Aku baru saja selesai berganti baju dengan seragam di ruang loker saat tiba tiba sosok yang paling ingin aku hindari datang menghadang. Dadaku masih diliputi begitu banyak amarah bila melihat wajahya, apalagi jika mengingat apa yang telah ia lakukan padaku tempo hari. Aku tak pernah merasa sebenci ini pada seseorang di dalam hidupku. Sangat benci sampai rasanya aku ingin memukulnya, atau mencakarnya, atau bahkan membunuhnya dengan tanganku sendiri. Tapi tentu saja aku tak akan melakukan perbuatan keji itu. Setidaknya aku masih memiliki hati. “Fi,” Aku mundur dua langkah saat mas Jeremy maju untuk mendekat. Tangannya yang terulur dan mencoba menggapaiku terhenti di udara begitu aku menggeleng keras. “Pergi.” Aku berpaling. Demi tuhan, aku benar benar tak ingin melihat orang ini lagi. Tidak sekarang saat aku masih diliputi ketakutan dan juga kebencian yang hampir membuatku gila. “Fi, aku Cuma mau minta maaf …” Suaranya terdengar memohon. Begitu memelas. Aku tak bisa melihat eksp
Baca selengkapnya