Share

42. Trauma

“Suara apa itu Mbak?”

“Uh, enggak tau…” aku meneguk ludah.

“Ayo samperin. Taktnya ada maling masuk kamar.”

Aku langsung panik. Adrian yang sudah semangat meringkus pelaku pembuat keributan di dalam sana segera kutahan lengannya.

“Enggak usah, Dri. Palingan itu kucing.”

“Tapi mbak kayaknya taddu aku kayak denger suara orang bilang aduh. Enggak mungkin ada kucing bisa ngomong kayak gitu.”

Aku menggeleng keras.

“Kamu pasti salah denger!”

“Enggak, Mbak. Aku yakin itu—“ suara dering telepon menginterupsi. Aku langsung mengucap syukur di dalam hati dan bisa bernafas lega begitu Adrian merogoh kantungnya dimana ponsel miliknya bergetar getar.

“Ini ngapain sih kokoh pake telepon segala? Ck” anak itu menggerutu. Ingin mengabaikan telepon itu dengan mengusap icon merah namun aku langsung mencegahnya. Masa telepon kakak sendiri di rijek begitu. Enggak sopan sama orang tua nih anak.

“Jawab aja, Dri. Siapa tau penting.”

Mengehembuskan nafas dengan kasar Adrian akhirnya menuru
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status