Share

43. Bawa Aku pergi

Penulis: Enie moors
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-03 12:25:13

Aku meringkuk di atas pangkuan mas Suryo yang terus menggumamkan kata maaf. Wajah sembab terbenam di lehernya yang kini sudah basah oleh air mataku. Isakan isakan lirih keluar bersamaan nafas yang terhembus dengan tersendat. Dadaku rasanya sesak sekali, sepeti ditidihi batu besar.

Bayangan orang itu masih belum sepenuhnya hilang. Meskipun aku dipeluk erat oleh kekasihku sendiri tapi rasa takut itu tak juga mau pergi. Ia seperti hantu yang bergentayangan mengganggu pikiranku. Membuat hatiku terus dilanda gelisah karena pikiran buruk selalu datang sewaktu waktu.

Aku merasa buruk karena aku tak bisa mencegah otaku untuk mememutar kembali kejadian tadi pagi. Bagaimana orang itu menciumku. Bagaimana tangannya berlari kesana kemari merabaku. Bagamana tatapannya yang menakutkan, sentuhannya yang membuatku gemetaran. Ia bukanlah lagi pria baik yang selama ini kukenal. Ia adalah monster yang ingin mencabikku menjadi serpihan.

Ia menyakitiku.

Ia mengecewakanku dengan sangat buruk. Aku sung
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   44. Jangan Pernah Berubah

    Aku terduduk sendirian sembari menatap jendela yang tak tertutup tirai. Mas suryo bilang sekarang kami berada di sebuah penginapan milik temannya yang terletak tak jauh dari tepi pantai. Dan aku baru menyadarinya bahwa samar samar aku bisa mendengar debuaran ombak. Itu membuatku sangat antusias karena ingin cepat cepat bisa bermain pasir. Memijakkan kakiku pada butiran halus itu dan tertawa menhindari terjangan air yang mencoba menjilati telapak kaki. Tapi tentu saja aku tak bisa melakukannya sekarang. Bukan hanya karena keadaan sudah malam, tapi juga karena kondisi tubuhku sendiri yang masih penuh dengan beberapa luka. Sebenarnya bengkak di kakiku yang terkilir sudah tak terlalu parah seperti tadi siang. Itu karena mas Suryo sudah memijitnya tadi. Ia mengoleskan banyak minyak urut dan juga membalurkan salep di tiap lukaku yang mulai membaik. Semoga saja bisa cepat sembuh agar aku bisa bersenang senang di pantai besok tanpa perlu merepotkan orang lain untuk membantuku bergerak. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   45. Dicuekin

    Pagi harinya aku terbangun seorang diri. Kasur di sampingku kosong dan terasa dingin, sepertinya mas Suryo sudah lama terbangun dan pergi. Aku mendesah kecil, merasa sedikit kecewa karena pria itu pergi begitu saja tanpa membangunkanku. Padahal ini pertama kalinya kami menginap dan tertidur dalam satu ranjang semalaman. Aku menyibakan selimut, meneliti pergelangan kakiku yang ternyata sudah tak membengkak. Luka di lututku pun sudah mulai mongering. Aku kemudian mencoba menapak di lantai, dan saat aku mulai berdiri aku merasa kakiku sudah jauh lebih baik dari kemarin. Sepertinya aku sudah bisa berjalan tanpa bantuan orang lain meskipun masih sedikit pincang. Beranjak turun dari hangatnya ranjang aku melangkahkan kakiku menuju pintu keluar. Berniat untuk mencari mas suryo yang entah ada di mana. Tangan meraih gagang pintu dan membukanya. Pemandangan dari luar kamar yang langsung menghadap pada pekarangan hijau membuatku lumayan terpesona. Di depanku itu ada sebuah lahan luas yang b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   46. Hukuman

    Aku menggeser icon hijau dan mendekatkan ponsel ke telinga. Suara Adrian yang lumayan berat khas lelaki puber langsung terdengar menyapa. Sepertinya suasana pemuda itu sedang tak begitu baik karena nada suaranya sedikit lesu. Mungkinkah kondisi neneknya memburuk? “Nenek kamu gimana keadaanya sekarang, Dri?” aku menanyakan apa yang dari tadi mengganjal di pikiran. Kudengar di seberang sana Adrian mendesah pelan. Sepertnya kondisi neneknya memang buruk. “Sekarang masih kritis, Mbak,” jawabnya setengah lemas. “Semua anggota keluarga udah pada kumpul dari kemarin, dokter bilang nenek udah enggak punya banyak waktu.” jantungku rasanya ikut teremas mendengar kabar sedih itu. “Kamu yang sabar ya, Dri. Mungkin ini yang terbaik buat nenek kamu.” Andai ia ada di dekatku sekarang pasti sudah kupeluk agar pemuda itu bisa lebih kuat menghadapi cobaan ini. Bagaimanapun kehilangan salah satu anggota keluarga pasti akan terasa sangat berat dan menyedihkan. Adrian menggumam pelan,”Doain ya, Mbak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   47. Menikah

    Aku baru saja selesai membersihkan diri dan keluar dari balik pintu kamar mandi saat kulihat mas suryo berjalan dan duduk di atas ranjang. Di tangannya ada sebungkus siomay yang sudah terbuka ujungnya. Itu adalah miliku dan aku membiarkannya memakannya. Aku tak marah karena aku yakin jajanan itu pasti sudah dingin. Melangkah perlahan dan ikut mendudukan diri disampingnya, aku tak tau mengapa sekarang aku merasa begitu canggung. Aku tau mas suryo sempat melirikku tapi bibirnya tetap diam. Hanya terus menggerakan giginya untuk mengunyah makanan dari adonan aci tersebut. Kecapan lidahnya yang berisik membuatku mengernyit. Ia sedang berusaha membuatku jijik atau bagaimana? Kenapa harus makan seperti itu, tolonglah itu hanya sebuah siomay, bukan daging steak yang sudah jelas mahal dan super duper lezat. “Mas,” panggilku saat pria it uterus mengunyah dengan lebaynya. Mas suryo hanya berdeham, mata tak pernah lepas dari layar tv yang menyala. Sebuah kartun kambing lucu sedang ditayangkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   48. Sah

    Aku setuju. Ada banyak keraguan dan rasa takut di hati namun aku mencoba menepikannya dan lebih memprioritaskan kebahagiaan mas Suryo. Kami telah membahas tentang sebuah pernikahan sejak lama. Sebelumnya aku selalu menolak, aku merasa kami masih bisa menunggu sebentar lagi untuk ia bisa menceraikan istrinya. Tapi tidak, ternyata waktu yang terus bergulir tidaklah sebentar. Kami harus menunggu selama berbulan bulan namun sama sekali tak ada kemajuan. Mbak Melinda masih kekeuh untuk tak mau berpisah. Dan mas suryo juga tak bisa mengajukan gugatan. Keluarganya akan menghakiminya jika ia menceraikan wanita itu tanpa sebab. Memiliki istri mandul belum cukup untuknya menjatuhkan talak. Melinda memiliki semua dukungan dari kedua orang tuanya. Ia sangat disayangi oleh sang ibu. Mungkin melebihi rasa sayang kepada anak kandungnya sendiri malah. Entah apa yang sudah ia lakukan sampai mendapatkan cinta sebanyak itu dari orang tuanya. Oleh sebab itulah mas suryo hanya bisa menunggu untuk mbak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   49. Suami-Istri

    Setelah berterima kasih dan memberikan beberapa bingkisan untuk keluarga sang kyai yang telah begitu baiknya bersedia menjad penghulu di pernikahan kami, aku dan mas Suryo pun pamit. Mengajak mas Irfan turut serta untuk sekedar merayakan secara kecil kecilan sebagai wujud syukur dilancarkannya hajat kami hari ini. Beriringan mengendarai mobil menuju sebuah restoran yang cukup mewah, mas Suryo membawa kami menuju sebuah meja yang sudah ia pesan beberapa jam sebelumnya. Sepanjang acara makan malam itu aku tak pernah melepaskan genggaman tanganku padanya. Takut jika sedetik saja terlepas aku akan terbangun dan menganggap ini hanyal mmp. Aku berkali kali menampar diri dalam hati bahwa ini adalah kenyataan. Bahwa aku dan mas suryo sudah benar benar menikah. Kami sudah sah secara agama. Dia sudah menjadi suamku, dan aku telah menjadi istrinya. Mengingat status menakjubkan itu membuatku selalu merasa ingin menangis karena haru. Kami telah melewati banyak hal untuk sampa ditahap ini. Dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   50. Pagi-Pagi Ambyar

    Kami sampai di kosan saat malam sudah sangat larut. Dan nyatanya kami tak jadi melanjutkan apa yang telah kami lakukan di dalam mobil beberapa saat lalu di area parkir restoran. Mas suryo pun tak memintanya, ia hanya terus menggelendot manja di pundakku dan menciumiku bertubi tubi sebelum akhirnya jatuh tertidur. Mungkin ia kelelahan karena seharian ini kami sangat sibuk mempersiapkan pernikahan kami yang begitu mendadak. Aku menatapi wajahnya yang terlelap dalam damai. Menyusuri tiap garis yang membentuk sebuah pahatan maha karya ciptaan tuhan yang begitu rupawan. Aku terus dibuat terpesona dengan struktur tulang yang terbentuk dengan indah pada wajah itu. Bagaimana alisnya yang tebal menaungi sepasang matanya yang lebar dan memikat saat terbuka. Bagaimana hidungnya yang tinggi seperti menara, bagaimana rahangnya yang tajam, bibirnya yang tebal dan berwarna merah layaknya kelopak mawar, begitu lembut saat kusentuh dengan bibirku. Bagaimana jakunnya…ooh, akhirnya aku bisa menyent

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   51. Berharap, Bersiap

    Aku baru saja selesai berganti baju dengan seragam di ruang loker saat tiba tiba sosok yang paling ingin aku hindari datang menghadang. Dadaku masih diliputi begitu banyak amarah bila melihat wajahya, apalagi jika mengingat apa yang telah ia lakukan padaku tempo hari. Aku tak pernah merasa sebenci ini pada seseorang di dalam hidupku. Sangat benci sampai rasanya aku ingin memukulnya, atau mencakarnya, atau bahkan membunuhnya dengan tanganku sendiri. Tapi tentu saja aku tak akan melakukan perbuatan keji itu. Setidaknya aku masih memiliki hati. “Fi,” Aku mundur dua langkah saat mas Jeremy maju untuk mendekat. Tangannya yang terulur dan mencoba menggapaiku terhenti di udara begitu aku menggeleng keras. “Pergi.” Aku berpaling. Demi tuhan, aku benar benar tak ingin melihat orang ini lagi. Tidak sekarang saat aku masih diliputi ketakutan dan juga kebencian yang hampir membuatku gila. “Fi, aku Cuma mau minta maaf …” Suaranya terdengar memohon. Begitu memelas. Aku tak bisa melihat eksp

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11

Bab terbaru

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   102. Jaga Jarak Aman

    Sebenarnya ada apa? Apa yang sedang terjadi?Aku meremas jemariku dengan hati gekisah. Mas suryo masih bungkam namun dari raut wajahnya yang tegang aku tau bahwa semuanya tidak baik baik saja.Siapa yang menghubunginya tadu? Kabar apa yang diterimanya? Sebegitu buruk ya kah sampai suamiku terguncang seperti ini?"Mas?"Tak sanggup menahan diri lebih lama dalam keterdiaman, akuoun memecah kesunyian yang mencekam itu dengan memanggilnya pelan. "Sebenarnya ada apa?" Aku memegang oengannya lembut.Mas suryo menoleh. Dari raut wajahnya aku tau pikirannya kini tengah berkecamuk."Nanti, yang..." Ia balas menggenggam jemariku, menyalurkan kekuatan. " Nanti aku jelasin semuanya. Yang pentingbkita harus pergi ke tempat yang aman duku."Meskipun belum cukup puas karena beoum mendapatkan jawaban yang aku inginkan namun sekarang aku hanya bisa menurutinya. Aku harus menahan diri dan bersabar sebentar.Tak lama berkendara aku akhirnya tau kemana mas suryo membawaku. Itu adalah kediam utama kedua

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   101. Semua Orang Akhirnya Tau

    hari ini aku bangun dengan tubuh super lemas. Bedanya, kemarin karena aku digemour habis habisan olehas suryo semalaman suntuk, sementara hari ini entah katena apa. Mungkin aku sedang tak enak badan, kena gejala fDualu, atau masuk angin, entahlah. Yang jelas, saat aku terbangun aku sudah tak memikiki energi. Mulutku terasa pahit, mual juga masih sering hilang timbul. Udaea pegunungan yang biasanya kurasakan segar malah kini membuat tububku memggigil bak orang pesakitan. Aneh sekali...aneh... "Makan duku ya? Dari kemarin kamu belum makan yang?" Mas suryo menyendokan sop hangat yang kutolak mentah-mentah. Aku caoek mencoba menelan apapun karena nantina akan kumuntahkan juga semuanya. Lebih baik tak makan saja sekalian walaupun jadinya oemas begimi. "Dikit aja, sayang. Kalo iamu kayak gini terus kaoan sembuhnya?" "Tapi aku mual," aku menatap mas suryo dengan mata berkaca akaca. Mas suryo menghela nafas oanjang, lelah juga mu gkin menghadapiku yang dalam mode keras kepala. "Atau ma

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   99. Selayaknya Gejala

    Aku mengerjap dan menghela nafas panjang begitu mendengar mas suryo terus terusan bergerak gelisah di belakang. Ini sudah hampir tengah malam, waktunya untuk terlelap namun pria besar itu dari tadi belum juga mau tidur. Aku yang sudah sangat mengantuk karena seharian lelah jalan-jalan kesana kemari pada akhirnya jadi terganggu oleh tingkah polah suamikuyang entah sedang kesurupan apa sampai tak mau diam bagai cacing kepanasan. "Kenapa sih mas? " Aku yang jengah dengan sikap suamiku pun membalikan badan untuk berbaring menghadapnya. Mas Suryo terkejut. Ia mengerjap beberapa kali sebelum merangsek mendekat. Entah mengapa setelah itu ia beberapa kali kedapatan menghela nafas panjang seolah sedang menenangkan diri. Suamiku ini kenapa sih? "Kenapa bangun? Udah tidur aja gih, " ujarnya singkat. Tangannya mengelus pipiku dengan lembut. Jakunnya naik turun seperti kesusahan menelan air liur. Sikapnya ini benar benar aneh. Apa mas Suryo tengah menyembunyikan sesuatu? "Gimana mau tidur

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   98. strawberry

    Tubuhku remuk. Semuanya terasa sakit sekali sampai rasanya aku tak mampu bergerak sedikitpun dari kasur. pergulatan kami semalam sungguh menguras energiku sampai tak bersisa. bahkan mungkin aku harus bersyukur dengan kenyataan tak sampai jatuh pingsan, walapun tentu saja terbaring lemah seperti ini pun sangat menyiksa. "Sarapan dulu, Yang." Aku menoleh penuh kemalasan ketika Mas Suryo memasuki kamar dengan membawa dua mangkuk bubur ayam dan teh hangat. Melihat lelaki itu yang sudah rapi menggunakan stelan kasual, segar bugar dan bahkan wajahnya begitu bercahaya membuatku mendengsus. Tiba tiba saja aku merasa jengkel sendiri. Kenapa suamiku bagai baru disuntik satu ton vitamin sementara keadaanku layaknya korban yang habis hanyut terkena banjir bandang begini sih. "Kenapa lagi? Kok malah cemberut?" Ia duduk di sampingku yang masih rebahan. Tangannya mengelusi wajah yang luar biasa lusuh. "Ya gara gara siapa badanku remuk kaya habis ditabrak gerobak!" Bukannya menyesal mas Su

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   97. Meledak Nikmat

    Tak mendapatkan respon positif seperti yang aku bayangkan sebelumnya--bahwa Mas Suryo akan senang melihatku berpakaian minim--aku yang cukup kecewa akhirnya hanya bisa menunduk setelah mencelupkan diri pada air kolam. Kepulan uap hangat terangkat ke udara, menciptakan kabut tipis di antara udara pegunungan yang dingin. Aku duduk di samping suamiku yang terus terdiam. Di antara kami ada jarak, tak terlalu lebar memang, namun tetap saja aku merasa sedih karena Mas Suryo benar-benar tak menanggapi dengan antusias usahaku untuk menyenangkannya. Apa sekarang ia berpikir aku norak? Apa kain kurang bahan yang kupakai ini sangat jelek sehingga dia bahkan tak berniat melirikku? Apa aku terlihat murahan? Tapi dia suamiku. Bukankah hal yang wajar memakai pakaian seksi di depan suami? Apakah sebenarnya ia tak suka jika pasangannya berlaku agresif seperti ini? Apa aku sudah berlebihan? "Mas? " Aku memanggil dengan lirih. Menautkan jemari dan meliriknya yang sekarang seolah menjelma jadi patu

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   96. Honeymoon Dadakan

    Aku menatap takjub sekelilingku yang menampilkan pemandangan dari ketinggian. Dari sini aku bisa melihat rumah-rumah di bawah sana terlihat begitu kecil. Di bawah payung lebay yang menaungi kami dari terik matahari, aku dan Mas Suryo rehat sejenak setelah menempuh perjalanan panjang. Ia bilang penginapan yang kami tuju masih setengah jam lagi sampai. Karena hari sudah siang dan kami merasa lapar, kami pun akhirnya mampir dan memesan satu set nasi rames di warung pinggir jalan. Jalanan cukup ramai karena ini memang sedang masanya libur panjang. Banyak orang dari berbagai kota yang datang ke daerah pegunungan ini untuk melepas penat. Pemandangan serba hijau ini tentunya sangat tepat untuk dijadikan penyegar mata. Menyeruput teh hangat, aku menyendok menu makan siangku dengan riang. Di hadapanku Mas Suryo sedang mengunyah setusuk sate kambing, nasi ramesnya sudah lebih dulu ia habiskan sejak tadi. Seperti biasa, perutnya yang seperti karet itu tak akan kenyang sebelum dijejali seti

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   95. Diledek Habis-Habisan

    Aku menggeliat kecil dan membuka mata. Meraba bawah bantal dan menemukan ponsekku berada. Sudah hampir pukul setengah lima pagi. Menoleh ke samping, aku menemukan Mas Suryo yang masih terlelap. Ia tidur dalam posisi tengkurap hingga punggungnya yang lebar dan polos terpampang nyata pada dunia. Mengguncang bahunya beberapa kali, aku kemudian berbisik lirih di dekat telinganya. "Mas, bangun. Udah mau subuh. Mandi yuk. "Pria itu hanya menggeliat. Matanya enggan terbuka. Aku terkekeh kecil dan dengan sabar memberikan beberapa kecupan di pipinya. "Mas... Ayo bangun.""Ngantuk, Yang.... Hngggg. " Kini pria itu bergerak telentang. Aku menunggu hingga akhirnya matanya perlahan terbuka sebelum beringsut dan memberinya satu kecupan lagi tepat di rahangnya yang tegas. "Yuk, mandi sekarang. Mumpung masih sepi. "Ia menolehkan kepala padaku sebentar sebelum mengangguk. Tapi sebelum benar-benar bangkit, tangannya lebih dulu terulur meraih pinggangku mendekat hingga tubuh kami yang masih polos d

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   94. Bermalam Di Rumah Bapak

    "Mas? " Bagaimana bisa suamiku ada di sini sekarang? Apakah ia tahu bahwa aku pergi dan langsung menyusul kesini? "Yang! " serunya sembari mencopot helm dengan tergesa. "Kamu kenapa ninggalin aku?! " Aku tak tau mengapa ia kesal karena seharusnya aku lebih kesal sekarang. Memang siapa yang tak akan kesal jika disuruh membiarkan suaminya menginap dengan wanita lain? Meskipun Mbak Melinda masih berstatus istrinya tapi tetap saja aku sakit hati. Apalagi setelah itu aku juga diusir begitu saja tanpa perasaan. Hewan pun juga bakalan menangis jika diperlakukan dengan begitu tega! Apalagi manusia biasa sepertiku? "Kenapa? Bukannya ibumu menyuruh Mas buat nginep sama Mbak Melinda? " Aku menatapnya memicing. Aku tau Mas Suryo tidak salah karena ia tak tau dengan rencana ibu mertua, tapi entah mengapa aku ingin melampiaskan kekesalanku padanya. "Kenapa Mas malah nyusul kesini? Sana tidur sama menantu kesayangan ibumu itu. Dia pingin kalian rujuk kan! " "Kok kamu marah-marah sih, Yang?

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   93. Diusir Ibu Mertua

    "Suryo, kamu mau menginap kan bersama istrimu? "Makan malah telah usai setengah jam yang lalu. Kini keluarga itu sedang mengobrol ringan di ruang tengah yang tak begitu jauh dari dapur, tempatku yang sedang menyelesaikan pekerjaan mencuci piring. Menajamkan telinga, samar-samar aku bisa mendengar Bu Dewi menanyakan pada Mas Suryo tentang acara menginap. Malam memang sudah larut, wajar jika sang ibu meminta anaknya menghabiskan malam di rumahnya yang terasa kosong. Apa lagi setelah menikah Mas Suryo sangat jarang datang ke sini. Mau berapapun usia sang anak, seorang ibu pasti akan merindukan anaknya untuk sesekali pulang jika berada jauh dari pandangan. "Rumah Suryo kan dekat, Ma. Ngapain pakai nginap segala. ""Kan sudah lama kamu enggak nginap di sini, lho. Enggak kangen apa sama keluarga? ""Bukan gitu ... "Aku tau Mas Suryo pasti memikirkan posisiku yang masih belum merasa nyaman ketika berbaur dengan anggota keluarga ini. Pak Purwoko memang cukup ramah, tapi istrinya tidaklah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status