Share

40. Perlindungan

Author: Enie moors
last update Last Updated: 2024-10-31 09:12:34

Pintu sudah diketuk sejak tadi. Sementara aku dan mas Suryo hanya bisa beradu tatapan karena terserang panik. Jika sedang dalam keadaan kacau seperti ini biasanya otak akan macet dan susah diajak berkerja sama. Sementara kekasihku juga tak banyak membantu, malah makin membuatku pusing karena terus bergerak abstrak, mondar mandir, meremas remas tangan, kadang juga kejang leher. Yah, ada kalanya kelakuan pria itu memang aneh bin menggelikan.

Aku hampir saja menjambak rambutku karena frustasi sebelum sebuah ide tiba-tiba terlintas di kepala.

Aku langsung menarik lengan mas Suryo dan berbisik di telinganya. Setelah mendengar apa yang aku ucapkan tadi, pria itu langsung melesat menuju lemari. Mengobrak abrik isinya dengan brutal. Jika sedang dalam keadaan biasa aku pasti akan meneriakinya karena berani beraninya memberantaki lipatan bajuku. Tapi karena saat ini sedang gawat darurat, aku pun hanya bisa mendesah dengan pasrah sembari menepuk kening.

Setelah menemukan satu kain yang dicari
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   41. Hampir

    Matahari sudah sangat tinggi, menandakan hari mulai beranjak siang. Layar ponsel milik Adrian yang ditinggal di atas bangku menunjukan pukul sebelas. Panttas saja aku sudah kelaparan. Dari pagi aku belum sempat meemasukan satu suapun makanan ke dalam perut. Waktu membawakan sarapan untuk orang itu pun aku sama sekali tak sempat untuk mencicipinya. Untung saja tadi ada tukang batagor yang lewat di depan kamar kos. Adrian yang tak sengaja mendengar bunyi perutku yang keroncongan pun langsung menertawaiku—aku yang malu langsung menempeleng kepalanya—tapi setelah itu si bocah puber lantas bangkit untuk memesankan dua porsi pada bapak yang menjual batagor tadi. Aku menerima satu piring penuh jajanan itu saat Adrian datang dan mengucapkan terimakasih paling tulus yang pernah aku ucapkan pada lelaki itu. Adria hanya berdecak, tapi kemudian tertawa juga melihatku yang makan dengan lahap. Cacingku benar benar tak sabaran sih. Hanya membutuhkan beberapa menit sampai akhirnya jajanan itu lud

    Last Updated : 2024-11-01
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   42. Trauma

    “Suara apa itu Mbak?” “Uh, enggak tau…” aku meneguk ludah. “Ayo samperin. Taktnya ada maling masuk kamar.” Aku langsung panik. Adrian yang sudah semangat meringkus pelaku pembuat keributan di dalam sana segera kutahan lengannya. “Enggak usah, Dri. Palingan itu kucing.” “Tapi mbak kayaknya taddu aku kayak denger suara orang bilang aduh. Enggak mungkin ada kucing bisa ngomong kayak gitu.” Aku menggeleng keras. “Kamu pasti salah denger!” “Enggak, Mbak. Aku yakin itu—“ suara dering telepon menginterupsi. Aku langsung mengucap syukur di dalam hati dan bisa bernafas lega begitu Adrian merogoh kantungnya dimana ponsel miliknya bergetar getar. “Ini ngapain sih kokoh pake telepon segala? Ck” anak itu menggerutu. Ingin mengabaikan telepon itu dengan mengusap icon merah namun aku langsung mencegahnya. Masa telepon kakak sendiri di rijek begitu. Enggak sopan sama orang tua nih anak. “Jawab aja, Dri. Siapa tau penting.” Mengehembuskan nafas dengan kasar Adrian akhirnya menuru

    Last Updated : 2024-11-02
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   43. Bawa Aku pergi

    Aku meringkuk di atas pangkuan mas Suryo yang terus menggumamkan kata maaf. Wajah sembab terbenam di lehernya yang kini sudah basah oleh air mataku. Isakan isakan lirih keluar bersamaan nafas yang terhembus dengan tersendat. Dadaku rasanya sesak sekali, sepeti ditidihi batu besar. Bayangan orang itu masih belum sepenuhnya hilang. Meskipun aku dipeluk erat oleh kekasihku sendiri tapi rasa takut itu tak juga mau pergi. Ia seperti hantu yang bergentayangan mengganggu pikiranku. Membuat hatiku terus dilanda gelisah karena pikiran buruk selalu datang sewaktu waktu. Aku merasa buruk karena aku tak bisa mencegah otaku untuk mememutar kembali kejadian tadi pagi. Bagaimana orang itu menciumku. Bagaimana tangannya berlari kesana kemari merabaku. Bagamana tatapannya yang menakutkan, sentuhannya yang membuatku gemetaran. Ia bukanlah lagi pria baik yang selama ini kukenal. Ia adalah monster yang ingin mencabikku menjadi serpihan. Ia menyakitiku. Ia mengecewakanku dengan sangat buruk. Aku sung

    Last Updated : 2024-11-03
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   44. Jangan Pernah Berubah

    Aku terduduk sendirian sembari menatap jendela yang tak tertutup tirai. Mas suryo bilang sekarang kami berada di sebuah penginapan milik temannya yang terletak tak jauh dari tepi pantai. Dan aku baru menyadarinya bahwa samar samar aku bisa mendengar debuaran ombak. Itu membuatku sangat antusias karena ingin cepat cepat bisa bermain pasir. Memijakkan kakiku pada butiran halus itu dan tertawa menhindari terjangan air yang mencoba menjilati telapak kaki. Tapi tentu saja aku tak bisa melakukannya sekarang. Bukan hanya karena keadaan sudah malam, tapi juga karena kondisi tubuhku sendiri yang masih penuh dengan beberapa luka. Sebenarnya bengkak di kakiku yang terkilir sudah tak terlalu parah seperti tadi siang. Itu karena mas Suryo sudah memijitnya tadi. Ia mengoleskan banyak minyak urut dan juga membalurkan salep di tiap lukaku yang mulai membaik. Semoga saja bisa cepat sembuh agar aku bisa bersenang senang di pantai besok tanpa perlu merepotkan orang lain untuk membantuku bergerak. Aku

    Last Updated : 2024-11-04
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   45. Dicuekin

    Pagi harinya aku terbangun seorang diri. Kasur di sampingku kosong dan terasa dingin, sepertinya mas Suryo sudah lama terbangun dan pergi. Aku mendesah kecil, merasa sedikit kecewa karena pria itu pergi begitu saja tanpa membangunkanku. Padahal ini pertama kalinya kami menginap dan tertidur dalam satu ranjang semalaman. Aku menyibakan selimut, meneliti pergelangan kakiku yang ternyata sudah tak membengkak. Luka di lututku pun sudah mulai mongering. Aku kemudian mencoba menapak di lantai, dan saat aku mulai berdiri aku merasa kakiku sudah jauh lebih baik dari kemarin. Sepertinya aku sudah bisa berjalan tanpa bantuan orang lain meskipun masih sedikit pincang. Beranjak turun dari hangatnya ranjang aku melangkahkan kakiku menuju pintu keluar. Berniat untuk mencari mas suryo yang entah ada di mana. Tangan meraih gagang pintu dan membukanya. Pemandangan dari luar kamar yang langsung menghadap pada pekarangan hijau membuatku lumayan terpesona. Di depanku itu ada sebuah lahan luas yang b

    Last Updated : 2024-11-05
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   46. Hukuman

    Aku menggeser icon hijau dan mendekatkan ponsel ke telinga. Suara Adrian yang lumayan berat khas lelaki puber langsung terdengar menyapa. Sepertinya suasana pemuda itu sedang tak begitu baik karena nada suaranya sedikit lesu. Mungkinkah kondisi neneknya memburuk? “Nenek kamu gimana keadaanya sekarang, Dri?” aku menanyakan apa yang dari tadi mengganjal di pikiran. Kudengar di seberang sana Adrian mendesah pelan. Sepertnya kondisi neneknya memang buruk. “Sekarang masih kritis, Mbak,” jawabnya setengah lemas. “Semua anggota keluarga udah pada kumpul dari kemarin, dokter bilang nenek udah enggak punya banyak waktu.” jantungku rasanya ikut teremas mendengar kabar sedih itu. “Kamu yang sabar ya, Dri. Mungkin ini yang terbaik buat nenek kamu.” Andai ia ada di dekatku sekarang pasti sudah kupeluk agar pemuda itu bisa lebih kuat menghadapi cobaan ini. Bagaimanapun kehilangan salah satu anggota keluarga pasti akan terasa sangat berat dan menyedihkan. Adrian menggumam pelan,”Doain ya, Mbak

    Last Updated : 2024-11-06
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   47. Menikah

    Aku baru saja selesai membersihkan diri dan keluar dari balik pintu kamar mandi saat kulihat mas suryo berjalan dan duduk di atas ranjang. Di tangannya ada sebungkus siomay yang sudah terbuka ujungnya. Itu adalah miliku dan aku membiarkannya memakannya. Aku tak marah karena aku yakin jajanan itu pasti sudah dingin. Melangkah perlahan dan ikut mendudukan diri disampingnya, aku tak tau mengapa sekarang aku merasa begitu canggung. Aku tau mas suryo sempat melirikku tapi bibirnya tetap diam. Hanya terus menggerakan giginya untuk mengunyah makanan dari adonan aci tersebut. Kecapan lidahnya yang berisik membuatku mengernyit. Ia sedang berusaha membuatku jijik atau bagaimana? Kenapa harus makan seperti itu, tolonglah itu hanya sebuah siomay, bukan daging steak yang sudah jelas mahal dan super duper lezat. “Mas,” panggilku saat pria it uterus mengunyah dengan lebaynya. Mas suryo hanya berdeham, mata tak pernah lepas dari layar tv yang menyala. Sebuah kartun kambing lucu sedang ditayangkan

    Last Updated : 2024-11-07
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   48. Sah

    Aku setuju. Ada banyak keraguan dan rasa takut di hati namun aku mencoba menepikannya dan lebih memprioritaskan kebahagiaan mas Suryo. Kami telah membahas tentang sebuah pernikahan sejak lama. Sebelumnya aku selalu menolak, aku merasa kami masih bisa menunggu sebentar lagi untuk ia bisa menceraikan istrinya. Tapi tidak, ternyata waktu yang terus bergulir tidaklah sebentar. Kami harus menunggu selama berbulan bulan namun sama sekali tak ada kemajuan. Mbak Melinda masih kekeuh untuk tak mau berpisah. Dan mas suryo juga tak bisa mengajukan gugatan. Keluarganya akan menghakiminya jika ia menceraikan wanita itu tanpa sebab. Memiliki istri mandul belum cukup untuknya menjatuhkan talak. Melinda memiliki semua dukungan dari kedua orang tuanya. Ia sangat disayangi oleh sang ibu. Mungkin melebihi rasa sayang kepada anak kandungnya sendiri malah. Entah apa yang sudah ia lakukan sampai mendapatkan cinta sebanyak itu dari orang tuanya. Oleh sebab itulah mas suryo hanya bisa menunggu untuk mbak

    Last Updated : 2024-11-08

Latest chapter

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   104. Melemahnya Pertahanan

    Sudah pukul sepuluh malam ketika aku tiba di depan sebuah rumah yang lampunya masih terang benderang. Dihalaman yang tak seberapa luas itu terparkir sebuah mobil hitam mengkilat. aku tak hafal dengan plat nomornya, tapi aku punya dugaan kuat siapa pemiliknya. Turun dari sepeda yang kucuri dari kediaman utama pratama, aku berdiri sejenak untuk mengamati keadaan. Sunyi, karena memang rumah ini cukup jauh dari tetangga lain. Aku menghela nafas. Sesungguhnya aku belum memiliki rencana apapun. Tapi aku sudah di sini. Naluriku berkata aku harus ke sini. Aku yakin aku akan mendapatkan sesuatu malam ini di sini. Memantapkan hati aku pun mengetuk pintu, cukup lama aku menunggu hingga pintu akhirnya terbuka menampilkan sosok mbak Retno yang terkaget kaget melijatku berdiri dihadapannya. "Sufi!" Aku tak peduli dengan ia yang seperti hampir kena seramgan jantung, segera saja aku mendorong tubuhnya untuk menyi gkir dari ambang pi tu dan masuk ke dalam rumahnya begitu saja. Aku memgedarkan

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   103. Persekongkolan Busuk

    " Belum tidur, Yang?" Aku mengalihkan mataku dari pemandangan gelapnya malam dibalik jendela kaca ketika kudengar mas suryo memasuki kamar. Pria tampan itu kini terlihat lusuh. Kemeja yang ia kenakan dari siang masih ia pakai padajal sudah lecek dan kusut. Sinar wajahnya begitu lelah. Sepertinya obrolan panjang duamiku bersama ayah dan beberapa orang penting di kelurahan cukup alot dan banyak memguras energinya. Ia yang biasanya penuh dengan semangat pun kini hanya bisa terduduk diranjang dengan lesu. "Maaf ya, mas. Aku nggak bisa bantuin apa-apa." Aku mendekatinya dan duduk berhadaoan. "Aku cuma bisa bikin kekacauan." "Sst, sudah beraoa aku bilang sih sayang, ini semua bukan salah kamu." Ia berucap lembut sembari merengkuhku dalam oelukan. "Kamu jangan mikir yang macam-macam. Mas bakalan jagain kamu, nggak bakalan bikin kamu kenapa kenapa. Semuanya bakal mas beresin seceoatnya. " Aku mengangguk, makin merangsek dalam pelukannya yang hangat. "Aku percaya kamu, mas." "Kita bisa

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   102. Jaga Jarak Aman

    Sebenarnya ada apa? Apa yang sedang terjadi?Aku meremas jemariku dengan hati gekisah. Mas suryo masih bungkam namun dari raut wajahnya yang tegang aku tau bahwa semuanya tidak baik baik saja.Siapa yang menghubunginya tadu? Kabar apa yang diterimanya? Sebegitu buruk ya kah sampai suamiku terguncang seperti ini?"Mas?"Tak sanggup menahan diri lebih lama dalam keterdiaman, akuoun memecah kesunyian yang mencekam itu dengan memanggilnya pelan. "Sebenarnya ada apa?" Aku memegang oengannya lembut.Mas suryo menoleh. Dari raut wajahnya aku tau pikirannya kini tengah berkecamuk."Nanti, yang..." Ia balas menggenggam jemariku, menyalurkan kekuatan. " Nanti aku jelasin semuanya. Yang pentingbkita harus pergi ke tempat yang aman duku."Meskipun belum cukup puas karena beoum mendapatkan jawaban yang aku inginkan namun sekarang aku hanya bisa menurutinya. Aku harus menahan diri dan bersabar sebentar.Tak lama berkendara aku akhirnya tau kemana mas suryo membawaku. Itu adalah kediam utama kedua

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   101. Semua Orang Akhirnya Tau

    hari ini aku bangun dengan tubuh super lemas. Bedanya, kemarin karena aku digemour habis habisan olehas suryo semalaman suntuk, sementara hari ini entah katena apa. Mungkin aku sedang tak enak badan, kena gejala fDualu, atau masuk angin, entahlah. Yang jelas, saat aku terbangun aku sudah tak memikiki energi. Mulutku terasa pahit, mual juga masih sering hilang timbul. Udaea pegunungan yang biasanya kurasakan segar malah kini membuat tububku memggigil bak orang pesakitan. Aneh sekali...aneh... "Makan duku ya? Dari kemarin kamu belum makan yang?" Mas suryo menyendokan sop hangat yang kutolak mentah-mentah. Aku caoek mencoba menelan apapun karena nantina akan kumuntahkan juga semuanya. Lebih baik tak makan saja sekalian walaupun jadinya oemas begimi. "Dikit aja, sayang. Kalo iamu kayak gini terus kaoan sembuhnya?" "Tapi aku mual," aku menatap mas suryo dengan mata berkaca akaca. Mas suryo menghela nafas oanjang, lelah juga mu gkin menghadapiku yang dalam mode keras kepala. "Atau ma

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   99. Selayaknya Gejala

    Aku mengerjap dan menghela nafas panjang begitu mendengar mas suryo terus terusan bergerak gelisah di belakang. Ini sudah hampir tengah malam, waktunya untuk terlelap namun pria besar itu dari tadi belum juga mau tidur. Aku yang sudah sangat mengantuk karena seharian lelah jalan-jalan kesana kemari pada akhirnya jadi terganggu oleh tingkah polah suamikuyang entah sedang kesurupan apa sampai tak mau diam bagai cacing kepanasan. "Kenapa sih mas? " Aku yang jengah dengan sikap suamiku pun membalikan badan untuk berbaring menghadapnya. Mas Suryo terkejut. Ia mengerjap beberapa kali sebelum merangsek mendekat. Entah mengapa setelah itu ia beberapa kali kedapatan menghela nafas panjang seolah sedang menenangkan diri. Suamiku ini kenapa sih? "Kenapa bangun? Udah tidur aja gih, " ujarnya singkat. Tangannya mengelus pipiku dengan lembut. Jakunnya naik turun seperti kesusahan menelan air liur. Sikapnya ini benar benar aneh. Apa mas Suryo tengah menyembunyikan sesuatu? "Gimana mau tidur

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   98. strawberry

    Tubuhku remuk. Semuanya terasa sakit sekali sampai rasanya aku tak mampu bergerak sedikitpun dari kasur. pergulatan kami semalam sungguh menguras energiku sampai tak bersisa. bahkan mungkin aku harus bersyukur dengan kenyataan tak sampai jatuh pingsan, walapun tentu saja terbaring lemah seperti ini pun sangat menyiksa. "Sarapan dulu, Yang." Aku menoleh penuh kemalasan ketika Mas Suryo memasuki kamar dengan membawa dua mangkuk bubur ayam dan teh hangat. Melihat lelaki itu yang sudah rapi menggunakan stelan kasual, segar bugar dan bahkan wajahnya begitu bercahaya membuatku mendengsus. Tiba tiba saja aku merasa jengkel sendiri. Kenapa suamiku bagai baru disuntik satu ton vitamin sementara keadaanku layaknya korban yang habis hanyut terkena banjir bandang begini sih. "Kenapa lagi? Kok malah cemberut?" Ia duduk di sampingku yang masih rebahan. Tangannya mengelusi wajah yang luar biasa lusuh. "Ya gara gara siapa badanku remuk kaya habis ditabrak gerobak!" Bukannya menyesal mas Su

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   97. Meledak Nikmat

    Tak mendapatkan respon positif seperti yang aku bayangkan sebelumnya--bahwa Mas Suryo akan senang melihatku berpakaian minim--aku yang cukup kecewa akhirnya hanya bisa menunduk setelah mencelupkan diri pada air kolam. Kepulan uap hangat terangkat ke udara, menciptakan kabut tipis di antara udara pegunungan yang dingin. Aku duduk di samping suamiku yang terus terdiam. Di antara kami ada jarak, tak terlalu lebar memang, namun tetap saja aku merasa sedih karena Mas Suryo benar-benar tak menanggapi dengan antusias usahaku untuk menyenangkannya. Apa sekarang ia berpikir aku norak? Apa kain kurang bahan yang kupakai ini sangat jelek sehingga dia bahkan tak berniat melirikku? Apa aku terlihat murahan? Tapi dia suamiku. Bukankah hal yang wajar memakai pakaian seksi di depan suami? Apakah sebenarnya ia tak suka jika pasangannya berlaku agresif seperti ini? Apa aku sudah berlebihan? "Mas? " Aku memanggil dengan lirih. Menautkan jemari dan meliriknya yang sekarang seolah menjelma jadi patu

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   96. Honeymoon Dadakan

    Aku menatap takjub sekelilingku yang menampilkan pemandangan dari ketinggian. Dari sini aku bisa melihat rumah-rumah di bawah sana terlihat begitu kecil. Di bawah payung lebay yang menaungi kami dari terik matahari, aku dan Mas Suryo rehat sejenak setelah menempuh perjalanan panjang. Ia bilang penginapan yang kami tuju masih setengah jam lagi sampai. Karena hari sudah siang dan kami merasa lapar, kami pun akhirnya mampir dan memesan satu set nasi rames di warung pinggir jalan. Jalanan cukup ramai karena ini memang sedang masanya libur panjang. Banyak orang dari berbagai kota yang datang ke daerah pegunungan ini untuk melepas penat. Pemandangan serba hijau ini tentunya sangat tepat untuk dijadikan penyegar mata. Menyeruput teh hangat, aku menyendok menu makan siangku dengan riang. Di hadapanku Mas Suryo sedang mengunyah setusuk sate kambing, nasi ramesnya sudah lebih dulu ia habiskan sejak tadi. Seperti biasa, perutnya yang seperti karet itu tak akan kenyang sebelum dijejali seti

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   95. Diledek Habis-Habisan

    Aku menggeliat kecil dan membuka mata. Meraba bawah bantal dan menemukan ponsekku berada. Sudah hampir pukul setengah lima pagi. Menoleh ke samping, aku menemukan Mas Suryo yang masih terlelap. Ia tidur dalam posisi tengkurap hingga punggungnya yang lebar dan polos terpampang nyata pada dunia. Mengguncang bahunya beberapa kali, aku kemudian berbisik lirih di dekat telinganya. "Mas, bangun. Udah mau subuh. Mandi yuk. "Pria itu hanya menggeliat. Matanya enggan terbuka. Aku terkekeh kecil dan dengan sabar memberikan beberapa kecupan di pipinya. "Mas... Ayo bangun.""Ngantuk, Yang.... Hngggg. " Kini pria itu bergerak telentang. Aku menunggu hingga akhirnya matanya perlahan terbuka sebelum beringsut dan memberinya satu kecupan lagi tepat di rahangnya yang tegas. "Yuk, mandi sekarang. Mumpung masih sepi. "Ia menolehkan kepala padaku sebentar sebelum mengangguk. Tapi sebelum benar-benar bangkit, tangannya lebih dulu terulur meraih pinggangku mendekat hingga tubuh kami yang masih polos d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status