Semua Bab Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah: Bab 61 - Bab 70

80 Bab

61. Maafkan Aku, Adrian

Lagi lagi aku tak bisa menghabiskan makan siangku. Aku hanya mampu menyuap tiga sendok sebelum akhirnya menyerah karena perutku sudah tak sanggup diisi. Jika terus dipaksa aku juga akan menjadi mual. Lidahku juga entah mengapa terasa pahit untuk menelan. Aneh sekali. Adrian dari tadi hanya diam. Ia hanya duduk di hadapanku sembari menunduk. Sepertinya ia tengah memikirkan sesuatu yang berat karena wajahnya kini terlihat serius. Langit di luar sana hampir gelap. Angin berhembus cukup kencang, menerbangakan daun daun pohon yang di tanam di halaman. Aku menatap dengan sendu saat kulihat dari jendela ada sebuah mobil yang memasuki pelataran rumah ini. Mobil hitam itu terasa sangat familiar karena aku sudah beberapa kali menaikinya. Jelas sekali itu milik mas Suryo. Yah siapa lagi. Dan tepat seperti dugaanku, setelah pintunya dibuka pria yang kini telah berstatus menjadi suamiku itu menampakkan diri sebelum berlari dengan cepat memasuki rumah. Ah, koh Ari ternyata langsung menghubung
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-22
Baca selengkapnya

62. Kemeja Suami

Setelah melewati drama yang penuh dengan emosional tadi, ruangan bercat abu ini pun menjadi lengang. Di sini hanya ada aku dan mas Suryo sekarang. Adrian telah meninggalkan ruangan bersama koh Ari yang mempersilahkan kami untuk berbicara berdua. Aku sangat merasa bersalah ketika melihat Adrian menangis. Dia juga pergi tanpa sempat menataoku. Aku tahu gara gara aku perasaanya telah menjadi hancur lebur. Sementara mas Suryo sedari tadi hanya menunduk seraya menggenggam tanganku. Ia masih tak mau menatapku, mungkin ia merasa sangat bersalah dan ngeri melihat wajahku yang penuh lebam ini. Aku tau, aku sangat jelek sekarang. Jadi aku pun tak mau memaksanya untuk memandangku tepat di mata seperti biasanya. Mungkin aku malah bersyukur dengan sikapnya ini karena aku menjadi tak begitu malu untuk menyembunyikan wajahku. Melihat wajah yang sangat jelek seperti ini tentu sangat tak nyaman bagi semua orang kan? “Maaf, maaf, maaf ….” gumaman permintaan maaf itu kembali terdengar bersamaan kep
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

63. Memeluk Untuk Pamit

Seperti apa yang mas Suryo katakana tadi, kami berencana pulang setelah acara pengajian selesai. Pukul Sembilan malam kami turun dari lantai dua lewat pintu belakang yang seperti biasa cukup sepi. Aku sempat bertanya apakah kami harus berpamitan lebih dulu kepada pemilik rumah—seperti kedua orang tua koh Ari atau anggota keluarga yang lain yang mungkin masih tinggal—namun mas Suryo berkata itu tak perlu. Itu dikarenakan mas suryo telah lebih dulu melakukannya selepas pengajian. Ia juga menambahkan bahwa ia sungkan karena takutnya kami malah mengganggu karena mereka sepertinya sedang berbincang serius di ruang tamu bersama para saudara, ulama setempat dan juga ketua RT. Hal yang lebih jauh nanti kami malah ditanya ini itu dan membuat keadaan makin bertambah runyam. Maklumlah, mereka kan sama sekali tak tau siapa itu aku. Jadi, pergi diam diam adalah pilihan paling baik saat ini. Namun saat kami telah sampai di mana mobil mas Suryo terparkir, ternyata di sana telah berdiri dua sosok
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

64. Boleh Sekali Lagi?

Jalanan beraspal lumayan basah oleh gerimis. Mas Suryo mengenarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Meskipun tentu saja sudah merasa lelah akibat perjalanan panjang dan ia juga kesana kemari seharian untuk mencariku, pria itu tetap memprioritaskan keselamatan diri dari pada menggugu keinginan untuk cepat sampai di tujuan. Kami mengobrol banyak di sepanjang perjalanan. Membawa topic ringan sampai berat. Terkadang kami bertengkar kecil, berdebat hebat namun juga kadang saling menggoda dan merayu. Ada banyak hal yang harus kami perjelas, tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat. Nanti, nanti kami akan sling membuka semuanya sampai tuntas. Aku menghela nafas sembari menatap kosong pada jendela yang menampakkan pemandangan luar yang gelap. Kami baru saja melewati jalan tol. Mungkin satu setengah jam lagi kami akan sampai di kampung. Tak terasa aku benar benar meninggalkan kota, dan mungkin saja tak akan pernah kembali lagi ke sana. Teringat kembali perpisahanku beberapa saat lalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

65. Keblabasan deh

Aku tersentak bangun dari tidur karena merasakan tubuhku terguncang. Aku bertanya tanya mungkinkah sedang gempa, memikirkan itu tentu saja membuatku panic. Namun saat aku telah benar benar membuka mata dengan sempurna dan nyawaku yang tercecar mulai berkumpul aku langsung menyadari bahwa ternyata bukan gempa, tapi mobil yang tengah melewati jalanan terjal karena belum diaspal.“Kebangun ya, Yang? Maaf ya, aku pilih jalan terobosan ini biar cepet sampai.” Suara mas Suryo di sampingku membuatku menoleh menatapnya sembari mengucek mata yang masih agak lengket.Setelah itu aku pun menggeleng pelan agar suamiku itu tak perlu merasa tak enak. “Enggak apa apa, Mas. Emang udah deket, ya?”Pria itu mengangguk. “Sebentar lagi.” Ia tersenyum tipis meskipun wajahnya kelihatan dengan jelas bahwa ia lelah dan megantuk.“Capek banget ya, Mas?” tanyaku tak tega. Aku ingin menggantikannya mengemudi tapi aku tak bisa mengendarai mobil. Lagi pula jika aku bisa pun mas Suryo juga tak mungkin membiarkanku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Baca selengkapnya

66. Bonus Plus Plus

"Mas? "Aku pikir mungkin Mas Suryo keblabasan karena lupa atau sedang melamun. Mungkin juga ia ingin menurunkanku di tempat yang agak jauh karena takut ada orang yang bakal memergoki kami. Tapi saat roda mobil terus berputar semakin jauh hingga berkilo-kilo meter aku pun akhirnya tak bisa menahan diri untuk bertanya. "Ini mau kemana, Mas? Kok aku enggak diturunin? Udah jauh banget ini rumaku. "Ya aku enggak mungkin lah jalan kaki jika harus menempuh jarak sejauh ini. Lagi pula sudah sangat malam--tidak,tidak. Tapi dini hari, hampir subuh!--keadaan kampung pun sangat sepi. Aku enggak bakalan berani jika harus pulang sendirian. Jika aku nanti ketemu makhluk goib yang seram bagaimana? "Ini bentar lagi nyampe kok, " tuturnya membuatku kebingungan. "Hah? "Nyampe? nyampe ke mana? Baru saja aku ingin kembali bertanya, jalanan yang rasanya tak asing bagiku membuat alisku berkerut. Kalau tidak salah, ini adalah jalan menuju peternakan sapi milik Mas Suryo. Apakah pria itu akan membawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

67. Mandiin Dong

Aku terbangun saat matahari mulai meninggi. Menoleh ke samping, ada Mas Suryo yang tertidur dalam posisi tengkurap. Sebelah tangannya terjatuh menimpa perutku dan aku yang berniat untuk beranjak pun menyingkirkannya dengan hati-hati. Memutuskan segera memasuki kamar mandi untuk sekedar mencuci muka barang sebentar, dan tanpa membuang banyak waktu, aku pun melangkah keluar dari kamar untuk menjelajahi rumah ini. Ini adalah rumah dengan bangunan yang cukup luas. Pada bagian belakang hampir setengah dindingnya terbuat dari kaca yang masih tertutup gorden tebal. Saat aku menarik tali kain itu ke samping maka pemandangan halaman yang banyak ditumbuhi pohon pun langsung tersaji di depan mata. Aku pun segera membuka pintu dengan antusias karena tertarik dengan halaman berumput hijau itu. Dengan kaki telanjang aku melangkah menapaki rerumputan yang masih basah. Perlahan aku menyusuri kebun buahku--ow, apakah aku boleh menyebutnya begitu?--yang rindang sembari menghirup nafas dengan panjan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

68. Memberikan Hakmu

Aku mencabut handphone yang telah selesai ku-charge hingga penuh. Menyalakan benda persegi yang semula kehabisan daya itu sembari melangkah menuju sofa, aku kemudian duduk dengan tenang. Keadaan rumah begitu lengang karena Mas Suryo kini kembali tidur setelah kami menghabiskan sarapan dan berbincang sebentar. Pria itu benar benar serius dengan ucapannya yang ingin tidur seharian. Untung saja ini hari minggu sehingga ia tak memiliki jadwal pergi ke kelurahan. Ponselku bergetar tak henti hentinya tepat setelah berhasil menyala. Ada banyak notifikasi pesan dan juga catatan panggilan yang tak terjawab. Saat aku membuka salah satu aplikasi chating, di sana terdapat ratusan pesan dari beberapa orang yang langsung membuatku mengernyit. Ada dari keluargaku, terutama sang adik paling manis, Ratna. Mas Suryo juga banyak mengirimiku chat, mungkin saat ia mengirimkan pesan ini ia belum tahu bahwa ponselku tertinggal di kamar kos. Ia juga puluhan kali melakukan panggilan yang sia sia, hanya me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

69. Dua Ronde

Aku terbangun pada dini hari saat merasakan ada yang aneh pada tubuhku. Dan saat aku membuka mata aku langsung dihadapkan oleh pemandangan di mana Mas Suryo sedang memakan dadaku dengan lahap. Lampu memang tak dinyalakan dan membuatku tak bisa melihat dengan jelas, namun sinar bulan yang masuk dari celah jendela memberikan gambaran yang lebih dari apa yang kubutuhkan. "Ngh, Mas. Ngapain? " Aku mencoba mendorong kepalanya dari dadaku. Hisapannya yang kuat seperti bayi sangat membuatku tak nyaman karena geli. "Aku pengen lagi, Yang. " padahal kami baru melakukannya beberapa jam yang lalu. Aku bahkan masih bisa merasakan miliku yang nyeri karena digempur olehnya selama dua ronde. Dia ini maniak atau apa? "Kan tadi udah, Mas. " Aku berusaha menahan jemarinya yang mulai menjelajah area bawahku. Mencoba menggapai biji kecil dan menggosoknya dengan jempol. Sontak saja perlakuannya membuat tubuhku mengeliat. "Pengen lagi... " "Ah, Mas... Besok pagi aja ya. Mhh... Jangan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

70. Rutinitas Panas

Ada banyak hal yang terjadi setelah aku menikah dengan mas suryo. Bukan hanya kami semakin mesra tapi kehidupanku pun mulai berubah menuju sesuatu yang baru. Seperti perkiraanku semalam saat ia meminta jatah, aku tak jadi oulang ke rumah orang tyaku karena aku merasa kakiku lemas. Bagian bawahku juga perih jika di oakai untuk berjalan jauh. Jadi aku berpikir untuk pergi kesana besok saja. Tapi sayangnya besok dan besoknya lagi terus tertunda karena mas suryo benar benar berubah setelah ia memdapatkan haknya ia malah semakin besemangat tiap harinya untuk meminta lagi dan lagi. Sementara aku sama sekali tak. Bisa menolaknya, dia selalu membuatku tak berdaya oleh sentuhannya. Dan akhirnya aku pun selalu di buat lemas hampir setiap waktu. Mungkin karena sudah lama tak melakukannya, ia jadi bertingkah seperti itu. Tapi untunglah, dua hari ini pria itu sedikit mengasihaniku dengan tak menyentuhku dengan berlebihan. Sehingga aku pun bisa beraktifitas seperti biasa. Aku bahkan sudah bere
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status