibuk kesana kemari karena pengunjung kali ini adalah dua orang anak sekolah dasar. Meskipun bersama orang tuanya dan aku sudah memberi arahan dimana tempat barang yang mereka perlukan namun tetap saja mereka terus menanyai tentang ini itu. Memang bukan hal baru pengunjung meminta pendapatku tentang pemilihan warna atau gambar pada sampul buku. Tapi biasanya jika aku sudah memberikan pendapatku mereka malah cenderung memilih yang sebaliknya. Kan aku jadi lumayan kesal. Tapi untunglah untuk kali ini anak anak kecil itu tak banyak menguras emosiku. Hanya terkadang malah berdebat kecil dengan ibunya yang memiliki tipe kesukaa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-24
Baca selengkapnya

34. Maaf

Setelah kejadian kemarin Adrian tak pernah datang lagi ke toko. Ia juga tak membalas pesanku apalagi mengangkat telepon. Dia seperti menghilang, ditelan bumi. Aku tak pernah menyangka ia akan menjauhiku seperti ini. Aku tau ia marah, mungkin juga sangat kecewa dengan sikaplu kemarin. Dan aku pun menyesal, sangat menyesal sampai rasanya ingin menangis. Aku tau aku sudah keterlaluan. Aku tau Adrian berhak mengabaikanku. Tapi aku ternyata tak sanggup untuk menanggung rasa bersalahku lebih lama. Ini tak sama seperti saat aku merasa bersalah pada mas Jeremy, kali ini beban yang mengganjal di dalam dada lebih besar dan jauh lebih berat. Mungkin karena aku memang pada dasarnya sadar bahwa disini akulah yang paling bersalah, meskipun sikap Adrian sangat menjengkelkan tapi tak seharusnya aku memperlakukan anak itu dengan kasar. Aku melempar barang pemberiannya tepat di depan matanya. Membuangnya tanpa perasaan. Aku tak mengerti mengapa kemarin aku sampai melakukan itu. Aku tak pernah se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-25
Baca selengkapnya

35. Backstreet

Perut sudah kenyang dan hubungan aku dan Adrian pun sudah kembali membaik. Anak itu sudah kembali banyak berceloteh. Sifatnya yang manjapun keluar dengan alami. Meminta ini itu dengan matanya yang terus bersinar memohon karena terkadang aku malas meladeninya. Tapi kali ini ia sudah mulai bisa menjaga sikap. Mulai menegerti untuk mengendalikan diri. Aku juga berkata bahwsa tak semua keinginannya bisa kuturuti. Jika menginginkan sesuatu berjalan dengan kemauannya ia juga harus berlatih untuk bersabar, ia tak boleh terus memelihara sifat pemaksanya. Aku juga memintanya agar berhenti mengumumkan tentang hubungan kami pada orang lain. Mulanya ia tak setuju tapi ketika aku memberinya pilihan untuk menurutiku atau putus akhirnya anak itu mau mengalah. “Jadi mbak maunya kita backstreet, gitu?” Adrian menatapku dengan alisnya yang berkerut hampir menyatu. Aku memasukan kentang goreng kedalam mulut sebelum mengangguk. “Kenapa sih, harus sembunyi-sembunyi segala? Aku kan pengen pamerin pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-26
Baca selengkapnya

36. Sakit

Setelah susah payah mencari keberadaan kuci kamar mas Jeremy yang semula entah berada dimana—kami sudah mengobrak abrik di semua tempat baik itu bawah karpet, pot bunga, kusen pintu, kolong meja bahkan sampai saluran got di depan kamar. Tapi tak ada. Aku bahkan hampir mengusulkan untuk membawa mas Jeremy ke dalam kosanku saja tapi Adrian langsung menolaknya keras. Ia tidak terima ada lelaki lain yang memasuki kamarku selain dirinya. Tidak tau saja bahwa kemarin mas suryo sudah lebih dulu melakukannya. Sebagai jalan terakhir, Adrian pun berinisiatif mendekat pada mas Jeremy yang kami dudukan di kursi depan kamar. Aku sempat bertanya karena penasaran apa yang akan ia lakukan, apalagi setelah itu Adrian terlihat meraba raba tubuh pria yang lebih tua. Baru saja aku akan memarahinya karena ia bersikap tak sopan lagi, tangannya sudah terangkat dengan sebuah benda mungil dari besi berada di genggaman. Anak itu tersenyum lebar. Senang karena merasa dirinya jenius dapat menemukan kunci yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-27
Baca selengkapnya

37. Menjaga

Semalam aku bergadang entah sanpai jam berapa. Bolak balik mengganti kompres dan mengecek suhu mas Jeremy yang tak juga turun. Aku sangat khawatir dengan kondisinya. Wajah pucat namun dahinya banyak mengeluarkan keringat. Mas Jeremy juga sering mengigau kedinginan di dalam tidurnya. Membuatku harus kembali pulang ke kamar kosku untuk mengambil selimut tambahan. Sempat berfikir untuk membawanya ke rumah sakit karena takut sakitnya semakin parah, namun segera kuurungkan begitu kurasakan suhu badannya berangsur turun beberapa saat kemudian. Mungkin efek obat penurun panasnya mulai bekerja. Cukup lega karena kondisi mas Jeremy yang mulai membaik, aku malah jatuh ketiduran. Dan baru terbangun di saat matahari sudah meninggi. Aku menggaruk leher sesaat setelah aku membuka mata. Kupandangi plafon putih yng berada tepat di atas kepala dengan pikiran yang masih linglung. Rasanya ada yang aneh, aku merasa tubuhku dalam keadaan baik baik saja, tak merasakan pegal sama sekali padahal semalam j
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-28
Baca selengkapnya

38. Rusak

Sampai di kosanku aku langsung mencuci beras untuk kumasak di rice cooker. Sambil menunggu nasinya matang, aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Baju baju kotor ku rendam lebih dulu di dalam ember, aku berencana mencucinya siang nanti saja. Lima belas menit kemudian aku keluar dari kamar mandi dengan sepotong handuk yang membalut tubuh. Aku berjalan kea rah lemari dan memilih pakain apa yang akan ku kenakan. Kaus tanpa lengan dengan celana training menjadi pilihanku pada akhirnya. Segera ku kenakan tanpa membuang waktu lagi. Nasi belum matang karena tadi aku memang memasak dalam jumlah yang lebih banyak. Aku kemudian melangkah kea rah meja dimana kompor kecilku berada. Dan aku cukup terkejut karena ternyata aku masih memiliki dua buah terong berukuran cukup besar. Dan seperti dugaanku, aku juga memilik beberapa butir telur yang aku beli beberapa hari kemarin. Terong kuambil dan kubawa menuju kamar mandi untuk mencucinya. Setelah itu kupotong potong dan di goreng. Sepert
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

39. Sembunyikan Aku

Aku membanting pintu dengan sekuat tenaga. Tangis bercucuran saat akhirnya aku bisa keluar dari ruangan penuh rasa sakit itu dan dilanjutkan berlari kecang. Jantungku berdebar dengan begitu kencang. Meski tubuh lemas dan kaki gemetaran aku tetap mengaynkan langkah untuk segera pergi dari sini. Aku takut seseorang yang sedang meringkuk di dalam sana bisa mengejarku dan menyereretku kembali. Aku tak mau. Aku takut. Tiba di belokan jalan, kakiku tersandung batu kerikil dan menyebabkan aku jatuh terguling. Rasa perih yang menyengat terasa di bagian siku. Aku yakin ada luka lecet yang cukup lebar disana. Namun semua itu kutepis begitu aku menoleh kebelakang. Meskipun taka da orang tetap saja rasa takut it uterus menhantuiku. Membuatku harus segera bangkit dan mengabaikan setiap luka yang mendera. Aku berlari dengan terpincang pincang. Tangisku pun masih sesenggukan. Saat sampai di depan kamar kosku, aku bisa melihat sebuah mobil hitam sudah terparkir di sana. Ketika pintunya terbu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-30
Baca selengkapnya

40. Perlindungan

Pintu sudah diketuk sejak tadi. Sementara aku dan mas Suryo hanya bisa beradu tatapan karena terserang panik. Jika sedang dalam keadaan kacau seperti ini biasanya otak akan macet dan susah diajak berkerja sama. Sementara kekasihku juga tak banyak membantu, malah makin membuatku pusing karena terus bergerak abstrak, mondar mandir, meremas remas tangan, kadang juga kejang leher. Yah, ada kalanya kelakuan pria itu memang aneh bin menggelikan. Aku hampir saja menjambak rambutku karena frustasi sebelum sebuah ide tiba-tiba terlintas di kepala. Aku langsung menarik lengan mas Suryo dan berbisik di telinganya. Setelah mendengar apa yang aku ucapkan tadi, pria itu langsung melesat menuju lemari. Mengobrak abrik isinya dengan brutal. Jika sedang dalam keadaan biasa aku pasti akan meneriakinya karena berani beraninya memberantaki lipatan bajuku. Tapi karena saat ini sedang gawat darurat, aku pun hanya bisa mendesah dengan pasrah sembari menepuk kening. Setelah menemukan satu kain yang dicari
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-31
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status