All Chapters of Identitas Tersembunyi Suami Cacat: Chapter 41 - Chapter 50

96 Chapters

41. Mungkinkah…?

Suara berat yang terdengar dari sudut taman memecah lamunan Raina. Langkah wanita itu terhenti. Suara itu berasal dari sudut yang tak diterangi cahaya lampu jalan. Ia menoleh, matanya menelusuri gelap di antara pepohonan. “Tenang, Om. Toh semuanya berjalan lancar, kan?” suara Jovian terdengar ringan, seolah-olah tak ada yang pria itu khawatirkan. Jantung Raina berdebar kencang. Ia mendekat perlahan, menajamkan penglihatannya. Di antara bayang-bayang, dua sosok pria berdiri. Salah satunya, tanpa ragu, adalah suaminya. Namun, pria yang bersamanya… “Kamu gila?! Kalau salah penanganan, kakimu bisa cacat seumur hidup!” suara pria paruh baya itu terdengar penuh amarah. Dokter Wira? Bukankah dokter itu berhasil menyembuhkan cedera saraf pada kaki Jovian? Apa maksud dari percakapan mereka?
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

42. Bertindak Sendiri

Beberapa hari telah berlalu semenjak insiden di pesta peluncuran sistem baru TechNova, namun suasana hati Kakek belum juga membaik. Setiap kali Raina menghadiri rapat, terutama jika Vanya ikut hadir di sana, Kakek tak henti-hentinya melontarkan komentar pedas, seolah ingin menekankan rasa tidaksukanya. Meski curiga tentang percakapan antara suaminya dan Dokter Wira di pesta itu masih mengganjal di hatinya, Raina tetap teguh pada pendiriannya. Wanita itu tak akan gegabah mengambil keputusan hanya karena desakan Kakek. Perceraian bukanlah pilihan. Ia percaya bahwa jika Kakek mengetahui bisnis rahasia yang dijalankan oleh Jovian, sesepuh keluarga itu pada akhirnya akan mengakui kemampuan suaminya dan berhenti menentang pernikahan mereka. Hingga saat itu tiba, Raina memilih untuk bertahan. Siang itu, matahari terik membakar aspal dan trotoar di sekitar l
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

43. Si Tato & Si Botak

Raina terbangun dengan kepala berdenyut, pandangannya sempat kabur sebelum akhirnya fokus kembali. Dia menemukan dirinya di sebuah ruangan tak dikenal.“Ini… di mana?” gumamnya seraya mengerjapkan mata.Menarik napas dalam-dalam, dia mencoba menenangkan pikirannya yang masih berkabut. Saat pandangan mulai jelas, maniknya menyapu ruangan di sekitar.Kamar itu cukup luas, namun tidak ada yang membuatnya merasa nyaman selain tempat tidur empuk yang saat ini ia duduki. Seprai tempat tidur tampak rapi, bahkan bersih.Sebuah meja belajar dengan nampan berisi makanan yang masih hangat terletak di dekat jendela. Di salah satu sisi kamar, sebuah lemari kayu besar berdiri kokoh.Setelah pusing di kepalanya sedikit berkurang, dengan hati-hati Raina mencoba bangkit. Meskipun tubuhnya terasa lemas. Ia sempat terhuyung, tapi berhasil menahan diri agar tidak terjatuh. Kakinya melangkah ke arah dua pintu yang terletak di sisi lain ruangan.Ia meraih kenop pintu pertama dan memutarnya. Hanya ada pemand
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

44. Melarikan Diri

Raina tak tahu siapa yang berada di balik semua ini, dan tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ketidakpastian mengiris pikirannya, seperti bayangan gelap yang semakin mendekat, siap menelan seluruh keberaniannya.Tidak putus asa, Raina masih memutar otak untuk mencari jalan keluar. Namun gemuruh perutnya semakin kencang dan tak dapat diabaikan. Dengan tatapan skeptis, wanita itu menelisik hidangan yang barusan dibawah oleh duo penjaga.Raina menelan ludah, lalu memandang nampan berisi makanan yang tergeletak di meja. Sup jagung hangat, dendeng pedas, sepiring nasi putih. Makanan yang lezat, bahkan ada buah-buahan segar serta puding karamel, salah satu favoritnya. Kerut pada dahi Raina mendalam. “Sejak kapan penculik memberi makanan mewah?” pikirnya.Awalnya ia pikir sindikat rahasia yang selama ini ia selidiki telah mencium gerak-geriknya. Raina curiga bahwa mereka akan menyandera dan menyiksanya demi membungkam mulut wanita itu.Namun melihat tingkah kedua pria yang lebih sepert
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

45. Secercah Harapan

Akhirnya pintu di hadapan Raina terbuka, namun bukan karena usahanya mengotak-atik lubang kunci.“Mau ngapain, tikus kecil?” suara kasar menyambutnya. Si botak—salah satu dari dua preman yang menjaga tempat ini—memandangnya dengan seringai lebar.Jantung Raina hampir berhenti. Tubuhnya membeku di tempat. Namun rasa takut dengan cepat berganti menjadi adrenalin. Tanpa pikir panjang, sang wanita menancapkan garpu yang dipegangnya ke paha pria itu sekuat tenaga.“ARGHH!”Teriakan melengking memecah hening malam. Tubuh si botak merunduk, kedua tangannya mencengkeram bagian yang tertusuk, kesakitan. Ia terduduk, meraung marah, memuntahkan sumpah serapah.Memanfaatkan sang penjaga yang menunduk kesakitan, Tanpa berpikir dua kali, Raina mendorong tubuh besar pria itu dengan segenap tenaga. Hingga tubuh si botak terjungkal ke belakang, memberi kesempatan pada Raina untuk menerobos keluar kamar. Meski begitu, ia tahu, waktu yang dimilikinya tak banyak.“Sialan!! Tur! Guntur!” raungan si botak m
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

46. Bos Para Preman

Raina berdiri terpaku, tubuhnya gemetar tak karuan. Adrenalin yang tadinya mendorong langkah kakinya kini mereda, menyisakan rasa lemah pada lutut dan napas memburu. Pikirannya kacau, sementara mata cokelatnya terus menatap pria di hadapan dengan keterkejutan yang tak bisa disembunyikan.“Mas… Tama,” desis Raina, suaranya menggegar. Rasa lelah dan terkejut bercampur, menghantam tubuhnya dengan begitu deras. Satu sosok yang tak pernah ia bayangkan akan muncul di sini, di antara semua kemungkinan yang ada. Kakaknya. Kakaknya yang selama ini ia percaya.Sementara Raina mencoba memahami situasi yang terjadi, langkah kaki tergesa terdengar di belakangnya. Bara dan Guntur, kedua preman yang tadi menjaganya, akhirnya berhasil mengejar.Napas mereka tersengal, amarah jelas tampak di wajah-wajah penuh keringat mereka. Kedua pria berusaha mengatur napas, tetapi sorot mata mereka penuh kepanikan melihat Tama yang berdiri di sana.“Bos!” seru Bara dengan gentar, kekhawatiran yang terhantar dari n
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

47. Nostalgia Masa Lalu

Ketika Raina terbangun kembali, pusing pada kepalanya belum hilang. Saat tangannya terangkat untuk menyentuh pelipis, ujung jarinya merasakan kain perban yang melingkari bagian kepala. Pantas saja tengkoraknya terasa seperti dihantam palu. Sensasi nyeri yang menusuk seolah tak kunjung reda, meski perlahan rasa sakit itu mulai menipis.Sambil mengerjapkan mata, wanita itu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Ia berada di kamar yang asing. Namun, berbeda dengan tempat penawanan sebelumnya. Kali ini, perabotan yang ada di sekitarnya jauh lebih mewah. Tempat tidur yang ia duduki empuk, dengan seprei lembut yang tercium bersih. Di sudut kamar, cahaya matahari sore yang hangat menerobos dari celah-celah tirai putih, menerangi setiap sudut tanpa terhalang jeruji besi seperti sebelumnya.Meskipun begitu, senyaman apapun ruangan itu, kenyataan bahwa Raina ditawan tidak berubah. Hatinya bergolak. Ia masih tak habis pikir, belum bisa sepenuhnya mencerna kenyataan bahwa Tama menculik dan men
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

48. Cari Udara Segar

Raina tidak langsung keluar kamar meskipun tahu pintu tak terkunci. Nalurinya mengatakan untuk tidak bertindak gegabah. Meski napasnya terasa lebih lega, jantungnya masih berdebar tak karuan. Berbeda dengan pagi tadi saat kepanikan menguasainya, kini ia lebih tenang. Dia menyusun rencana, merancang cara kabur dari vila ini tanpa menimbulkan kecurigaan.Sang adik juga tidak menyentuh obat yang dibawakan Tama. Kakaknya memang peduli, tapi setelah melihat pria itu menculiknya, Raina tak bisa memercayainya sepenuhnya. Bisa saja ada sesuatu dalam obat itu yang akan membuatnya terlelap atau lemas, sehingga ia tak punya tenaga untuk kabur.Setelah merasa siap, Raina memutar kenop pintu dengan hati-hati. Kamar itu sunyi, tak ada tanda-tanda pengawasan ketat di baliknya. Seolah Tama benar-benar tak peduli jika Raina mencoba melarikan diri. Namun begitu dia melangkah keluar, pemandangan yang menantinya membuat lututnya hampir goyah.Pantas saja Tama tidak mengunci ataupun mengingatkannya untuk m
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

49. Jovian Bukan Pria Yang Kamu Kira, Ray

“Nyari ini?” Satu tangan terjulur, menampilkan kunci mobil yang wanita itu cari-cari.Sang wanita otomatis mengangguk, lalu tersadar akan sesuatu. Dengan cepat dia berbalik, terkesiap ketika melihat sosok Tama berdiri di belakangnya. Senyum tipis terukir pada bibir pria itu. “Mau kemana tengah malam begini?” tanya sang kakak.“Aku harus pulang. Mas Jovian pasti udah nunggu,” balas Raina, maniknya mengikuti gerak-gerik Tama. Sikapnya awas. Meski tak terlihat marah, sang adik tetap menjaga jarak dengan pria itu.Ada kelebat ketidaksukaan yang sempat terbersit pada wajah sang kakak ketika mendengar jawaban Raina. Yang dengan cepat menghilang, lalu berubah kembali menjadi senyum penuh perhatian. “Memangnya kamu tahu jalan pulang?” tanya Tama lagi.‘Benar juga.’ Hanya gelengan yang dapat Raina beri. Wanita itu menunduk, merasa harapannya pupus.Kemudian Tama melangkah mendekat, mengayunkan kunci di tangan dengan santai. “Udah aku duga kamu bakal kayak gini. Tadinya aku berencana ngejelasin
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

50. Maaf Aku Telat

Raina mendengus pelan, meresapi kata-kata Tama. Ini bukanlah berita baru baginya. Ia sudah lama menyimpan kecurigaan bahwa Jovian menyembunyikan sesuatu. Bahkan, ia diam-diam berasumsi, mungkin suaminya adalah seorang taipan yang mengelola perusahaan rahasia. Tidak mungkin seorang jurnalis biasa dapat memerintah orang-orang untuk menghancurkan perusahaan sebesar Terra Development dengan begitu percaya diri. “Aku nggak bercanda, Ray,” nada bicara Tama terdengar lebih tegas kali ini, seolah kesal melihat reaksi Raina yang tak sesuai harapannya. Sang adik tetap bersikukuh. “Mas, aku tahu Jovian menyimpan rahasia. Tapi bukannya semua orang juga begitu? Pasti ada alasan kenapa dia belum cerita semuanya ke aku,” sahutnya, masih mencoba membela suaminya. Tama mendesah frustrasi, matanya membara dengan ketida
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status